Cukup Melihat 1 Kata, Otak dapat Melepas Hormon Stres!

Su Guanmi

Andrew Newberg, direktur dari Center for Spirituality and Mind University of Pennsylvania, dan rekan peneliti Mark Waldman menunjukkan bahwa ketika kata “TIDAK/ no” diucapkan kurang dari satu detik, maka tubuh akan secara tiba-tiba melepaskan lusinan jenis hormon dan neurotransmiter yang menghasilkan stres. Bahan-bahan kimia tersebut segera akan memutuskan fungsi normal otak, merusak logika, penalaran, pemrosesan bahasa dan kemampuan komunikasi.

Manusia Senantiasa Mudah Terpengaruh oleh Hal-Hal Negatif?

Bukan hanya kata “TIDAK” saja yang memiliki berbagai efek negatif, kedua ahli saraf tersebut juga menyatakan bahwa semakin banyak pikiran atau percakapan negatif berlanjut, semakin sulit untuk dihentikan. Bahkan jika pikiran negatif seperti kemiskinan, penyakit, dan kematian bukan/belum merupakan hal nyata, namun otak juga akan merespons fantasi negatif ini seolah-olah itu adalah peristiwa yang benar-benar terjadi.

Studi juga menemukan bahwa pasien yang telah menjalani operasi di bangsal bedah dan apabila menerima kata-kata negatif dapat menyebabkan pelepasan hormon stres kortisol, dan efek analgesia diri oleh pasien (PCA) juga menjadi tidak ideal.

Selain kata-kata negatif, ekspresi wajah ketakutan dan kemarahan juga bisa membuat orang cemas dan mudah tersinggung, dan amigdala (merupakan bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi, khususnya pada emosi negatif, rasa takut serta deteksi bahaya) merespons lebih kuat daripada melihat adegan menakutkan seperti penyerangan dan mutilasi. Bertentangan dengan pesan negatif dan ekspresi marah, otak justru kurang responsif terhadap pesan positif, dan pesan positif kurang kuat dibandingkan pesan negatif dan pasif.

Keadaan ini sangat umum berada dalam kehidupan kita, seperti dalam hubungan intim, pola jejaring sosial dan proses pembelajaran. Emosi dan umpan balik negatif dan orang tua yang kurang belas kasih, acap kali memiliki pengaruh lebih besar dari kesan positif, dan kesan buruk lebih mudah terbentuk daripada kesan baik, sementara itu berita buruk menyebar lebih luas daripada berita baik.

Pengaturan otak seperti ini memiliki efek mendalam pada masyarakat, dan bagi sebagian orang, hal itu dapat membuat segala sesuatunya menjadi tidak mudah berkembang ke arah positif.

Mengapa seorang psikolog klinis di Pusat Rehabilitasi Kaohsiung dari Biro Urusan Pemasyarakatan Kementerian Kehakiman Taiwan, Ke Junming, sangat tersentuh dengan hal ini? 

Di antara kasus-kasus pecandu narkoba yang telah dibimbing oleh Ke Junming, banyak dari mereka adalah orang-orang sukses di masyarakat, seperti profesor, dokter, pemilik perusahaan, dan sebagainya. Orang- orang tersebut memiliki satu kesamaan, yakni: Mereka selalu memperhatikan bagian-bagian yang negatif dan detail, tetapi mengabaikan tanggapan-tanggapan positif, bahkan ulasan yang netral dan positif diserongkan menjadi umpan balik yang negatif.

Misalnya, seorang dosen universitas yang menderita depresi ditempatkan di penjara untuk observasi dan rehabilitasi karena menggunakan obat-obatan terlarang. Dosen ini adalah perfeksionis dan selalu merasa dirinya kurang ulung. Ia pernah menjadi juara ke-3 dalam lomba esai tingkat nasional, tapi dia malah menganggap dirinya pecundang karena tidak mendapat- kan juara pertama. Menghadapi ucapan selamat dari rekan-rekannya, ia menafsirkannya sebagai “orang- orang tersebut hanya berpura-pura memuji dirinya, saya akan melakukan hal yang sama jika mereka adalah saya”, dan bahkan berpikir bahwa mereka pasti menertawakannya di belakang.

Karena otaknya selalu dipenuhi dengan pikiran negatif, membuatnya merasakan banyak tekanan. Kemudian, ia berteman dengan orang buruk di internet. Ia yang tak tahan godaan lalu mencoba narkoba untuk menghilangkan kebosanannya.

Ke Junming menunjukkan bahwa banyak dari kasus sejenis sekaligus menderita depresi dalam waktu yang sama. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa

rangsangan dan ingatan negatif dapat menyebabkan depresi.

