Home Blog Page 1324

Berikut Visi dan Misi Jokowi-Ma’ruf Vs Prabowo-Sandiaga di Debat Perdana Capres-Cawapres

0

Epochtimes.id- Pasangan calon presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyampaikan visi dan misinya soal hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.

Hal demikian disampaikan dalam Debat Perdana capres dan cawapres 2019 yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Dua moderator, Ira Koesno dan Imam Priyono memimpin debat perdana ini. Debat ini turut disiarkan secara langsung melalui Kompas TV, TVRI, RTV, dan RRI.

Capres 01 Joko Widodo menyampaikan temanya dengan judul Indonesia maju. Capres 01 mengklaim pihaknya menawarkan optimisme dan masa depan Indonesia berkeadilan.

“Saya berkeyakinan semakin maju semakin demokratis dan modern sebuah negara, maka penegakan hukum dan HAM akan semakin baik,” katanya.

Jokowi memaparkan, bukan hanya hak sipil dan politik yang penting, tetapi pemenuhan hak ekonomi sosial dan budaya menjadi pilihan kami untuk memajukan Indonesia seperti akses terhadap lahan, akses terhadap pendidikan akses, terhadap pelayanan kesehatan, akses terhadap pemodalan, dan hak atas pembangunan merupakan cara pemenuhan hak asasi manusia yang paling dasar.

Meski demikian, Jokowi mengakui masih memiliki beban pelanggaran HAM berat masa lalu tidak mudah menyelesaikannya karena masalah kompleksitas hukum, masalah pembuktian dan waktu yang terlalu jauh. Harusnya ini sudah selesai setelah peristiwa itu terjadi. Akan tetapi, kata Jokowi, pihaknya tetap berkomitmen untuk menyelesaikan masalah HAM ini dan untuk menjamin hak-hak tersebut.

Jokowi menegaskan, negara harus didukung oleh sistem hukum yang adil dan penegakan supermasi hukum yang baik, melalui reformasi kelembagaan dan penguatan sistem manajemen hukum yang baik, dan budaya taat hukum yang harus terus kita perbaiki.

Dia menjelaskan, hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu hukum harus ditegakan tanpa pandang bulu. Penegakan hukum yang tegas, lanjutnya, merupakan bagian dari upaya pemberantasan korupsi yang terus kita lakukan melalui perbaikan sistem pemerintahan dan bekerja sama menguatkan KPK, serta mendorong sinergi antara KPK dengan kejaksaan dan Kepolisian.

“Dan terakhir, kita tetap harus waspada terhadap ancaman terorisme pemerintah terus bekerja keras lewat pendekatan penegakan hukum yang tegas dan pendekatan yang persuasif lewat pembinaan agama ekonomi sosial,” katanya.

Sementara itu, Capres 02, Prabowo Subianto mengatakan pihaknya mengusung dengan tema Indonesia menang. Menurut Prabowo, Indonesia menang karena sekarang dirasakan indikator-indikator menujukan, bahwa Indonesia berada dalam kondisi yang tidak begitu menguntungkan.

Prabowo menjelaskan, di dunia ini ada 200 negara, kurang lebih 30 disebut sangat berhasil, 30 sangat tidak berhasil dan miskin, sisanya berada di tengah-tengah.

Lebih jauh Prabowo menguraikan, ciri khas negara yang berhasil adalah harus swasembada pangan, bahan bakar, air bersih. Selain itu, lembaga lembaga pemerintahan harus kuat terutama lembaga-lembaga penegak hukum hakim, jaksa, dan polisi harus unggul dan harus baik dan harus tidak boleh sama sekali diragukan integritasnya.

“Karena itu kami dalam menghadapi masalah hukum masalah korupsi masalah HAM dan masalah terorisme, kami ingin menyelesaikan dari muara masalah,” ujarnya.

Prabowo mengatakan muara masalah adalah Indonesia harus cukup uang untuk menjamin kualitas hidup semua petugas yang punya wewenang mengambil keputusan, sehingga dia tidak bisa di korupsi. Dia tidak bisa tergoda oleh godaan-godaan koruptor atau yang akan menyogok dan akan mempengaruhi dia. Ini strategi kami.

“Kita bisa mengatasinya secara represif tapi menurut kami masalahnya harus berakar dari akar masalah. Kita harus gaji hakim kita begitu hebat, sehingga dia tidak akan terpengaruh demikian jaksa, demikian polisi, untuk itu kita harus menguasai sumber sumber ekonomi bangsa Indonesia,” tambanya.

Prabowo menuturkan, mereka yakin dengan lembaga-lembaga yang bersih yang kuat, kita bisa menegakkan kepastian hukum. Hukum untuk semua bukan hukum untuk orang-orang kuat atau orang-orang kaya saja.

“Saya kira itu tekad kami keadilan untuk semua, keamanan untuk semua, kemakmuran untuk semua. Saya kira demikian,” pungkasnya.

Cawapres Sandiaga Uno menambahkan hukum yang tidak tebang pilih, tidak tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Hukum yang menghadirkan kepastian sehingga bisa membuka peluang ekonomi, menciptakan lapangan kerja.

“Juga kita pastikan, hukum tersebut, menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang masih mengeluh itu PR kita, dan bersama Prabowo-Sandi, insya Allah kita tegakkan hukum. Kita pastikan tidak ada korupsi lagi,” katanya. (asr)

Menlu AS dan Menlu Kanada Berbicara Tentang Ekstradisi Meng Wanzhou

0

Epochtimes.id- Kementerian Luar Negeri AS pada 16 Januari mengeluarkan pernyataan mengenai Menteri Luar Negeri Mike Pompeo telah melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland pada Selasa lalu. Agenda ini bertujuan bertukar pikiran soal masalah global dan bilateral, termasuk membicarakan topik ekstradisi Meng Wanzhou.

Pernyataan itu berbunyi antara lain bahwa baik Pompeo dan Chrystia menyampaikan keprihatinan atas penahanan dan pengadilan sewenang-wenang warga Kanada oleh pemerintah Tiongkok untuk tujuan politik.

Menanggapi Amerika Serikat yang meminta Kanada untuk mengekstradisi kepala keuangan Huawei, Meng Wanzhou ke AS, Mike Pompeo dan Chrystia Freeland menekankan bahwa mereka akan terus bekerja pada penanganan prosedur peradilan yang relevan secara adil dan transparan.

Atas permintaan Kementerian Kehakiman AS, pada 1 Desember ketika Meng Wanzhou transit pesawat di Bandara Vancouver, ia ditangkap oleh polisi Kanada.

Pada 11 Desember, ia memperoleh jaminan bersyarat dan diekstradisi ke Amerika Serikat untuk diadili. AS menuduh Meng Wanzhou telah melakukan penipuan terhadap sejumlah bank yang menyebabkan bank-bank menghadapi pelanggaran sanksi AS terhadap Iran.

