Citra Dari Belas Kasih

Eric Bess

Pietà adalah tema umum sepanjang sejarah seni Barat, dan berkaitan dengan karya seni yang menggambarkan Bunda Maria bersama Yesus setelah penyaliban- Nya. Kata “pietà” secara kasar diterjemahkan menjadi “rasa iba” atau “belas kasih”, dan menggambarkan kasih Maria kepada putranya.

Pieta yang paling terkenal adalah patung karya seniman era Renaisans Tinggi, Michelangelo. Pada usia 24, Michelangelo menyelesaikan “The Pietà” untuk sebuah kapel di Basilika Santo Petrus Lama, di Roma, Italia. Bunda Maria digambarkan memegang tubuh Yesus di pangkuannya. Dia memiliki belas kasih atas penderitaan putranya, tetapi menerima nasibnya. 

Alis Bunda Maria yang sedikit terangkat mengungkapkan sedikit kesedihan di wajah mudanya.

Michelangelo dikritik karena menggambarkan Maria tampak semuda putranya, Yesus; Tanggapan Michelangelo adalah bahwa wanita yang menjaga kesuciannya akan mempertahankan kemudaan dan kecantikan mereka. 

Bunda Maria digambarkan agak lebih besar dari Yesus; Michelangelo kemungkinan besar melakukan ini untuk menyediakan permukaan bagi tubuh Kristus, karena tubuh Bunda Maria perlu terlihat lebih besar untuk dapat memegang dan menopang tubuh Yesus. Dua sosok yang duduk disusun menurut bentuk segitiga—bentuk geometris umum yang digunakan seni Renaisans.

“Pietà” by Michelangelo, 1497. Marble. Saint Peters Basilica, Rome. (public domain)

“The Pietà” adalah satu-satunya karya seni yang ditandatangani Michelangelo dengan namanya. Menurut kisah yang melatarinya, Michelangelo mendengar para pengunjung The Pieta menghubungkan karyanya dengan seniman lain, hal ini membuat Michelangelo marah dan menghabiskan satu malam untuk mengukir namanya di selempang yang menutupi jubah Bunda Maria. Sekilas, kata-kata di selempang itu berbunyi, “Michelangelo Buonarroti, Florentine, yang membuat ini.” 

Menurut Carl Smith, dalam bukunya “What’s in a Name? Michelangelo and the Art of Signature”, apabila tanda tangan tersebut digabungkan dengan titik-titik dan simbol-simbol aneh, semuanya dapat berarti, “The Florentine Michelangelo Buonarroti, seorang utusan dari Tuhan, yang membuat ini.”

Anthony van Dyck, seorang seniman Barok Flemish abad ke-17, menciptakan Pieta versinya sendiri. Maria Magdalena dan Santo Yohanes keduanya termasuk dalam lukisannya. Tubuh Yesus ditampilkan terbungkus kain putih, dan bersandar tak bernyawa di atas batu, dengan Maria duduk di belakangnya. 

Meskipun Yesus telah meninggal, lingkaran cahayanya masih bersinar, menunjukkan bahwa Keilahian jiwaNya masih hidup. Sang Bunda Maria menatap ke Langit dengan raut sedih; rasa sakit di wajahnya mengungkapkan belas kasih yang dia miliki atas penderitaan putranya. Telapak tangan kirinya terbuka, dan dia memberi isyarat seolah-olah membawa Yesus ke Surga.

“The Pietà” by Anthony van Dyck, 1629. Oil on canvas. Museo de Prado, Spain (public domain)

Maria Magdalena, berlutut di sebelah kanan Bunda Maria dan Yesus, mencium tangan Yesus. Di kiri bawah adalah mahkota duri, kertas yang dipaku di salib bertuliskan “Yesus dari Nazaret, Raja Orang Yahudi”, dan baskom dengan sebongkah spons. Anthony meningkatkan drama komposisi dengan menggunakan gaya Barok, meninggalkan komposisi segitiga Renaisans yang mendukung lebih banyak lekukan, gerakan, dan emosi.

Hampir 250 tahun kemudian, William Bouguereau, perwakilan terkemuka gaya seni Akademi Prancis, melukis Pieta dalam versinya, yang terinspirasi oleh kematian putra sulungnya. Bunda Maria berpakaian hitam di tengah komposisi, berduka atas kematian putranya. Dengan kuat memegang tubuh Yesus yang sudah tak bernyawa, dia menatap ke arah penonton lukisan dengan ekspresi sedih. Kedua sosok itu memiliki lingkaran cahaya berlapis emas yang melambangkan Keilahian mereka.

Di kanan bawah komposisi ini, kita kembali melihat mahkota duri dan baskom berisi air yang dengannya tubuh Yesus disucikan. Membingkai dua tokoh sentral adalah sembilan malaikat yang mengenakan warna pelangi. Menurut tradisi Yahudi, ini adalah ilustrasi janji Tuhan untuk memperbarui  dunia setelah air bah Nuh; dalam tradisi Kristen, itu mewakili pembaruan jiwa manusia.

William Bouguereau menyisipkan rasa sakit pribadi karena kehilangan putranya sendiri ke dalam ekspresi wajah Bunda Maria. Tertekan selama enam bulan setelah kehilangan putranya, lukisan ini menjadi cara bagi William untuk memperbaharui semangatnya sendiri. Warna jubah malaikat yang  dipadukan dengan hitam dan putih yang dikenakan oleh Bunda Maria dan Yesus juga dapat mewakili seluruh palet yang digunakan dalam komposisi ini. Dengan kata lain, semua figur yang dilukis adalah representasi yang mungkin bahwa Yang Ilahi bertanggung jawab atas pembaruan semangat dan penciptaan artistik seseorang.

Tiga representasi Pietà ini menggambarkan belas kasih dan rasa iba seorang ibu atas penderitaan anaknya. Michelangelo mengidealkan Bunda Maria dan Yesus menjadi adegan penderitaan yang tenang dan menerima, Anthony van Dyck mendramatisasi adegan itu untuk menggerakkan pemirsanya secara emosional, dan William Bouguereau menciptakan citra  yang kuat menggunakan rasa sakit kehilangannya sendiri sebagai inspirasi emotif. 

Satu hal yang konsisten di semua pendekatan ini adalah penggambaran belas kasih itu sendiri. Kita mungkin tidak semua memiliki anak, tetapi kita semua memiliki seseorang yang sangat kita sayangi—atau mungkin kita sangat peduli dengan kemanusiaan secara keseluruhan. 

Setiap orang mengalami penderitaan tanpa memandang kelas sosial ekonomi, ras, jenis kelamin, dan lain-lain. Karya-karya seni ini berfungsi sebagai dorongan untuk berbelas kasih terhadap orang sekitar dan diri kita sendiri. (jen)