Otak Secara Bawaan Cenderung Fokus pada Hal-Hal Negatif

Mengapa otak bisa begini? Karena informasi positif tidak dapat menimbulkan ancaman bagi dirinya sendiri dan tidak mengharuskan otak untuk merespons dengan cepat, maka itu otak memberikan perhatian berlebih pada informasi negatif. Amigdala di dalam otak menilai lingkungan untuk menemukan potensi ancaman, jika ancaman memang muncul, amigdala dapat tetap aktif dan merespons rangsangan baru. Penelitian telah menemukan bahwa ketika seseorang setelah selesai melihat gambar negatif dan kemudian melihat ekspresi wajah yang netral, amigdala juga dapat aktif dalam pola yang sama, menghasilkan peningkatan emosi negatif harian dan penurunan emosi positif sehari-hari.

Jurnal ilmiah Nature menerbitkan sebuah studi baru pada Juli tahun ini, yang telah menguji efek gula atau kejutan listrik pada saraf otak dan sekresi zat pada tikus dengan suara nada berbeda. Kesimpulannya adalah: Keadaan default otak adalah menjadi bias terhadap rasa takut—neuron yang menghubungkan perasaan negatif dengan memori diaktifkan sampai neurotensin (suatu neuropeptida) dilepaskan, dan neuron yang terkait dengan perasaan positif baru dibuka. Neuron yang terkena pengaruh ini terletak di amigdala basolateral (BLA).

Para peneliti menunjukkan bahwa dengan begini membantu orang menghindari situasi yang berpotensi bahaya, selain itu menggemakan situasi orang-orang yang cenderung menganggap segala sesuatunya buruk. Zeng Qiaoan, seorang peneliti di Albert Einstein College of Medicine yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa ketika tikus diberi air gula, otaknya akan mengeluarkan neurotensin, yang mengonsolidasikan dan memperkuat siklus memori yang baik. Prinsip yang sama juga tercermin dalam pengasuhan manusia. Dia menunjukkan bahwa manusia juga perlu dihargai dan diakui, yang membantu membangun dan memperkuat siklus positif.

Karena otak juga merespons pesan-pesan positif, orang dapat dengan sengaja membina emosi positif dan aktif, meskipun bagi orang yang pasif, mereka bahkan mengalami depresi ringan atau sedang, juga dapat memperoleh manfaat darinya.

Baik emosi positif maupun negatif memiliki makna tertentu.

Emosi negatif dapat mengarah pada peningkatan konsentrasi dan kesadaran, dan respons fisiologis juga melakukan penyesuaian untuk merespons langsung ancaman atau masalah dengan lebih baik. sedangkan emosi positif dan aktif dapat membantu meningkatkan ketahanan diri. Ketahanan diri mengacu pada kemampuan individu dalam beradaptasi dengan keadaan yang selalu berubah. Bahkan dalam menghadapi tingkat emosi negatif yang sama, orang dengan ketahanan diri yang lebih baik lebih mampu bangkit kembali dari ke- sulitan dan stres, untuk melawan depresi, dan terus bertumbuh.

Sulit Menghilangkan Emosi Negatif? 3 Cara Mengatasi dan Membangun Emosi Positif

Zeng Qiaoan menyatakan bahwa emosi negatif beberapa orang betul-betul terlalu kuat, yang sebaliknya malah melukai diri mereka sendiri. Misalnya, emosi negatif yang paling umum adalah kebencian, banyak pasien kanker payudara terkait dengan emosi kebencian. Dia juga menyebutkan bahwa sekarang ini banyak sekali pesan negatif yang beredar di masyarakat, untuk meningkatkan click rate, sejumlah media terutama suka memberitakan berita buruk, karena dapat dengan cepat merangsang reaksi emosional negatif dan menarik pembaca, tetapi membawakan pengaruh buruk pada seluruh masyarakat.

Bagaimana caranya mengatasi emosi buruk yang dibawakan oleh informasi negatif dan membangun emosi positif dan aktif? Ada beberapa cara:

1.Hasilkan 3 pemikiran positif untuk setiap pesan negatif

Untuk pikiran negatif, ide negatif dan prasangka yang telah terbentuk, Anda dapat menghilangkan dan mengatasinya dengan lebih memikirkan hal-hal baik lainnya dan kelebihan dari pihak lain, maka, harus dipikir dan berapa kali dipikir? Penelitian telah menemukan bahwa orang perlu menghasilkan setidaknya 3 pikiran dan perasaan positif dan aktif untuk menawan setiap pikiran negatif.

