Apakah Munculnya Kembali Fenomena Kekacauan Pra-PD I Menandakan Resesi Ekonomi Segera Muncul ?

oleh Tim Forum Elit

Sejak awal tahun ini, gangguan rantai pasokan dunia yang disebabkan oleh perang Rusia – Ukraina, dan pencegahan epidemi pemerintah Tiongkok yang sangat ekstrem telah memperburuk krisis energi dan pangan global. Harga minyak mentah internasional yang telah lama berada pada level di atas USD. 100,-, inflasi tinggi yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa telah memecahkan rekor selama beberapa dekade. Sedangkan kenaikan suku bunga the Fed apakah akan memicu resesi ekonomi global ? Fenomena inilah yang sedang menjadi fokus perhatian banyak pihak saat ini.

Inflasi tinggi memicu kenaikan suku bunga besar-besaran, apakah AS menghadapi Momen Volcker ?

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Tenaga Kerja AS pada 10 Juni, indeks harga konsumen (CPI) AS bulan Mei 2022 naik menjadi 8,6% Year Over Year (yoy), lebih tinggi daripada bulan April yang 8,3% yoy. Angka CPI tersebut telah mencapai yang tertinggi selama 40 tahun terakhir. Sedangkan data yang dirilis oleh Eurostat pada 17 Juni juga menunjukkan, tingkat inflasi di zona Euro naik menjadi 8,1% di bulan Mei, melampaui kenaikan bulan April yang 7,4%. Angka inflasi ini juga telah mencapai yang tertinggi sejak diperkenalkannya mata uang bersama sebagai mata uang pembukuan pada tahun 1999. 

Selain itu, menurut data yang dirilis oleh American Automobile Association (AAA), bahwa harga rata-rata bahan bakar minyak untuk kendaraan di AS juga naik menjadi USD. 5,004 per galon pada 11 Juni, menembus angka USD 5,- untuk pertama kalinya dalam sejarah. 

Analis memperkirakan harga bensin AS akan tetap tinggi, dan JPMorgan bulan lalu memperkirakan bahwa hingga sekitar bulan Agustus tahun ini, harga bensin eceran AS bisa naik menjadi USD. 6,20 per galon.

Untuk mengekang inflasi yang sangat tinggi, pada 15 Juni, pejabat the Fed setuju untuk menaikkan suku bunga acuan federal ke kisaran 1,5% hingga 1,75% dengan kenaikan sebesar 0,75 poin persentase. Ini merupakan kenaikan suku bunga tunggal terbesar sejak bulan November 1994. Seluruh 18 orang pejabat the Fed yang hadir dalam rapat penentuan kebijakan pada 15 Juni itu mengharapkan the Fed menaikkan suku bunga setidaknya hingga 3% tahun ini. Bahkan setengah dari pejabat memperkirakan bahwa tingkat suku bunga dana  federal mungkin perlu dinaikkan menjadi sekitar 3,375%.

Pada 10 Juni 2022, New York Stock Exchange (NYSE), pasar saham turun lebih dari 800 poin pada hari itu, karena inflasi membuat investor khawatir. (Spencer Platt/Getty Images)

Pada 20 Juni, ekonom Nomura Jepang memperingatkan bahwa ekonomi AS tahun 2022 ini berpotensi mengalami resesi. Ini sebagai akibat the Fed berusaha memperketat kebijakan moneter melalui pendinginan inflasi yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. 

Ekonom Nomura Aichi Amemiya dan Robert Dent dalam sebuah laporan menyebutkan bahwa, PDB AS akan mulai berkontraksi pada kuartal keempat tahun ini, diikuti oleh enam kuartal pertumbuhan negatif. Nomura memperkirakan, PDB AS akan tumbuh hanya 1,8% pada tahun 2022. Kemudian menyusut sebesar 1% pada tahun 2023. Selain itu, tingkat pengangguran di Amerika Serikat akan melonjak dari 3,6% saat ini menjadi lebih dari 5% pada akhir tahun 2023, dan akan melonjak menjadi hampir 6% pada tahun 2024.

Pada 22 Juni, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa, The Fed masih berkeinginan terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi yang panas, tetapi Powell juga mengakui bahwa langkah yang diambil berisiko memicu resesi. 

Federal Reserve juga berulang kali menyampaikan tekad untuk melawan inflasi, yang sempat membuat panik pasar. Tak lama kemudian para ekonom dan analis mulai berdiskusi dalam lingkungan mereka : Apakah Momen Volcker akan datang lagi setelah 40 tahun menghilang ?

Momen Volcker yang disebut mengacu pada tahun 1980, ketika Ketua Federal Reserve dijabat oleh Paul Volcker, dengan dukungan dari Presiden Ronald Reagen, ia menaikkan suku bunga acuan federal menjadi 20% untuk memerangi tingkat inflasi tahunan yang mencapai 10% lebih. Kebijakan suku bunga ekstrem ini berlangsung sekitar dua tahun, dan meskipun berhasil mengatasi krisis inflasi yang tinggi di Amerika Serikat, tetapi langkah itu juga secara langsung berkontribusi pada resesi yang muncul di awal tahun 1980-an. Periode ini dikenal sebagai momen Volcker.

