Xi Jinping dan Putin Bergabung untuk Menggagalkan Globalisasi, Beijing Mempercepat Langkah Menuju Isolasi Diri

 oleh Li Lan dan David Zhang 

Analisa tentang Tiongkok yang berada di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok saat ini sedang menghadapi krisis menyeluruh baik dari dalam maupun luar negeri. Pengaruh perebutan kekuasaan pada Kongres Nasional ke-20 nanti terhadap arah kebijakan Tiongkok, dampak perang Rusia – Ukraina terhadap proses globalisasi juga sedang mempercepat pemisahan (decoupling) Tiongkok dari sistem dunia. 

Berikut mari kita ikuti interpretasi dari 2 orang pakar urusan komunis Tiongkok dari Amerika Serikat terhadap masalah ini.

Jeffrey Tucker, direktur lembaga pemikir Amerika ‘Brownstone Institute’ mengatakan : “Liberalisasi ekonomi selalu bertentangan dengan negara yang menganut sistem pemerintahan satu partai tunggal. Artinya, mereka yang berkuasa akan memilih di antara kekuasaan dan liberalisasi, dan kekuasaan selalu menjadi pilihan utama mereka”.

Jeffrey Tucker yang pernah menyaksikan sendiri langkah-langkah PKT dalam menerapkan pencegahan dengan menutup Kota Shanghai, sempat tumbuh optimis terhadap prospek ekonomi Tiongkok. Namun sebagai seorang pendukung globalisasi, Jeffrey Tucker kini tidak lagi optimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

“Kebijakan pemerintah Tiongkok yang menempatkan Partai Komunis dan status serta kredibilitasnya di atas masa depan ekonominya adalah masalah yang paling serius. Selama ini yang terus menjadi masalahnya, itu berarti Tiongkok memang ingin menjalankan sebuah eksperimen yang di luar kewajaran. Maksud saya, tidak ada ekonomi di dunia yang cukup tangguh sekali pun yang mampu menahan akibat dari penguncian kota yang ketat”, kata Jeffrey Tucker.

Gordon Chang, seorang pakar urusan Tiongkok di AS percaya bahwa pencegahan penularan epidemi yang dipolitisasi oleh rezim, merupakan salah satu dari banyak faktor yang mengarah ke resesi ekonomi Tiongkok. Bahkan hingga sekarang pun, Beijing tidak berniat untuk meninggalkan kebijakan yang politis tersebut.

“Saat ini, ekonomi Tiongkok sedang mengalami kontraksi, meskipun itu berlangsung dari bulan ke bulan, apakah itu di bulan Maret atau April, bahkan mungkin tahun demi tahun. Ini benar-benar menakjubkan karena mereka tidak menemukan jalan kelua”, katanya.

Gordon Chang percaya bahwa ada dua kekuatan utama yang timbul dari dalam dan luar negeri yang sedang mempercepat pemisahan Tiongkok dari sistem integrasi ekonomi global, yang mendorong decoupling Tiongkok dari dunia.

Alasan domestik adalah apakah Xi Jinping mampu mewujudkan keinginannya untuk menduduki jabatan ketiganya melalui Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20 yang rencananya akan diadakan pada musim gugur tahun ini. Jika ia gagal terpilih, kekacauan bakal muncul. Namun, jika Xi Jinping tetap berkuasa, kebijakannya pasti akan mengarah pada negara tertutup.

“Jika hal tersebut terjadi, Xi Jinping sebenarnya akan mengumpulkan lebih banyak kekuatan, dan kita bisa melihat Tiongkok yang mempercepat penutupannya dan bergerak menuju ekonomi totaliter yang dipimpin negara”.

Kekuatan eksternal yang mendorong decoupling Tiongkok adalah invasi Rusia ke Ukraina, yang membuat semua negara di dunia, terutama negara-negara Barat, menyadari bahwa mereka tidak dapat mengandalkan satu rantai pasokan, dan de-globalisasi telah menjadi prioritas bagi banyak negara di dunia.

Gordon Chang menjelaskan : “Kami melihat perusahaan mulai memahami bahwa globalisasi tidak memberikan jalan ke depan yang aman karena baik laut maupun langit bukanlah cara yang dapat diandalkan untuk memindahkan barang. Untuk sejumlah alasan, perusahaan melihat bahwa mereka lebih membutuhkan produksi dapat dilakukan di banyak tempat. Anda mendengar bahwa mereka tidak lagi berbicara tentang ‘rantai pasokan’ tetapi tentang ‘jaringan pasokan’. Dengan kata lain, ada produsen alternatif”.

Gordon Chang menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok yang dipimpin oleh PKT saat ini, sedang menghadapi krisis menyeluruh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yaitu penurunan pertumbuhan populasi dan penuaan populasi. Kasus epidemi yang terus meningkat dengan upaya pencegahan yang dipolitisasi. Krisis utang pemerintah. Gelembung real estat yang terus membesar. Krisis pangan. Degradasi lingkungan, dan dukungan kepada invasi Rusia yang cenderung menjadikannya terisolasi dan dimusuhi. Sedangkan Partai Komunis Tiongkok sama sekali tidak memiliki solusi untuk mengatasinya. (sin)