Warga Hong Kong Memutuskan “Memilih dengan Kaki”, Setiap Hari Ribuan Orang Meninggalkan Hong Kong

oleh Zhang Ting

Beberapa tahun terakhir hak dan kebebasan rakyat Hongkong terus tererosi dengan diterapkannya Undang-Undang Keamanan Nasional versi Hongkong, diubahnya sistem pemilihan umum, dan penindasan terhadap pengunjuk rasa demokrasi Hongkong yang dilakukan pemerintah komunis Tiongkok.

Akhirnya warga Hongkong berbondong-bondong “memilih dengan kaki” untuk mempercepat imigrasi. Saat ini, setiap hari melebihi seribu orang warga Hongkong terbang ke nagar tujuan imigrasi, suasana perpisahan dengan keluarga yang menyayat hati muncul setiap hari di bandara Hongkong.

Sejumlah besar penumpang pesawat yang merupakan warga Hongkong, berbaris panjang sedang menunggu giliran pemeriksaan keamanan bandara untuk memulai perjalanan satu arah mereka. Orang tua lanjut usia yang menggunakan tongkat juga ikut datang ke bandara untuk menghantar keberangkatan anak dan cucu mereka yang sudah dewasa. Mereka mungkin saja tidak akan bertemu lagi dalam beberapa tahun ke depan. Mereka berpelukan, menangis, dan berfoto bersama sebelum berpisah.

Washington Post mengutip ucapan Cheung, warga asal Hongkong berusia 32 tahun yang baru-baru ini tiba di London dengan pesawat British Airways mengatakan bahwa, ayahnya sampai meneteskan air mata saat perpisahan di bandara.

“Sayang sekali kami terpaksa meninggalkan Hongkong dalam keadaan seperti ini”, kata Cheung. Karena khawatir terhadap pembalasan yang dilakukan pemerintah komunis Tiongkok, maka ia hanya mengungkapkan nama marga.

Rakyat Hongkong marah dan terkejut dengan erosi cepat terhadap hak dan kebebasan mereka, Karena itu warga Hongkong memutuskan untuk “memilih dengan kaki” untuk secepatnya bermigrasi. 

Menurut data pemerintah yang dikumpulkan oleh aktivis David Webb, arus keluar penduduk Hongkong telah meningkat bulan ini, dan arus keluar bersih penduduk seringkali mencapai lebih dari 1.000 orang setiap harinya. Bahkan ketika pandemi virus komunis Tiongkok (COVID-19) terus menghambat perjalanan. Banyak imigran berangkat menerima tempat perlindungan yang disediakan oleh pemerintah Inggris.

Pada 31 Januari tahun ini, visa untuk Warga Negara Inggris (Luar Negeri), yakni visa BNO sudah mulai menerima aplikasi. Menurut informasi yang disampaikan melalui situs resmi Home Office Inggris pada 18 Juni, bahwa untuk kuartal pertama tahun 2021 pihaknya telah menerima total 34.300 aplikasi, dimana 20.600 adalah aplikasi luar negeri dan 13.700 aplikasi domestik.

Menurut data kependudukan Hongkong, terdapat 66.000 orang warga yang pindah dari Hongkong pada tahun 2020, dan warga berusia muda dan paruh baya menjadi arus utama imigran. 

Bartra Wealth Advisor, perusahaan imigrasi investasi Irlandia pertama di Hongkong, telah melakukan survei kuesioner online tentang imigrasi luar negeri di Hongkong yang diikuti oleh 1.200 orang. 

Para partisipan tersebut terutama adalah kelompok berpenghasilan tinggi, seperti pekerja kantoran, pengusaha, dan profesional. Hasil survei menunjukkan bahwa proporsi yang sedang mengurus proses imigrasi dan mereka yang sedang mempertimbangkan imigrasi mencapai 84%.

Pemerintah Inggris memperkirakan bahwa sekitar 300.000 orang warga asal Hongkong akan berimigrasi ke Inggris dalam waktu lima tahun. Mereka akan menjadi salah satu imigran terbesar yang masuk ke Inggris.

Seperti ribuan lainnya, ketika pihak berwenang Hongkong menekan para pengunjuk rasa pro-demokrasi dalam protes anti-Undang-Undang Ekstradisi pada 2019, Cheung sudah mulai berencana untuk pergi dari Hongkong. Beijing kemudian benar-benar menerapkan undang-undang keamanan nasional yang membatasi kebebasan berbicara dan menyebabkan pemenjaraan sejumlah besar aktivis demokrasi. Hal itu sekali lagi memperkuat tekadnya untuk meninggalkan kampung halamannya.

“Awalnya, kami masih memiliki harapan bahwa 2 juta orang yang berunjuk rasa di jalanan dapat menjadi titik awal untuk menjadikan Hongkong tempat yang lebih baik”, kata Cheung. 

Tetapi tanggapan pemerintah menunjukkan bahwa komunis Tiongkok bertentangan dengan keinginan rakyat. Hongkong, “sudah tidak lagi cocok untuk kehidupan, dalam setiap aspek, baik itu politik, ekonomi atau kebijakan sosialnya”.

Mereka yang meninggalkan Hongkong termasuk banyak keluarga kelas menengah. “Mereka punya banyak sumber daya, sehingga mereka memiliki kemampuan lebih dalam memilih pendidikan bagi anak-anak mereka”, kata Yip kepada Washington Post.

Meskipun beberapa warga memilih berimigrasi ke Taiwan, Kanada, Australia atau Amerika Serikat, tetapi sejumlah besar orang memilih untuk pergi ke Inggris. Menanggapi undang-undang keamanan pemerintah komunis Tiongkok, Inggris tahun lalu mengurangi hambatan imigrasi bagi warga Hongkong.

Keluarga Hongkong yang diwawancarai oleh Washington Post berpendapat bahwa, pendidikan adalah salah satu faktor utama yang mendorong mereka memilih bermigrasi. Beberapa keluarga menunjukkan bahwa, pemerintah Hongkong mempromosikan apa yang disebut gerakan “pendidikan patriotik” ala Partai Komunis Tiongkok di sekolah-sekolah. Siswa sekarang harus belajar tentang keamanan nasional sejak usia dini. Untuk lulus tinjauan pejabat perizinan pendidikan, beberapa penerbit telah memodifikasi buku teks sejarah agar sesuai dengan pandangan Beijing.

Jeffrey Lau yang berusia 32 tahun meninggalkan Hongkong bersama istri dan dua orang putranya pada 5 Juli. Dia mengatakan bahwa, dirinya membantu putra sulungnya untuk pindah dari sekolah lokal ke sekolah internasional tahun lalu, tetapi kemudian memutuskan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya adalah di Inggris.

“Membatasi kebebasan mempengaruhi anak-anak kami. Kami memilih untuk pergi meninggalkan Hongkong pada saat ini karena semester putra sulung saya sudah berakhir”, kata Jeffrey Lau. 

Meski tidak memiliki pekerjaan di Inggris, Lau tidak khawatir, dia telah bertekad untuk melakukan segalanya demi anak-anaknya agar mereka bisa hidup bebas.

“Yang terpenting adalah masa depan mereka”, tambahnya. (sin)