Brian McCarthy, kepala strategi di lembaga pemikir ekonomi makro Macrolens, baru-baru ini mengatakan dalam wawancara di New Tang Dynasty TV bahwa Powell dan Volcker menghadapi situasi yang sama sekali berbeda, Volcker menghadapi situasi yang hampir sama yang sering kita lihat di Turki atau Argentina, yaitu selama 1 dekade terjadi salah urus keuangan, suplai uang yang buruk, ditambah lagi dengan tingkat tarif pajak yang tidak terkait dengan harga barang yang mengakibatkan kenaikan beban pajak. Dalam situasi seperti ini, memang membutuhkan tindakan yang sangat kuat untuk memulihkan kepercayaan pasar, itulah sebabnya mengapa pada tahun 1981 Paul Volcker menaikkan suku bunga menjadi 20%.

Meskipun resesi di AS saat itu mengerikan, dan prosesnya menyakitkan, tetapi paling tidak Paul Volcker berhasil membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap nilai dolar AS. Namun, Brian McCarthy juga mengatakan bahwa inflasi saat ini lebih disebabkan oleh pembengkakan anggaran pemerintah, termasuk mencetak banyak uang demi mendanai pencegahan epidemi, suatu kegiatan ekonomi yang tidak terjadi, atau kegiatan ekonomi yang sia-sia, tanpa menghasilkan. Oleh karena itu, kebijakan The Fed menaikkan tingkat suku bunga saat ini dapat dianggap sebagai respon yang tidak berlebihan.

Brian McCarthy mengatakan The Fed seharusnya tidak membicarakan pendekatan Volcker, yang akan memungkinkan kesalahan menyebar ke seluruh sistem, tidak perlu mengurangi inflasi dari 8% menjadi kurang dari 5%, kita sebaiknya menunggu beberapa tahun agar kesalahan ini berjalan melalui sistem ekonomi, tetapi tidak dengan cara yang dilakukan Volcker yang akan menyebabkan ekonomi mengalami pendaratan keras (hard landing) dan memunculkan Depresi Hebat.

Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor pemasaran di Sekolah Bisnis Aiken University of South Carolina mengatakan pada “Forum Elite” ini bahwa uang kertas yang diedarkan berlebihan oleh pemerintah AS, kebijakan energi hijau, dan putusnya rantai pasokan internasional yang terjadi secara menyeluruh merupakan penyebab utama inflasi di Amerika Serikat.

Frank Tian Xie mengatakan bahwa kebijakan energi baru dan apa yang disebut kebijakan sosial yang lebih adil, telah memiliki dampak negatif yang sangat besar di Amerika Serikat dan dunia. Contoh paling sederhananya adalah Jerman. Akibat Jerman secara sepihak dan dalam waktu singkat mencapai kebijakan energi hijau, lalu menutup secara bersamaan semua pembangkit listrik tenaga nuklir, akhirnya mereka langsung jatuh ke dalam krisis energi, dan terpaksa harus lebih mengandalkan pada minyak dan gas alam Rusia. 

Frank Tian Xie mengatakan bahwa setelah pecahnya perang Rusia-Ukraina, Jerman harus melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Rusia dan terus membeli minyak dan gas Rusia, yang membawa dampak besar terhadap Jerman sendiri dan politik internasional. Sedangkan di Amerika Serikat, kebijakan sumber energi baru ini dan beberapa kebijakan sosial yang lebih adil sebenarnya adalah faktor utama mengapa Amerika Serikat mengalami inflasi saat ini dan bahkan mungkin memasuki resesi ekonomi.

Inflasi di Amerika Serikat saat ini belum mencapai tingkat krisis minyak yang terjadi pada tahun 1970-an, tetapi sebenarnya sudah mendekati tingkat 10% sebelum Perang Dunia Kedua. PDB AS kuartal pertama tahun ini sudah turun 1,5%, dan sekarang data kuartal kedua menjadi sangat kritis. Jika PDB kuartal kedua juga turun, maka Amerika Serikat resmi memasuki resesi.

Perang Rusia-Ukraina, reorganisasi tatanan internasional, munculnya kembali situasi kacau sebelum Perang Dunia Pertama

Selain kekhawatiran terhadap munculnya resesi ekonomi akibat inflasi yang tinggi, tatanan politik internasional juga mengalami guncangan besar tahun ini. 