BACA JUGA : Bagaimana Komunis Tiongkok Mencuri Rahasia dan Menjadi Ancaman Keamanan AS

Setelah Meng Wanzhou ditangkap, pemerintah Tiongkok menangkap mantan diplomat Kanada Michael Kovrig dan pengusaha Michael Spavor dengan alasan membahayakan keamanan nasional dan tidak segera mengungkapkan berita tersebut. Pemerintah AS dan Kanada menuduh komunis Tiongkok melakukan tindakan pembalasan atas penangkapan Meng Wanzhou oleh pihak berwenang Kanada.

Hari Senin, pengadilan Tiongkok juga menghukum mati seorang lelaki Kanada yang dicurigai sebagai penyelundup obat bius, yang sekali lagi menimbulkan kemarahan publik.

Pada Desember tahun lalu, Chrystia Freeland menekankan bahwa penangkapan terhadap Meng oleh pihak berwenang Kanada adalah tindakan yudisial dan bukan karena faktor politik. Pengadilan Kanada telah memberikan perlakuan yang adil kepada Meng Wanzhou, dan Meng juga menerima layanan konsuler tepat waktu. Isu selanjutnya mengenai ekstradisi, pemerintah Kanada akan mengani masalah ini dengan sikap tidak mengganggu aturan hukum.

Mantan duta besar AS untuk Tiongkok Gary Locke juga mengatakan bahwa perjanjian ekstradisi Kanada – AS adalah independen secara politik. Pelaksanaan investigasi kejahatan dan penuntutan pidana sepenuhnya terpisah dari pemerintah.

AS harus mengajukan permintaan ekstradisi resmi dalam waktu 60 hari sejak tanggal penangkapan Meng Wanzhou, ini akan mencakup semua bukti yang mendukung ekstradisi. Setelah itu, Kanada akan memiliki waktu 30 hari untuk memutuskan apakah akan mengekstradisi.

Ketika pengadilan Kanada melakukan dengar pendapat ekstradisi, jaksa AS fokus pada tuduhan Meng tentang penipuan bank, daripada berfokus pada pelanggaran terhadap sanksi Iran.

Canadian Broadcasting Corporation (CBC) melaporkan bahwa dalam dekade terakhir, 90 % dari mereka yang ditangkap di Kanada dan minta diekstradisi oleh negara bersangkutan telah berhasil diekstradisi. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=8upq6ZW3sYQ

Kanada dan Terungkapnya ‘Kapal Selam Nuklir Berteknologi Tinggi’ Milik Tiongkok

0

TORONTO — Dalam desakan untuk membuat mereknya menjadi sebuah nama yang terkenal, raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei sering memanfaatkan keuntungan dari kegiatan paling digemari dalam mengisi waktu luang dari negara-negara di mana ia sedang berusaha untuk memperluas usahanya. Di Kanada, perusahaan tersebut merupakan sponsor utama untuk acara “Hockey Night in Canada,” dan di Polandia, ia menggunakan superstar sepakbola dan kapten tim nasional Robert Lewandowski untuk menjual mereknya.

Di kedua negara tersebut, bagaimanapun, Huawei telah menerima rentetan publisitas negatif dalam beberapa pekan terakhir, berada di tengah meningkatnya pertengkaran internasional antara Kanada dengan Tiongkok, dan terkait dengan spionase di Polandia.

Pekan lalu, otoritas Polandia menangkap seorang karyawan senior Huawei bersama dengan warga negara Polandia atas dugaan spionase. Polandia sekarang sedang mempertimbangkan untuk melarang penggunaan produk-produk Huawei dan menyerukan kesatuan posisi UE dan NATO terhadap perusahaan tersebut.

Rezim Tiongkok telah bereaksi terhadap perkembangan-perkembangan di Polandia tersebut dengan mengungkapkan keprihatinan serius dan meminta Polandia untuk menghormati hak-hak nasional Tiongkok. Akan tetapi dalam kasus Kanada, di mana CFO Huawei Meng Wanzhou ditangkap atas permintaan ekstradisi dari Amerika Serikat, reaksi Beijing adalah memperingatkan Kanada tentang “konsekuensi-konsekuensi besar.”

hukuman mati pada warga kanada sebagai pembalasan atas kasus penangkapan eksekutif huawei
Robert Lloyd Schellenberg dari Kanada muncul di pengadilan untuk sidang ulang kasus penyelundupan narkoba di Dalian, provinsi Liaoning, Tiongkok, pada 14 Januari 2019. (Handout via Reuters)

Warga Kanada Michael Kovrig dan Michael Spavor, yang ditangkap oleh rezim Tiongkok tak lama setelah penangkapan Meng, masih ditahan tanpa perwakilan hukum. Dan minggu ini, pengadilan Tiongkok menghukum warga negara Kanada Robert Schellenberg, yang sebelumnya dijatuhi hukuman 15 tahun atas tuduhan penyelundupan narkoba, menjadi hukuman mati setelah proses yang sangat tidak biasa dan liputan media pemerintah yang luas. Pada 16 Januari, muncul berita bahwa Ti-Anna Wang, warga negara Kanada yang ayahnya adalah tahanan politik di Tiongkok, ditahan sebentar bersama keluarganya dan diinterogasi saat transit melalui Bandara Internasional Beijing.

Sheng Xue, seorang penulis Kanada kelahiran Tiongkok, mengatakan alasan meningkatnya reaksi Beijing terhadap penangkapan Meng adalah karena ia mengekspos perusahaan unggulan Tiongkok menjadi sorotan tajam.

“Huawei adalah kapal selam nuklir berteknologi tinggi milik Partai Komunis Tiongkok yang kejam. Penangkapan Meng Wanzhou di Kanada telah menyebabkan kapal selam ini muncul ke permukaan, jadi ini membuat rezim Tiongkok sangat ketakutan dan marah,” kata Sheng Xue.

Huawei terlibat dalam sejumlah prakarsa penting untuk Beijing, kata Sheng Xue, mulai dari Great Firewall yang digunakan untuk menyensor internet hingga “membantu Partai Komunis Tiongkok untuk memiliki pintu belakang akses rahasia di ponsel-ponsel, komputer-komputer, peralatan komunikasi, dan teknologi 5G.”

Kanada saat ini sedang mengevaluasi apakah akan memungkinkan Huawei menjadi bagian dari jaringan 5G-nya, generasi berikutnya dalam teknologi internet. Mayoritas sekutu Kanada di aliansi intelijen Five Eyes telah menolak Huawei untuk jaringan-jaringan 5G mereka.

