Desa di Pakistan Ini Kehilangan Segenerasi Pria Muda Akibat Kapal Pengangkut 350 Orang Imgiran Tenggelam

oleh Ren Hao – NTD

Menteri Dalam Negeri Pakistan mengatakan pada 23 Juni bahwa setelah sebuah kapal pengungsi tenggelam di lepas pantai Yunani, 281 keluarga Pakistan menghubungi dan meminta bantuan pemerintah untuk ikut mencari anggota keluarga mereka yang menaiki kapal tersebut. Menteri memperkirakan bahwa setidaknya 350 orang Pakistan menjadi korban kecelakaan kapal itu. BBC melaporkan bahwa ada desa yang 1 generasi pemudanya tewas dalam insiden tenggelamnya kapal tersebut.

Pada 14 Juni, sebuah kapal penangkap ikan yang sarat dengan pengungsi berangkat dari Libya menuju Italia kemudian terbalik dan tenggelam di lepas pantai Yunani. Pihak berwenang memperkirakan bahwa ada 400 hingga 750 orang di dalam kapal penangkap ikan itu, dan sebagian besar dari mereka adalah imigran gelap yang telah membayar biaya kepada sindikat penyelundupan manusia. Mereka terutama adalah warga negara Mesir, Bangladesh dan Pakistan.

Hingga berita ini dimuat, hanya 104 orang yang berhasil diselamatkan dan 82 jenazah ditemukan. Sebagian besar lainnya masih belum jelas keberadaannya. Menurut ungkapan kapten kapal bahwa tenggelamnya kapal karena kelebihan muatan sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan kapal lebih awal.

Desa yang kehilangan segenerasi pria muda

Raja Anwar berdiri di atap rumahnya di Bandli, sebuah desa terpencil di pegunungan Kashmir yang dikuasai Pakistan, menatap dengan pandangan kosong ke gerbang seraya mengenang suasana saat keluarganya berkumpul, dan berharap agar anaknya bisa segera pulang ke rumah.

Gambar tersebut menunjukkan pada 20 Juni 2023, seorang ibu di Desa Bandeli, Kashmir, Pakistan memegang foto putranya. Putranya berada di atas kapal pengungsi yang terbalik. (Sajjad Qayyum/AFP/Getty Images)

Raja Anwar hanya memiliki satu putra, yang berusia 38 tahun. Putra satu-satunya itu membayar biaya perantara ikut menjadi imigran gelap ke Eropa bersama keempat orang sepupunya, tanpa diduga, kapal pengungsi yang ditumpanginya tenggelam di lepas pantai Yunani.

“Kami meminjam total BDT. 20.000,- (bangladeshi taka) yang nilainya setara USD. 8.000,- dari seluruh keluarga untuk membayar biaya perjalanan putra kami”, kata orang tua yang patah hati karena kehilangan anak tetapi hutang tetap harus dilunasi.

Di antara lima anggota muda keluarga Anwar yang menjadi korban, yang termuda baru berusia 19 tahun. Hanya satu dari mereka itu yang sudah menikah dan memiliki anak. Raja Anwar menangis untuk seluruh keluarga, juga menangisi seluruh penduduk desa, karena pria muda satu generasi lenyap sekaligus.

BBC melaporkan, total 24 orang dari 11 keluarga di Desa Bandli berada di atas kapal pengungsi yang tenggelam. Pihak berwenang Yunani mengatakan bahwa ada 12 dari 104 orang yang diselamatkan itu berasal dari Pakistan. Sayangnya, tidak satu pun dari mereka ini merupakan penduduk desa Bandli.

Berita besar bagi Menteri Dalam Negeri Pakistan 

Menteri Dalam Negeri Pakistan Rana Sanaullah mengatakan kepada parlemen pada 23 Juni bahwa meski kapal yang tenggelam itu terjadi di ribuan mil dari Pakistan, tetapi membuat Pakistan menderita kerugian besar karena sedikitnya 350 orang penduduk diperkirakan tewas dalam insiden.

Tercatat hingga 23 Juni ada 193 keluarga Pakistan yang sudah diambil sampel DNA. Selain itu, 281 keluarga lainnya percaya bahwa kerabat mereka ada di atas kapal naas itu.

Setelah insiden itu, pihak berwenang Pakistan langsung menangkap beberapa orang pemilik agen perdagangan manusia dan perantaranya. Mereka mengaku menyediakan layanan penyelundupan ke Eropa dengan biaya USD. 8.000,- per orang. Setelah itu, upline di Libya akan mengatur agar WN Pakistan terbang secara legal ke Dubai, Mesir atau Libya dengan pesawat terbang, lalu naik kapal dari Libya menuju Eropa secara ilegal.

Gambar menunjukkan 2 orang ibu dari Desa Bandli, Kashmir, Pakistan sambil menangis memberitahukan bahwa putra mereka berada di kapal pengungsi yang terbalik di Yunani pada 14 Juni. (Sajjad Qayyum/AFP/Getty Images)

Para pemilik agen dan perantara itu mengklaim bahwa mereka tidak tahu menahu kalau kapal penyelundup akan kelebihan muatan penumpang.

Selama 5 tahun terakhir, sudah banyak warga Pakistan yang menjadi korban tewas dalam penyelundupan ke Eropa, tetapi tidak satu pun pemilik agen atau perantara perdagangan manusia itu yang dijerat hukum. Rana Sanaullah mengatakan bahwa setelah setiap tragedi itu terjadi, keluarga korban lebih memilih untuk mencabut gugatan dengan imbalan kompensasi finansial dari para agen penyelundupan.

Industri penyelundupan yang kian semarak 

Jumlah penduduk Pakistan melebihi 230 juta jiwa. Setiap tahunnya, ada sekitar 2 juta orang anak muda yang mencari pekerjaan. Namun, karena pertumbuhan ekonominya yang lemah. Dengan tingkat pengangguran yang mencapai 11 hingga 12%, banyak orang tidak dapat menemukan pekerjaan, tetapi mereka harus menghadapi inflasi yang tinggi.

Mengambil risiko menjadi imigran gelap dan mempertaruhkan nyawa telah menjadi pilihan banyak anak muda Pakistan. Menurut Frontex, sebuah Badan Penjaga Perbatasan dan Pantai Eropa, bahwa ketiga negara asal migran ilegal terbanyak yang diselundupkan ke Uni Eropa lewat Italia adalah Mesir, Bangladesh, dan Pakistan.

Dalam 5 bulan pertama tahun ini, sebanyak 4.971 orang penyelundup asal Pakistan yang berhasil menyeberangi lautan dan mendarat di Italia. Kedatangan mereka yang “mulus” di daratan Eropa, serta hasil perolehan dari bekerja mereka di negara Eropa telah memancing lebih banyak WN Pakistan lainnya untuk memulai perjalanan yang mempertaruhkan nyawa ini. (sin)