10 Maskapai Penerbangan Dunia yang Paling Tidak Aman Saat ini, Termasuk dari Maskapai Asal Indonesia

 oleh Wang Yixiao 

Setelah epidemi, kegiatan industri penerbangan berangsur pulih, namun tingkat kecelakaan di dunia penerbangan juga ikut meningkat. Berikut 10 maskapai penerbangan paling tidak aman di dunia menurut indeks JACDEC (Jet Airliner Crash Data Evaluation Centre), pusat data keselamatan penerbangan di Jerman.

Peringkat ke-10. Vietnam Airlines

Vietnam Airlines adalah maskapai penerbangan milik negara. Menurut JACDEC, Vietnam Airlines telah mengalami 18 kali kecelakaan serius dalam satu dekade terakhir. Pada tahun 1997, sebuah Tupolev 134 jatuh saat terbang ke Bandara Pochentong di Phnom Penh. Dari 66 orang penumpang, hanya seorang bayi berusia satu tahun yang selamat.

Peringkat ke-9. China Eastern Airlines

China Eastern Airlines yang berbasis di Shanghai mulai beroperasi pada tahun 1988. Maskapai ini telah mengalami dua kecelakaan dalam 30 tahun terakhir, menewaskan 137 orang. Pada 21 Maret 2022, sebuah Boeing 737 yang dimiliki maskapai tersebut jatuh saat terbang dari Kunming menuju Guangzhou. Pesawat itu jatuh dari ketinggian hampir 9.000 meter ke tanah dalam waktu satu setengah menit, setelah pilot gagal melakukan penyelamatan, pesawat menabrak pegunungan dan menewaskan seluruh 132 penumpangnya.

Peringkat ke-8. Pegasus Airlines

Pegasus Airlines milik Turki telah beroperasi sejak tahun 1990, dan maskapai penerbangan bertarif rendah ini juga terbang ke bandara Jerman. Sejak tahun 1993, telah terjadi dua kecelakaan serius. Pada 5 Oktober 2020, sebuah Boeing 737 tergelincir dari landasan pacu saat mendarat di Istanbul. Pesawat mengalami kerusakan parah akibat menabrak dinding, menyebabkan 3 dari 183 orang penumpangnya tewas dan banyak penumpang lainnya yang mengalami luka-luka.

Peringkat ke-7. Air India

Air India sudah lama menjadi maskapai penerbangan yang dimiliki negara, tetapi diambil alih pada bulan Oktober 2021 oleh Tata Sons, perusahaan induk konglomerat industri Tata. Basis data JACDEC mencantumkan 23 kecelakaan serius pada maskapai ini dalam dekade terakhir. Kecelakaan terakhir terjadi pada tahun 2014. Meskipun dalam 30 tahun terakhir ini kecelakaan tidak merenggut jiwa penumpang, Namun, keterbatasan infrastruktur di India merupakan faktor risiko. Demikian menurut JACDEC.

Peringkat ke-6. Aeroflot

Aeroflot didirikan pada tahun 1992, maskapai tersebut dikendalikan oleh negara. Catatan keselamatannya menunjukkan bahwa sejak tahun 1993 telah terjadi 12 kali kecelakaan serius yang menewaskan 136 orang. Pada 5 Mei 2019, sebuah Sukhoi 100 Superjet terbakar saat melakukan pendaratan darurat di Moskow, insiden tersebut menewaskan 41 orang.

Akibat sanksi Rusia menginvasi Ukraina, maskapai penerbangan Aeroflot tidak mendapatkan suku cadang untuk pesawat buatan Barat, sehingga semakin meningkatkan risikonya.

Peringkat ke-5. Ethiopian Airlines

Ethiopian Airlines adalah anggota Star Alliance dan terbang ke 125 tujuan. Catatan keselamatan maskapai penerbangan milik negara Ethiopia ini menunjukkan, bahwa ada 18 kali kecelakaan serius terjadi sejak tahun 1993. Pada 10 Maret 2019, sebuah Boeing 737 MAX jatuh setelah lepas landas dari Addis Ababa, menewaskan 157 orang. Penyebab kecelakaan sama dengan Lion Air Penerbangan 610, yaitu karena perangkat lunak kendali tidak diprogram dengan benar dan pilot tidak diberitahu.

Peringkat ke-4. Egypt Air

Egypt Air yang mulai beroperasi pada tahun 1932, adalah maskapai penerbangan nasional Mesir. Perusahaan telah mengalami 5 kali kecelakaan serius dalam 30 tahun terakhir. Pada 19 Mei 2016 malam, sebuah Airbus A320 milik maskapai tersebut jatuh di Laut Mediterania, menewaskan 66 orang di dalamnya. Pada awalnya, ada dugaan bahwa ini adalah akibat dari serangan, namun investigasi para ahli Perancis menemukan penyebab terbakarnya pesawat adalah rokok yang ada di ruang kokpit.

Peringkat ke-3. Lion Air

Lion Air dari Indonesia sering dilaporkan memiliki laporan keselamatan yang negatif di database JACDEC. Perusahaan yang didirikan pada tahun 2000 ini telah mengalami 8 kali kecelakaan serius dalam 30 tahun terakhir yang menewaskan 214 orang. Pada akhir bulan Oktober 2018, sebuah Boeing 737 Max jatuh ke laut karena masalah pemrograman perangkat lunak kontrol dan menewaskan 189 orang. Pakar JACDEC menyebut cuaca ekstrem di kawasan ini sebagai risiko lain.

Peringkat ke-2. Pakistan International Airlines

Menurut data JACDEC, dalam 30 tahun terakhir, Pakistan International Airlines telah mengalami 11 kali kecelakaan pesawat serius yang mengakibatkan 191 orang tewas. Pada bulan Mei 2020, pilot Airbus A320 terbang terlalu tinggi di Bandara Karachi Jinnah meskipun sudah berulang kali diperingatkan oleh pengontrol. Pesawat itu jatuh saat mendarat, menewaskan 97 orang penumpang dan hanya 2 orang yang selamat.

Peringkat ke-1. UT Air

UT Air memiliki indeks keamanan terendah. Menurut catatan JACDEC, maskapai penerbangan Rusia ini telah mengalami 10 kali kecelakaan serius dalam 10 tahun terakhir. Selama 30 tahun terakhir ini UT Air telah mengalami 7 kali kecelakaan besar yang mengakibatkan 39 orang meninggal dunia. Kecelakaan besar terbaru yang terjadi pada tahun 2020, pesawat tergelincir di landasan pacu karena roda pendaratan utama patah saat melakukan pendaratan di Bandara Ushinsk. Untungnya seluruh penumpangnya selamat.

JACDEC adalah organisasi analisis data keselamatan penerbangan profesional di Jerman. Organisasi tersebut setiap tahunnya melakukan evaluasi terhadap maskapai besar di seluruh dunia atas jumlah tahun penerbangan, usia armada, jumlah lepas landas dan pendaratan, statistik kecelakaan pesawat di 30 tahun terakhir, dan statistik keselamatan penerbangan dari hasil Audit Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) dan 33 kriteria lainnya. Hasil evaluasi data tersebut banyak dikutip oleh maskapai penerbangan besar untuk dipelajari. (sin)