Jacob Kovalio, seorang profesor yang tergabung di Departemen Sejarah Universitas Carleton dan seorang peneliti Asia, mengatakan Beijing khawatir jika Meng diekstradisi ke Amerika Serikat, dia dapat “mengungkapkan rahasia” di bawah interogasi, yang dapat menjadi implikasi yang sangat buruk bagi rezim tersebut.

“Elemen penting di sini adalah bahwa kata terakhir tentang apa pun, termasuk kegiatan-kegiatan, investasi-investasi dari perusahaan-perusahaan swasta formal, tidak dimiliki atau dikendalikan [perusahaan-perusahaan seperti] Huawei itu sendiri,” kata Kovalio. “Kata terakhir tentang semuanya adalah tentang supremasi politik, kepemimpinan politik di Beijing, bahkan dalam kasus tentang perusahaan yang dianggap sebagai swasta seperti Huawei tersebut.”

Huawei didirikan oleh Ren Zhengfei, mantan perwira Tentara Pembebasan Rakyat dan ayah dari Meng.

Meng telah ditangkap di Vancouver pada 1 Desember, didakwa oleh Amerika Serikat karena memberikan pernyataan tidak benar tentang hubungan Huawei dengan perusahaan yang berbasis di Hong Kong yang telah melakukan bisnis dengan Iran, menjadikan bank-bank kemungkinan menghadapi pelanggaran sanksi-sanksi AS yang diberlakukan terhadap Iran.

TANGGAPAN UNTUK BEIJING

Menyusul ketegangan yang meningkat setelah penangkapan Meng, Amerika Serikat mengubah peringatan perjalanannya (travel advisory) untuk pergi ke Tiongkok pada 3 Januari, memperingatkan para warga untuk semakin berhati-hati karena “penegakan hukum setempat yang sewenang-wenang.”

Meskipun sejumlah orang Kanada telah ditahan sejak tanggal penangkapan Meng, Kanada baru mengubah peringatan perjalanannya pada 14 Januari, segera sesudah Schellenberg dijatuhi hukuman mati.

Perdana Menteri Justin Trudeau menyebut hukuman mati tersebut sewenang-wenang dan mengatakan Kanada sangat prihatin.

kasus penangkapan CFO huawei berbuntut panjang
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berpartisipasi dalam akhir konferensi pers sesi di Ottawa pada 19 Desember 2018. (The Canadian Press / Adrian Wyld)

Beijing telah menanggapi dengan mengeluarkan peringatan perjalanannya sendiri kepada warga yang ingin melakukan perjalanan ke Kanada dan mengecam Kanada karena membuat komentar-komentar “tidak bertanggung jawab” tentang masalah ini.

Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan para pejabat Kanada telah meminta duta besar Tiongkok untuk Kanada untuk memberikan grasi bagi Schellenberg.

Kovalio mengatakan para pemimpin Kanada seharusnya bereaksi lebih tegas dalam menanggapi tindakan Tiongkok terhadap warga-warga Kanada.

“Rezim agresif, totaliter, neo-fasis seperti Beijing hanya menghormati mereka yang menghargai diri mereka sendiri,” katanya.

Brian Lee Crowley, direktur pelaksana lembaga think tank Macdonald-Laurier Institute, mengatakan Tiongkok tidak menghormati karakter lemah.

“Perilaku buruk Tiongkok terhadap para warga negara Kanada di Tiongkok itu sendiri merupakan pertanda keyakinan Tiongkok bahwa Kanada adalah negara yang lemah yang ingin mendapatkan persetujuan Tiongkok,” kata Crowley.

“Saya pikir segera setelah kita mengubah pemberian isyarat dan memperjelas bahwa Kanada tidak memerlukan perdagangan bebas dengan Tiongkok yang begitu buruk yang tanpa ragu-ragu menodai nama baik institusi-institusi dan prinsip-prinsip dasarnya sendiri, saya pribadi percaya bahwa perilaku Tiongkok akan berubah menjadi lebih baik terhadap kita.”

Untuk saat ini, katanya, ada sejumlah hal yang dapat dilakukan Kanada dalam menanggapi Tiongkok, termasuk mengusir duta besar Tiongkok untuk Kanada, Lu Shaye, yang menulis dalam sebuah editorial opini tentang penangkapan Meng bahwa Kanada dan sekutu Baratnya adalah supremasi kulit putih.

“Saya pikir jenis karakterisasi Kanada menurut sifat yang mewakili kekuatan asing sama sekali tidak dapat diterima,” kata Crowley.

Kanada juga dapat meningkatkan hubungannya dengan Taiwan, katanya, menerapkan sanksi-sanksi untuk para pejabat Tiongkok yang bertanggung jawab atas penahanan warga Kanada berdasarkan Undang-undang Magnitsky yang baru disahkan Kanada, dan mengambil lebih banyak posisi kepemimpinan dalam koalisi negara-negara Barat yang berupaya membawa “penegakan kedisiplinan moral dan ketertiban terhadap kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan dunia.” (ran)

Video pilihan:

Waspada !!! Aplikasi Smartphone Buatan Tiongkok Mencuri Data Penggunanya

https://www.youtube.com/watch?v=Z2XD_O0MbKU

Diduga Mencuri Rahasia AS, Huawei Diselidiki dan Segera Dituntut Pidana

0

oleh Su Jinghao

The Wall Street Journal mengutip ungkapan dari sumber yang akrab dengan permasalahan memberitakan bahwa jaksa federal AS sedang melakukan penyelidikan kasus kriminal yang dilakukan Huawei Technologies Tiongkok. Penyelidikan ini dikarenakan Huawei diduga mencuri rahasia dagang perusahaan AS. Termasuk rahasia teknis robot T-Mobile USA yang digunakan untuk menguji smartphone.

Menurut sumber tersebut, bagian dari alasan penyelidikan adalah karena dari gugatan perdata perusahaan AS terhadap Huawei, termasuk juri Seattle yang menentukan bahwa Huawei bertanggung jawab atas pencurian robot di laboratorium Bellevue T-Mobile di Washington, DC.

Sumber menyebutkan bahwa penyelidikan sedang dalam tahap akhir dan akan segera mengarah ke penuntutan.

Juru bicara Kementerian Kehakiman menolak memberikan komentar.

Juru bicara Huawei menolak berkomentar. Meskipun Huawei keberatan dengan tuduhan T-Mobile, tetapi mengakui bahwa kedua karyawan mereka melakukan pelanggaran.

Investigasi kriminal oleh otoritas federal telah memberikan tekanan lebih lanjut pada Huawei. Ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah Trump untuk memerangi pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi wajib oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Huawei diduga mencuri teknologi robot T-Mobile

Sumber mengungkapkan bahwa penyelidikan federal baru terhadap Huawei melibatkan tuntutan hukum perdata T-Mobile pada tahun 2014.

