Meksiko dan Kanada Mengambil Alih Tiongkok Sebagai Negara Terbesar Penghasil Komoditas Impor bagi AS

oleh Zhang Ting

Data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan AS pada Selasa (8 Agustus) menunjukkan, bahwa dalam 6 bulan pertama tahun 2023, impor barang AS dari Tiongkok telah menurun sebesar 25%, sedangkan Meksiko dan Kanada telah mengambil alih Tiongkok sebagai negara terbesar penghasil komoditas impor bagi Amerika Serikat. Itu karena semakin banyak perusahaan mencari ke negara lain untuk mengurangi risiko dan mendiversifikasi rantai pasokan mereka untuk menghadapi pergesekan AS – Tiongkok yang terus meningkat.

Menurut laporan situs berita AS “Politico”, penurunan tajam impor AS dari Tiongkok dapat merupakan pertanda bahwa dengan meningkatnya ketegangan geopolitik akhirnya dapat meyakinkan banyak perusahaan AS mengenai perlunya mereka mencari pemasok lain di luar Tiongkok. Administrasi Biden dan Kongres AS telah memberlakukan pembatasan perdagangan baru terhadap Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pembatasan ekspor microchip AS dan produk teknologi tinggi lainnya yang dapat membantu Tiongkok mengembangkan kekuatan militernya. Pemerintahan Biden juga bekerja keras untuk menghindari perusahaan AS mengimpor produk Tiongkok yang melibatkan kerja paksa.

Menurut data terbaru dari Kemendag AS yang belum disesuaikan, bahwa AS telah mengimpor sekitar USD. 203 miliar komoditas dari Tiongkok dalam enam bulan pertama tahun ini. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 25% jika dibandingkan dengan angka dari periode yang sama pada tahun 2022. Tiongkok sekarang berada di urutan ketiga setelah Meksiko dan Kanada. Pada paruh pertama tahun ini, impor barang dagangan AS dari Meksiko naik 5,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Jerman dan Jepang juga masuk 5 besar negara penghasil komoditas impor bagi AS.

Data terbaru dari Kemendag AS juga menunjukkan bahwa porsi Tiongkok dari total impor AS pada semester pertama tahun ini hanya sebesar 13,3% , turun dari 16,5% tahun lalu, dan turun lebih drastis dari puncaknya yang pernah dicapai pada tahun 2017 yakni 21,6%. Jika tren ini terus berlanjut, maka pangsa Tiongkok di pasar impor AS tahun ini kemungkinan akan berada di rekor terendahnya dalam hampir 20 tahun terakhir.

Ed Gresser, mantan ekonom USTR mengatakan bahwa untuk beberapa produk teknologi mutakhir, seperti laptop, komputer dan lainnya, data perdagangan AS menunjukkan bahwa ekspor komoditas tersebut ke AS dari negara lain seperti Vietnam, India dan Meksiko justru meningkat, sementara yang dari Tiongkok menurun.

Data tahunan menunjukkan bahwa Tiongkok telah menjadi pemasok komoditas terbesar bagi Amerika Serikat selama lebih dari satu dekade. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, masalah perbedaan terhadap isu-isu seperti HAM, perdagangan yang adil, Taiwan, Perang Rusia – Ukraina serta persaingan teknologi dan pasar antara Tiongkok dengan Amerika Serikat telah melebar yang membawa tantangan bagi perdagangan bilateral.

Seiring dengan semakin cerdasnya konsumer AS dalam hal berbelanja komoditas, permintaan untuk produk buatan Tiongkok seperti ponsel dan pakaian jadi terus menurun. Sementara itu, masalah rantai pasokan di masa pandemi COVID-19 telah mendorong AS untuk mendiversifikasikan rantai pasokan, sehingga terjadi peningkatan impor komoditas dari negara tetangga seperti Meksiko dan Kanada.

Laporan Kemendag AS pada Selasa juga menunjukkan bahwa impor AS dari Tiongkok pada bulan Juni tahun ini setelah dilakukan penyesuaian secara musiman tercatat hanya USD. 33,5 miliar, merupakan level terendah sejak wabah. Total defisit perdagangan barang AS dengan Tiongkok pada bulan Juni jadi mengecil.

Akibat ekspor komoditas Tiongkok ke seluruh dunia turun tajam pada Juli tahun ini, tantangan Tiongkok menjadi semakin serius. Menurut data dalam nilai dolar AS yang dirilis oleh pemerintah Tiongkok pada hari Selasa, menunjukkan ekspor Tiongkok di bulan Juli turun sebanyak 14,5% YoY, ini merupakan penurunan tahun ke tahun terbesar sejak Februari 2020 pandemi COVID-19.

Dari Januari hingga Juli tahun ini, total impor dan ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat adalah USD. 381,5 miliar, menurun 15,4% YOY, di mana ekspor turun 18,6% dan impor turun 4,7%.

The Wall Street Journal mengatakan bahwa ketegangan geopolitik yang memburuk antara Tiongkok dan negara-negara Barat telah mendorong beberapa produsen Barat untuk mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasokan Tiongkok. Hal ini diperkirakan akan berdampak pada melemahnya hubungan perdagangan antara kedua belah pihak.

Wall Street Journal juga melaporkan, bahwa data terbaru menunjukkan adanya peningkatan masalah ekonomi di Tiongkok, pasar real estat yang telah lesu pekan ini menunjukkan adanya tanda-tanda tekanan baru yang harus dihadapi. Sedangkan pengangguran kaum muda berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Data terbaru mencerminkan bahwa Tiongkok berada di ambang tergelincir ke dalam deflasi, ini yang dikhawatirkan oleh banyak orang, bahwa situasi demikian dapat menyebabkan ekonomi Tiongkok jatuh ke dasar seperti terseret oleh pusaran air. (sin)