Jika sepasang suami-istri ingin mempertahankan perasaan yang cukup baik, mereka bahkan perlu memberikan 5 pesan positif untuk menghapus satu kata negatif, baru dapat membantu mempertahankan pernikahan mereka. Oleh karena itu, ketika pasangan Anda berteriak kepada diri Anda “mengapa Kamu setiap kali selalu begitu”, itu juga berarti bahwa diri sendiri perlu menghabiskan 5 kali upaya untuk menghilangkan prasangka yang sudah terbentuk oleh pasangan Anda.

2. Merenung sembari berpikiran lurus dan meditasi

Meskipun kita dapat memilih untuk tidak membaca atau mendengarkan informasi negatif, tetapi ketika informasi tersebut meresap dalam hidup kita tanpa bisa dicegah, kita dapat menumbuhkan emosi positif dan kekuatan psikologis positif dengan meningkatkan “perlawanan” kita.

Ke Junming merekomendasikan berlatih merenung dengan pikiran lurus selama sekitar 20 menit setiap hari, dengan demikian dapat membuat perbedaan besar dalam hal kebahagiaan, kesehatan, sifat hubungan, dan ketahanan.

Zeng Qiaoan merekomendasikan meditasi. Dia menunjukkan bahwa meditasi dapat menghancurkan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh informasi negatif pada otak. Karena meditasi dapat meningkatkan gelombang Gamma, yang merupakan gelombang otak yang damai, dapat membawa ketahanan stres yang lebih baik, sehingga orang tidak akan mudah terbawa emosi ekstrem seperti lekas marah dan berputus asa.

Mereka yang biasanya memiliki kebiasaan bermeditasi, berbagi bahwa meditasi yang teratur dapat meningkatkan kemampuan untuk menjaga keseimbang- an emosi, tidak hanya tidak mudah terpengaruh oleh pesan negatif, tetapi juga bekerja lebih lancar.

Baik itu meditasi, dzikir, yoga, tai chi, latihan pernafasan, relaksasi otot progresif atau Qigong, semuanya telah terbukti memicu Respons Relaksasi (RR). Respons relaksasi adalah intervensi pikiran-tubuh yang melawan efek negatif yang disebabkan oleh stres.

3. Bersikap baik kepada orang lain dan pertahankan hati bersyukur

Zeng Qiaoan menunjukkan bahwa penelitian tersebut di atas berpendapat bahwa neurotensin dapat digunakan untuk mengembangkan obat guna menyelaraskan otak, dan mengambil inisiatif untuk bersikap baik kepada orang lain dan memuji orang lain memiliki efek sama seperti melepaskan neurotensin, yang juga akan mendapatkan tanggapan positif dan umpan balik dari pihak lain.

Ke Junming juga menyatakan bahwa banyak penelitian telah mengonfirmasi bahwa banyak membantu orang lain dapat membuat orang lebih bahagia dan lebih bermanfaat untuk kesehatan mental.

Cara mengungkapkan rasa syukur bisa dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang lain atau dengan berterima kasih pada diri sendiri untuk “menciptakan” emosi positif.

Cara lain untuk membina emosi positif termasuk mempertahankan kebiasaan olahraga, mengenang kembali memori yang indah, dan menulis buku harian. Ketika orang menulis catatan harian, mereka dapat mengembangkan harapan dan impian masa depan serta membayangkan seperti apakah masa depan jika semua tujuan tercapai. Meskipun pikiran positif tersebut tidak rasional, namun tetap dapat membantu meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup.

Terakhir, jika Anda sedang dalam suasana hati yang negatif, Ke Junming menyarankan agar Anda mengambil empat langkah “jeda, bernapas, berpikir, dan memilih” untuk menyelaraskan diri.

Jeda, adalah menghentikan sementara hal yang sedang Anda lakukan, meninggalkan tempat kejadian, dan biarkan diri Anda tenang.

Bernapas, adalah menarik dan menghembuskan napas dalam-dalam berulang kali atau berlatih relaksasi otot.

Berpikir, adalah menenangkan diri untuk merenung, ditimang-timang bagaimana keadaan sebenarnya? Apakah pikiran diri sendiri mencerminkan kenyataan?

Memilih, adalah menentukan semacam cara merespons yang paling membantu diri sendiri, bukan hanya respons emosional. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah tanggapan saya bermanfaat untuk situasi saat ini? Apakah ini akan membuat saya merasa lebih baik atau mengurangi stres? Dapatkah tanggapan saya membantu diri sendiri, atau membantu orang lain?

Ikuti 4 langkah ini untuk menghindari diri Anda terjerumus semakin dalam, selanjutnya masih bisa mencoba melakukan beberapa kegiatan yang mengurangi stres. (lin)