Operator telekomunikasi T-Mobile USA pada saat itu menyebutkan bahwa Huawei telah mencuri perangkat lunak, parameter teknis dan informasi rahasia lainnya dari robot uji ponsel yang diberi nama Tappy.

Gugatan itu menuduh bahwa pada saat itu, Huawei menyediakan ponsel untuk T-Mobil. T-Mobile telah mengembangkan robot uji yang disebut “Tappy” untuk melakukan tes kontrol kualitas pada ponsel yang dijualnya.

Gugatan T-Mobile menunjukkan bahwa selama hubungan bisnis dengan Huawei, karyawan Huawei mengajukan pertanyaan terperinci tentang robot dan berulang kali mencari informasi tentang teknologi hak milik.

Dari dokumen gugatan diketahui bahwa dalam satu kasus, 2 orang karyawan Huawei membawa karyawan ketiga ke laboratorium pengujian dan mengambil foto robot “Tappy” tanpa izin.

Seorang karyawannya mencoba untuk menyembunyikan komponen robot di belakang monitor komputer agar terhindar dari pemantauan kamera keamanan. Kemudian mencoba untuk menyembunyikan bagian-bagian di tas laptopnya dan menyelinap keluar dari laboratorium.

Disebutkan dalam gugatan tersebut bahwa karyawan Huawei itu kemudian mengakui bahwa ia telah mengambil komponen “Tappy” karena departemen R&D Huawei percaya bahwa informasi (teknis) ini untuk membantu meningkatkan kemampuan robot yang dikembangkannya.

Dalam gugatan tersebut juga disebutkan : Akibat Huawei secara serius melanggar kontrak dengan T-Mobile dan mencuri rahasia dagang, T-Mobile terpaksa menghentikan hubungan pasokan ponselnya dengan Huawei dengan kerugian yang cukup besar. Huawei kemudian menggunakan teknologi robotiknya yang dicuri dari T-Mobile untuk secara tidak adil memperoleh keuntungan bisnis sampai jutaan dolar AS.

Dalam menanggapi tuduhan T-Mobile, Huawei mengatakan bahwa pihaknya tidak mencuri rahasia dagang karena “Tappy” bukan rahasia sama sekali. Huawei mengatakan bahwa video perangkat itu dapat dengan mudah ditemukan di YouTube, dan rincian desain serta spesifikasinya telah dipublikasikan di beberapa paten.

Kasus ini akhirnya memasuki proses ajudikasi. Pada tahun 2017, juri memutuskan bahwa Huawei melanggar kontrak dengan T-Mobile dan dikenakan wajib membayar denda kepada T-Mobile sebesar USD. 4,8 juta.

Pengacara T-Mobile : Kasus ini mengungkapkan perilaku ilegal Huawei

Pengacara T-Mobile, John Hueston pada hari Rabu mengatakan : “Perusahaan kami memenangkan gugatan pertama ketika juri menemukan (Huawei) mencuri rahasia dagang dan melanggar kontrak”

Dia juga mengatakan bahwa kasus itu mengungkapkan kejahathan mereka (Huawei) dan mulai mengungkap kisah (kejahatan) Huawei.

Huawei adalah perusahaan swasta dengan struktur kepemilikan saham yang kompleks dan didirikan pada tahun 1984 oleh Ren Zhengfei, insinyur militer Komunis Tiongkok. Ren Zhengfei adalah anggota Partai Komunis Tiongkok dan perwakilan dari Kongres Nasional ke-12 Partai Komunis Tiongkok.

Bertahun-tahun yang lalu, Huawei dituduh mencuri rahasia dagang dari Nortel dan Cisco. Cisco menggugat Huawei atas pelanggaran paten pada tahun 2003.

Dalam beberapa bulan terakhir, Kementerian Kehakiman AS telah meningkatkan upayanya untuk menuntut pencurian teknologi oleh Tiongkok, termasuk investigasi kriminal dan penuntutan untuk kasus-kasus litigasi sipil.

Pada November tahun lalu, Kementerian Kehakiman AS mengajukan gugatan terhadap perusahaan Tiongkok Fujian Jinhua dan mitra Taiwan-nya, Taiwan Lianhua Electronics, yang diduga mencuri rahasia dagang Micron Technology Inc., pembuat chip memori terbesar di Amerika Serikat.

Pemerintah AS terus menekan Huawei

Untuk waktu yang lama, Huawei telah berada di bawah pengawasan pemerintah AS karena kegiatan spionase dan masalah mengancam keamanan nasional, Amerika Serikat telah melarang Huawei memasang peralatan telekomunikasi di jaringan utama AS dan juga melarang semua kementerian dan militer untuk menggunakan peralatan Huawei.

Atas permintaan Kementerian Kehakiman AS, pada 1 Desember, ketika Meng Wanzhou hendak transit pesawat di Bandara Vancouver, ia ditangkap oleh polisi Kanada. Pada 11 Desember, ia diberikan jaminan bersyarat dan menghadapi diekstradisi ke Amerika Serikat untuk diadili. AS menuduh Meng Wanzhou menipu sejumlah bank, menyebabkan bank-bank menghadapi pelanggaran sanksi AS terhadap Iran.

Meng Wanzhou membantah tuduhan itu, dan Huawei mengklaim bahwa mereka mematuhi hukum di semua negara di mana mereka beroperasi.

Di sisi lain, otoritas Polandia pekan lalu menangkap direktur penjualan Huawei cabang Polandia, menuduhnya melakukan spionase atas nama pemerintah Tiongkok. Huawei kemudian memecat karyawan itu.

Reuters melaporkan bahwa senator Republik Tom Cotton dan anggota Kongres Mike Gallagher dan senator Demokrat Chris Van Hollen dan Ruben Gallego bersama-sama memperkenalkan RUU yang meminta Presiden Trump untuk melarang ekspor komponen AS ke perusahaan telekomunikasi Tiongkok yang melanggar sanksi AS atau undang-undang kontrol ekspor.

RUU itu secara spesifik menyebutkan Huawei dan ZTE kedua perusahaan komunis Tiongkok yang telah diperiksa oleh Amerika Serikat. Pemerintah AS khawatir bahwa peralatan kedua perusahaan dapat digunakan oleh untuk memantau orang Amerika. Huawei dan ZTE telah dituduh gagal mematuhi sanksi AS terhadap Iran.  (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=rs4JYizAPzU

CEO Huawei Memecah Keheningan, Mengatakan Perusahaan Tidak Memata-matai untuk Tiongkok

0

Pendiri dan CEO Huawei Ren Zhengfei, dalam penampilan publik yang langka setelah penangkapan putrinya di Kanada, mengatakan perusahaannya tidak pernah memata-matai untuk pemerintah Tiongkok, Financial Times melaporkan.