Pada 24 Februari, invasi Rusia ke Ukraina telah mematahkan sistem internasional lama yang menghormati kedaulatan teritorial nasional setelah era Perang Dingin. Pola dunia sedang dibagi dan ditata ulang. Sedangkan pemerintah Tiongkok mencoba untuk merebut situasi kacau ini dengan meningkatkan investasinya di bidang  militer, dan menunjukkan kecenderungan untuk mengambil risiko militer yang semakin kuat pada isu Selat Taiwan.

gelembung ekonomi cina tiongkok
Orang berjalan melewati dekorasi berbentuk koin tembaga untuk Tahun Baru Imlek di Zhengzhou, Tiongkok, dalam foto file ini. Tembaga dan emas banyak digunakan untuk mendukung pinjaman di Tiongkok dan kedua logam baru-baru ini mengalami tekanan karena likuidasi paksa. VCG / VCG via Getty Images)

Terkait hal ini, Mr Shi Shan, seorang editor senior dan pemimpin redaksi media Epoch Times, mengatakan pada “Forum Elit” bahwa situasi yang kita hadapi sekarang, jauh lebih berbahaya daripada 40 tahun silam. Bahkan dapat dikatakan bahwa situasi yang dihadapi baik oleh warga  AS maupun dunia saat ini, lebih mirip situasi yang terbentuk pada 100 tahun yang lalu di mana merupakan era akhir dari pemerintahan Victoria Inggris. Di masa itu, Inggris sudah mampu mendominasi dunia. Ia selain menggunakan poundsterling  untuk mengontrol keuangan global, Inggris juga memiliki kekuatan militer, pengaruh politik, serta banyak koloni di dunia. Namun ketika era Victoria berakhir, karena kebangkitan negara-negara Eropa lainnya, seperti Jerman dan Rusia, sehingga konflik antara kekuatan Eropa lainnya dengan Inggris jadi membesar sampai akhirnya berkobarlah Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Mr. Shi Shan menunjukkan bahwa warga Amerika Serikat saat ini sebenarnya menghadapi masalah yang hampir sama, yaitu salah satunya soal besarnya kekuatan militer AS, dan yang lainnya adalah dolar AS masih menjadi sistem penyelesaian keuangan global. Proses globalisasi saat ini sangat tergantung pada dolar AS sebagai sistem penyelesaian keuangan. Namun, jika sistem mata uang mulai bermasalah. Misalnya, pemerintah AS sekarang mengedarkan sejumlah besar uang kertas sebagai tanggapan atas pencegahan epidemi, yang sebenarnya telah mendevaluasi nilai dolar AS. Jika globalisasi tidak lagi mempercayai sistem dolar AS, masalah apa yang akan ditimbulkannya ? Akankah muncul sebuah titik balik sekarang ?

Mr. Shi Shan mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina ini, dapat dikatakan sebagai sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia Kedua. Meskipun sebelumnya juga pernah terjadi negara besar menyerang negara lemah, tetapi umumnya hanya bertujuan untuk menyerang pemerintahan, pihak lain atau mengambil beberapa kepentingan negara itu, tidak tidak berniat mengubah negara, juga tidak mengubah perbatasan nasional. Hal mana bisa dilihat dari serangan militer bekas Uni Soviet ke Republik Ceko, Hungaria atau pengiriman pasukan Amerika Serikat ke Grenada, Irak, dan Afghanistan, itu tidak dimaksudkan untuk mengubah tanah negara-negara ini.

Tetapi dalam situasi saat ini, Rusia telah menggunakan kekuatannya untuk mengubah perbatasan Ukraina, yang mengirimkan sinyal yang jelas ke semua negara di dunia bahwa aturan telah berubah, jadi bagaimana negara lain harus menghadapinya ? Tidak ada aturan internasional yang dapat melindungi Anda, Anda hanya dapat melindungi diri sendiri. Kata Mr. Shi Shan. Dan hal ini akan menyebabkan peningkatan substansial anggaran militer, dan pengeluaran militer adalah pengeluaran pemerintah, yang setara dengan mengintensifkan masalah inflasi, karena semua pengeluaran pemerintah dilakukan dalam mata uang negara, ditambah rantai pasokan global tertentu. Jika ada masalah di tautan, itu akan menyebabkan masalah besar. 

Mr. Shi Shan mengatakan bahwa saat ini benar-benar berbahaya. Masalah yang kita hadapi sekarang sebenarnya lebih kompleks dan lebih besar daripada yang dihadapi pada tahun 1970-an dan 1980-an. Jika kita ingin melihat lebih jauh bahkan mungkin situasi di era akhir Victoria, yaitu pada awal abad ke-20, situasi yang terjadi sebelum meletusnya Perang Dunia Pertama. (sin)

Program TV baru “Forum Elite” yang diluncurkan bersama oleh New Tang Dynasty TV dan Epoch Times adalah forum TV kelas atas yang berbasis dunia Tionghoa. Program ini akan mempertemukan para elit dari semua lapisan masyarakat di seluruh dunia untuk bertukar pandangan tentang topik yang sedang hangat, menganalisis tren umum dunia, dan memberikan kepada pemirsa pandangan mendalam tentang urusan sosial terkini dan kebenaran sejarah.

Edisi “Forum Elit” kali ini berfokus pada kekhawatiran tentang resesi ekonomi global yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi di Eropa dan Amerika Serikat, dan kenaikan suku bunga The Fed, serta dampak krisis geopolitik yang disebabkan oleh perang Rusia – Ukraina terhadap situasi internasional di masa mendatang.