“Tidak ada undang-undang di Tiongkok yang mewajibkan perusahaan mana pun untuk wajib memasang pintu belakang (akses rahasia),” kata Ren, dalam komentar publik pertamanya selama bertahun-tahun, selama wawancara dengan wartawan di kota Tiongkok Shenzhen pada 15 Januari. “Huawei, dan saya sendiri, tidak pernah menerima apa pun permintaan dari pemerintah mana pun untuk memberikan informasi.”

Komentar-komentar terbuka dari Ren yang biasanya tertutup tersebut terjadi ketika raksasa telekomunikasi Tiongkok tersebut menghadapi beberapa kontroversi. Meng Wenzhou, yang adalah putri Ren dan kepala keuangan Huawei, menghadapi ekstradisi ke Amerika Serikat, tempat jaksa penuntut menuduhnya telah melanggar sanksi-sanksi AS terhadap Iran dengan mengelabui bank-bank dengan cara memasukkan kebutuhan negara Timur Tengah tersebut ke dalam perusahaannya.

Huawei juga telah dilarang memasuki pasar beberapa negara karena masalah keamanan, sementara seorang karyawan telah ditangkap atas tuduhan mata-mata di Polandia akhir pekan lalu, bersama dengan seorang mantan pejabat keamanan Polandia.

Ren, seorang mantan insinyur militer dan anggota Partai Komunis saat ini, mengatakan perusahaannya “tidak akan menanggapi” permintaan-permintaan dari rezim Tiongkok untuk menyerahkan informasi, Wall Street Journal melaporkan.

Ren tidak memberikan detail tentang bagaimana perusahaannya akan menolak permintaan dari pemerintah. Namun di bawah undang-undang keamanan nasional Tiongkok, semua perusahaan yang beroperasi di negara tersebut diwajibkan untuk memberikan otoritas kendali atas datanya jika diminta. Konsep keamanan nasional secara luas didefinisikan mencakup ancaman-ancaman terhadap kontrol otoriter Partai Komunis Tiongkok, termasuk opini-opini kritis terhadap Partai tersebut.

Huawei, produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, telah mendapat sorotan tajam di Barat atas hubungan eratnya dengan rezim Tiongkok dan tuduhan bahwa produk-produknya dapat digunakan oleh Beijing untuk memata-matai, sebuah tuduhan yang telah dibantahnya.

Perusahaan tersebut telah secara efektif dikeluarkan dari pasar AS sejak laporan kongres tahun 2012 membunyikan alarm peringatan bahwa produk-produk perusahaan tersebut dapat menimbulkan ancaman keamanan.

Agustus lalu, Amerika Serikat telah melarang kantor-kantor pemerintah menggunakan atau membeli peralatan dari Huawei dan ZTE pesaing domestiknya. Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan perintah eksekutif yang juga akan melarang perusahaan-perusahaan AS untuk melakukannya.

Dalam laporan bulan November, outlet berita The Australian telah mengutip laporan rahasia intelijen Australia yang mengkonfirmasi bahwa Huawei telah menyerahkan kata-kata sandi dan detail-detail akses ke layanan intelijen Tiongkok untuk memungkinkan mereka melakukan akses ke “jaringan asing,” meskipun bukan jaringan Australia, kata sebuah sumber.

Tahun lalu, Australia dan Selandia Baru telah melarang Huawei menyediakan teknologi untuk jaringan 5G mereka, dengan alasan risiko keamanan. Jepang juga melarang kantor-kantor pemerintahnya membeli teknologi Huawei.

Di Inggris, perusahaan telekomunikasi terbesar di negara tersebut, BT, mengatakan pada bulan Desember 2018 bahwa mereka tidak akan menggunakan Huawei untuk mengembangkan jaringan 5G-nya, dan juga akan menghapus peralatan Huawei dari inti jaringan 4G dan 3G yang masih ada. Kanada saat ini juga sedang meninjau kembali apakah peralatan perusahaan tersebut memberikan risiko keamanan nasional.

Baru-baru ini, Polandia mengatakan pada 13 Januari bahwa mereka kemungkinan mempertimbangkan untuk melarang penggunaan produk-produk Huawei oleh lembaga-lembaga publik, setelah penangkapan pejabat Huawei Tiongkok. (ran)

Video pilihan:

Huawei dan Ancaman Mata-mata Tiongkok

https://www.youtube.com/watch?v=8upq6ZW3sYQ

Kanada Minta Tiongkok Membebaskan Schellenberger dari Hukuman Mati

0

oleh Zhang Ting

Robert Schellenberg, warga negara Kanada yang dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Tiongkok terus menjadi perhatian pemerintah Kanada.

Perdana Menteri Kanada Trudeau mengutuk Komunis Tiongkok yang sewenang-wenang dalam penegakan hukum.

Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan bahwa hukuman itu tidak manusiawi dan tidak pantas, meminta pemerintah Tiongkok untuk membebaskan Robert Schellenberg dari hukuman mati. Para ahli menyebut Tiongkok sedang memainkan ‘Politik Sandera’.

Pengadilan negeri Tiongkok pada Senin (14 Januari) menjatuhkan hukuman mati kepada warga Kanada berusia 36 tahun yang bernama Robert Schellenberg, karena menyelundupkan narkoba.

Hukuman ini telah meningkatkan sengketa diplomatik antara Kanada dengan Tiongkok sejak bulan lalu.

Tindakan Beijing mendorong Ottawa untuk memperingatkan warga Kanada bahwa ada risiko “penegakan hukum sewenang-wenang” di Tiongkok.

Perdana Menteri Kanada Trudeau mengatakan bahwa komunis Tiongkok memilih untuk secara sewenang-wenang menerapkan hukuman mati dalam kasus ini, dan sasarannya adalah warga negara Kanada, Hal tersebut sangat memprihatinkan bagi Kanada dan sekutunya.

Pada Selasa (15/01/2019), pemerintah Kanada mendesak Beijing untuk membebaskan Schellenberger dari hukuman mati. Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland mengatakan kepada wartawan di Sainte-Hyacinthe, Quebec bahwa Kanada telah berbicara dengan duta besar Tiongkok untuk Kanada dan meminta pengampunan (hukuman mati Sherenberger).

Chrystia Freeland percaya bahwa hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan Tiongkok itu tidak manusiawi dan tidak pantas.

Ahli : Komunis Tiongkok sedang memainkan ‘Politik Sandera’

Persidangan ulang pengadilan Tiongkok terhadap kasus Schellenberg bahkan merubah hukuman kepada Schellenberg dari 15 tahun penjara sebelumnya menjadi hukuman mati. Hal tersebut memicu kecaman luas terhadap kasus tersebut.

Schellenberg dituduh menyelundupkan 222 kilogram sabu-sabu. Pada tahun 2016, ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara oleh pengadilan tingkat menengah antara Dalian karena menyelundupkan obat-obatan terlarang. Schellenberg menolak untuk menerima banding.

Selanjutnya, Pengadilan Tinggi Liaoning mengajukan kasus tersebut dan secara terbuka mendengarkannya pada 29 Desember 2018.

Penuntutan di pengadilan saat itu menghadirkan bukti yang mengarah ke pengadilan tingkat pertama telah menjatuhkan hukuman yang lebih ringan kepada Schellenberg. Setelah itu pengadilan tinggi memutuskan untuk diadakan pengadilan ulang.

16 hari kemudian (14 Januari 2019), pengadilan tingkat pertama mengeluarkan putusan pengadilan ulang dan menjatuhkan hukuman mati pada Scherenberg.

Pengacara Schellenberger, Zhang Dongshuo mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Selasa bahwa undang-undang Tiongkok menetapkan bahwa hanya bukti baru yang dapat ditemukan dan diperiksa ulang selama periode banding, itu yang dapat menambah hukuman, tetapi bukti baru yang disajikan oleh penuntut bukanlah fakta baru.

Bukti tersebut sudah diserahkan sebelumnya. Sekalipun pengadilan menerima semua tuntutan, pengadilan seharusnya tidak menambah hukuman kepada Schellenberger.

Pengacara Zhang Dongshuo mengatakan bahwa Schellenberger akan mengajukan banding, dan pembelaan Schellenberger akan fokus pada bukti yang tidak cukup untuk menuduhnya  bergabung dengan kelompok penyelundup narkoba atau berpartisipasi dalam penyelundupan sabu-sabu.

Media ‘South China Morning Post’ memberitakan bahwa waktu dan kecepatan pengadilan dalam memutus perkara Schellenberg dan “bukti baru” yang digunakan oleh mereka telah menimbulkan pertanyaan dari para pengamat.

Kenneth Roth, direktur eksekutif Human Rights Watch mengatakan bahwa komunis Tiongkok sedang memainkan “Politik Sandera”.

Pengamat percaya bahwa putusan ini adalah pembalasan terbaru dari komunis Tiongkok untuk kasus Huawei.

Pada awal bulan lalu, atas permintaan pemerintah AS, Kanada menangkap Meng Wanzhou, kepala keuangan Huawei yang kemudian memicu konflik antara Ottawa dengan Beijing. Amerika Serikat meminta ekstradisi Meng Wanzhou akibat dugaan pelanggaran Huawei terhadap sanksi Iran.

Setelah penangkapan Meng Wanzhou di Kanada, Tiongkok mengancam pemerintah Kanada untuk membebaskan Meng. “Jika tidak, Kanada akan memiliki konsekuensi serius”. Tetapi Kanada mengatakan bahwa pemerintah tidak dapat mengganggu proses peradilan.

Komunis Tiongkok segera menangkap Michael Kovrig yang mantan diplomat Kanada dan anggota International Crisis Group, juga pengusaha Kanada Michael Spavor. Alasannya adalah bahwa keduanya dicurigai membahayakan keamanan nasional. Kanada telah berulang kali meminta pemerintah Tiongkok untuk segera membebaskan kedua pria itu.

Julian Ku, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Hofstra kepada Canadian Broadcasting Corporation (CBC) mengatakan bahwa penangkapan Michael Kovrig dan Michael Spavor adalah sewenang-wenang. Hingga saat ini masih belum jelas kesalahan apa yang mereka tuduhkan. Tiongkok tidak mengeluarkan bukti nyata, bahkan uraian bukti pun belum ada.

Menanggapi putusan terbaru kasus Schellenberg, profesor hukum Universitas George Washington dan pakar hukum Tiongkok Donald Clarke mengatakan bahwa kasus Schellenberg telah memperkuat pesan yang dirilis oleh otoritas Tiongkok terhadap penahanan dua orang Kanada lainnya, yaitu, komunis Tiongkok percaya bahwa sandera dapat difungsikan sebagai bentuk diplomasi yang dapat diterima. (Sin/asr)

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=Z2XD_O0MbKU

Kejanggalan-kejanggalan Dalam Hukuman Mati Schellenberg oleh Pengadilan Tiongkok

0

Pada 14 Desember, pengadilan di Dalian, Tiongkok timur laut, menghukum mati warga negara Kanada Robert Lloyd Schellenberg dengan tuduhan penyelundupan narkoba. Putusan tersebut telah diubah dari putusan sebelumnya di mana Schellenberg dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, meskipun pihak penuntut gagal menghasilkan tuduhan tambahan untuk membenarkan pengubahan putusan tersebut menjadi hukuman mati.

Dipahami secara luas bahwa hukuman Schellenberg bermuatan politik, sejak rezim komunis Tiongkok meningkatkan tekanan diplomatik pada pemerintah Kanada karena melakukan penangkapan terhadap Meng Wanzhou, kepala keuangan perusahaan teknologi Huawei pada 1 Desember.

Meng ditangkap atas perintah otoritas yudisial AS, karena perusahaannya yang terkait dengan militer Tiongkok diduga telah melanggar sanksi-sanksi AS yang diberlakukan tehadap Iran. Sejak itu, rezim Tiongkok telah menahan sejumlah warga Kanada di Tiongkok sebagai pembalasan atas penangkapan Meng.

HUKUMAN MATI YANG TIDAK BIASA

Schellenberg sekarang berusia 36 tahun. Pada November 2014, ketika ia berada di Dalian, Kejaksaan kota mengatakan Schellenberg telah mencoba mengemas total 222 kilogram methamphetamine (salah satu jenis narkoba yang sangat berbahaya) ke dalam ban-ban di dalam sebuah gudang.

Kejaksaan mengatakan bahwa dengan bantuan seorang penerjemah Tiongkok, Schellenberg berkonspirasi untuk mengirimkan methamphetamine (Meth) tersebut ke Australia. Pada 1 Desember tahun itu, Schellenberg ditangkap di Guangzhou ketika dia dalam transit untuk penerbangannya ke Thailand, dan ditahan di Dalian sejak saat itu.

Pengadilan Menengah Dalian mendaftarkan kasus tersebut pada 15 Maret 2016, namun tidak menjatuhkan hukuman hingga 20 November 2018. Pada hari itu, Schellenberg dijatuhi hukuman 15 tahun penjara dengan denda 150.000 yuan (US$22.200).

Schellenberg mengajukan banding. Pengadilan Tinggi Liaoning mengadakan sidang pada tanggal 29 Desember, dan memerintahkan Pengadilan Menengah mengadili kembali kasus ini. Pada 14 Januari, Pengadilan Menengah menjatuhkan hukuman mati kepada Schellenberg.

Mo Shaoping, seorang pengacara Tiongkok terkenal, mengatakan kepada Voice of America (VOA) bahwa kasus tersebut tanpa preseden dan tidak sesuai dengan praktik-praktik normal dalam beberapa hal.

“Kami belum pernah melihat preseden apa pun untuk kasus ini, di mana hukuman mati diumumkan pada persidangan. Biasanya, hukuman mati diumumkan kemudian setelah pengadilan ditunda dan panitia ajudikasi telah mempertimbangkannya,” kata Mo pada 16 Januari, dalam komentar yang diterjemahkan oleh situs hak asasi manusia China Change.

Mo adalah pendiri dan presiden Firma Hukum Mo Shaoping Beijing. Zhang Dongshuo, salah satu pengacara Schellenberg, bekerja untuk perusahaan tersebut. Mo percaya bahwa tidak ada bukti yang cukup untuk menghukum Schellenberg, dan juga bahwa kurangnya bukti baru di persidangan ulang untuk kasusnya berarti bahwa tidak mungkin bagi pengadilan untuk meningkatkan bobot hukumannya.

“Para pengacara pembela percaya bahwa apa yang disebut fakta-fakta kriminal baru yang disediakan dalam dakwaan tambahan tersebut sama sekali tidak ada. Namun, jika jaksa tidak menambah dakwaannya, pengadilan pasti tidak akan menjatuhkan hukuman mati,” kata Mo.

Mo mencatat empat kejanggalan pada kasus Schellenberg.

Schellenberg ditahan pada tahun 2014, tetapi hanya dihukum untuk pertama kalinya pada bulan November 2018, yang sangat lambat untuk sistem peradilan Tiongkok. “Karena pengadilan berpikir bahwa bukti tidak cukup dan meminta instruksi-instruksi sepenuhnya sampai ke Mahkamah Agung, Supreme People’s Court (SPC). SPC mengatakan Schellenberg bisa dihukum dan hukumannya harus 15 tahun.”

Kedua, pengadilan melakukan upaya untuk menggelar sidang banding Schellenberg, ketika praktik standar adalah untuk mengeluarkan hasil tertulis.

Mo juga mencatat bahwa Kejaksaan hanya menggunakan waktu satu hari untuk mencari fakta baru tentang kejahatan tersebut, dan bahwa dari waktu sidang banding hingga penggantian bobot hukuman, hanya 16 hari telah digunakan.

Akhirnya, hakim sampai pada putusannya setelah mendengar kasus tersebut hanya selama 20 menit.

“Schellenberg tidak pernah mengaku bersalah. Dia tidak mengaku sebelumnya, tidak mengaku sekarang. Dia pergi ke Dalian sebagai turis, dan tidak tahu-menahu tentang narkoba,” kata Mo.

Zhang, pengacara Schellenberg, mengatakan dia sedang bersiap untuk naik banding. Menurut peraturan peradilan, Zhang memiliki 10 hari untuk melakukannya. (ran)

Video pilihan:

Waspada Kalau ke Tiongkok!!! Itu Peringatan Amerika

https://www.youtube.com/watch?v=G_OzYMwYQv8

Pria Puerto Rico Ditangkap karena Ancam Bunuh Presiden Donald Trump

0

EpochTimesId – Seorang pria Puerto Rico keturunan Arab, Migdoel Cruz-Ruiz, ditangkap polisi Amerika Serikat karena mengancam akan membunuh Presiden Donald Trump. Tuntutan pidana yang diajukan terhadap pria itu pada 16 Januari menyatakan, bahwa tersangka melanggar Pasal 871 UU Pidana AS, menurut Jaksa Rosa A. Rodríguez-Vélez dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tertulis yang mendukung pengaduan menyatakan bahwa Cruz-Ruiz, menghubungi Pusat Operasi Ancaman Nasional FBI melalui telepon. Dia kemudian membuat ancaman untuk segera membunuh Presiden Trump dan menghancurkan Newark, Boston, Colorado, dan Gedung Putih.

Dia mengatakan berencana untuk membunuh Trump dan menghancurkan tempat-tempat tersebut sebagai balas dendam atas hal-hal yang dilakukan Amerika Serikat kepada rakyat Pakistan, India, dan Iran.

“Otoritas Federal akan terus menuntut mereka yang menggunakan alat komunikasi untuk mengancam, mempromosikan, atau menghasut tindakan kekerasan,” kata Rodríguez-Vélez, Jaksa AS untuk Distrik Puerto Rico, dalam sebuah pernyataan.

Jika dinyatakan bersalah, Cruz-Ruiz menghadapi hukuman maksimum lima tahun penjara dengan pembebasan yang diawasi hingga tiga tahun, dan denda US$ 250.000 (sekitar 3,5 miliar rupiah).

Pria Yang Mengancam Menembak Trump Dihukum
Penangkapan itu terjadi sebulan setelah seorang pria Arizona yang mengancam akan menembak Presiden Donald Trump, bersama dengan tokoh-tokoh politik lainnya, dijatuhi hukuman 37 bulan penjara.

Jerrod Hunter Schmidt dari Kingman dijatuhi hukuman oleh Hakim Distrik AS Steven Logan pada 17 Desember, kata Departemen Kehakiman.

Hukuman itu muncul setelah Schmidt dinyatakan bersalah pada bulan September oleh juri yang terdiri dari dua dakwaan mengancam Presiden Amerika Serikat dan dua dakwaan membuat pernyataan yang mengancam negara bagian.

Jaksa penuntut mengatakan bahwa Schmidt membuat beberapa panggilan telepon setelah mengetahui bahwa hukumannya atas tindak pidana sebelumnya ditegaskan oleh Pengadilan Banding Nebraska.

Panggilan pada 10 April dan 11 April dibuat ke kantor panitera. Di dalamnya, Schmidt mengatakan dia akan menembak dan membunuh Trump, salah satu panitera Pengadilan Banding Nebraska, dan tokoh-tokoh politik lainnya.

Dia mengatakan akan menempatkan peluru di kepala Presiden Trump, menurut personil Secret Service yang menerima panggilan telepon, berdasarkan catatan pengadilan yang diperoleh oleh acara Arizona Republic.

Kejahatan yang ditegaskan adalah untuk penganiayaan anak. Setelah menjalani hukuman sembilan tahun penjara karena kejahatan tersebut, Schmidt mengajukan mosi ke Pengadilan Banding Nebraska dengan mengklaim bahwa Dia berhutang karena dipenjara secara tidak sah, akan tetapi pengadilan menolak bandingnya.

Setelah menjalani hukuman 37 bulan penjara di Arizona, Dia akan menjalani tiga tahun pembebasan bersyarat dan tetap diawasi.

Dalam kasus lainnya, seorang pria Dakota Utara mengakui berencana untuk melakukan pembunuhan terhadap Presiden Donald Trump. Gregory Lee Leingang, 42, mengaku bersalah di pengadilan federal pada 30 November karena satu upaya berusaha masuk atau tetap tinggal di gedung tertutup dengan membawa senjata.

Leingang juga didakwa dengan satu tuduhan berupaya merusak properti pemerintah, tetapi tuduhan itu dicabut dalam kesepakatan pembelaan yang dilaporkan oleh Bismarck Tribune.

Asisten Jaksa Agung AS, Brandi Sasse Russell mengatakan Leingang tahu Trump akan memberikan pidato tentang reformasi pajak di Kilang Andeavor Mandan di Bismarck, North Dakota pada 6 September 2017. Sebelum kedatangan Trump, Dia mencuri forklift di Mandan dan memasuki rute iring-iringan.

“Maksudnya adalah pada dasarnya mencoba untuk mencapai limusin, membalik limusin dan sampai ke presiden. Dia ingin membunuh presiden,” kata Russell.

Tapi rencana itu gagal setelah forklift macet di area yang terjaga keamanannya. Leingang mencoba melarikan diri tetapi berhasil ditangkap. Dia kemudian mengakui rencana itu. (ZACHARY STIEBER/NTD News/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Tahun 2019, Proses Transisi Blok Rokan Lebih Diintensifkan

0

Epochtimes.id- Pemerintah telah menetapkan PT Pertamina (Persero) sebagai pengelola blok minyak dan gas (migas) terbesar di Indonesia, Blok Rokan di Riau mulai 9 Agustus 2021 mendatang.

Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina maka kontribusi produksi minyak BUMN tersebut meningkat menjadi 60% dari produksi minyak nasional.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar menyatakan bahwa PT Pertamina segera akan menanamkan investasinya setelah ditandatanganinya kontrak kerja sama bagi hasil gross split.

“Pertamina segera menanamkan investasinya di Blok Rokan. Segera setelah ditandatanginya kontrak, Inshaa Allah secepatnya. Pertamina juga sudah melaporkan sumur-sumur mana yang akan di bor,” ujar Arcandra dalam siaran pers Kementerian ESDM tertulis Senin (14/01/2019).

Senada, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik Dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan bahwa sejak Desember tahun 2018 lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bergerak cepat agar proses transisi berjalan dengan baik.

Kolaborasi kelompok kerja dari SKK Migas, PT Pertamina (Persero) dan Chevron Pacific Indonesia pun telah dimulai. Hal ini dilakukan untuk membahas persiapan alih kelola, yang secara intensif bekerja menganalisis aspek keteknikan, legal dan komersial untuk berupaya menjaga tingkat produksi Blok Rokan dapat dipertahankan dan di optimalkan, hingga nanti pengelolaan beralih ke Pertamina di tahun 2021.

“Belajar dari pengalaman transisi Blok Mahakam, pembahasan dan persiapan transisi Blok Rokan, dilakukan lebih awal, lebih intensif namun tetap efektif, sehingga diharapkan akan mempercepat proses transisi dengan hasil yang lebih baik. Kolaborasi kelompok kerja di maksud akan semakin di intensifkan di tahun 2019 dan ke depannya ,” ujar Agung.

Saat ini, produksinya mencapai 207.000 barel per hari atau setara dengan 26% produksi nasional.

Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan, dimana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.

Tercatat, sejak beroperasi 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi di Blok Rokan mencapai 11,5 miliar barel minyak sejak awal operasi.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah melalui Kementerian ESDM memutuskan untuk memercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina pada 31 Juli 2018.

Keputusan ini murni diambil atas dasar pertimbangan bisnis dan ekonomi setelah mengevaluasi pengajuan proposal Pertamina yang dinilai lebih baik dalam mengelola blok tersebut. (asr)

Kelompok Bersenjata Menyerang Hotel di Kenya Tewaskan Belasan Orang, Serangan Diklaim oleh Teroris Somalia

0

Epochtimes.id- Sejumlah orang bersenjata menyerbu ke sebuah hotel dan kompleks perkantoran di ibukota Kenya pada 15 Januari 2019. Aksi ini menewaskan setidaknya 15 orang.

Sejumlah pekerja hotel-hotel tersebut bersembunyi di bawah meja untuk meloloskan diri dari serangan yang diklaim oleh kelompok teroris Islamis Al Shabaab yang bermarkas di Somalia.

Lebih dari 12 jam setelah serangan tersebut dimulai di kompleks Riverside Drive 14 di Nairobi, rentetan tembakan dan ledakan terdengar di daerah tersebut. Insiden ini merongrong jaminan pemerintah bahwa semuanya sudah terkendali.

Tembakan-tembakan itu terdengar sekitar pukul 3.30 pagi waktu setempat ketika sekelompok sekitar 150 pekerja dikawal dari sebuah gedung tempat mereka mencari perlindungan. Masih banyak lagi yang berada di dalam dan membutuhkan pertolongan pertama akibat luka tembak sebagaimana diungkapkan oleh seorang responden kepada Reuters.

Reuters melaporkan, pada pukul 1 siang waktu setempat, sebanyak 15 jenazah telah tiba di Chiromo Mortuary.

Surat-surat identifikasi menunjukkan bahwa 11 orang Kenya, satu orang Amerika, dan satu orang Inggris. Dua lainnya tidak membawa dokumen.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi salah satu korban adalah warga Amerika Serikat.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa seorang warga AS tewas dalam serangan itu,” kata pejabat itu tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

Menteri Dalam Negeri Kenya Fred Matiang’i mengatakan bahwa semua bangunan di lokasi kejadian telah diamankan dan sejumlah orang dievakuasi. Tetapi dia tidak mengomentari keberadaan penyerang dan mengatakan pasukan keamanan masih “membersihkan.”

Nairobi adalah pusat utama bagi ekspatriat dan markas yang ditargetkan berisi kantor-kantor berbagai perusahaan internasional. Sebelumnya terjadi serangan mematikan tahun 2013 di pusat perbelanjaan Nairobi di wilayah yang sama.

“Pintu utama hotel itu terbuka dan ada lengan manusia di jalan terputus dari bahu,” kata Serge Medic selaku pemilik perusahaan keamanan Swiss yang berlari ke tempat kejadian untuk membantu ketika dia mendengar serangan dari supir taksi.

Menurut dia, tenaga medis, pihak bersenjata, memasuki gedung dengan seorang polisi dan dua tentara. Tetapi mereka diserang dan mundur. Sebuah granat yang tidak meledak tergeletak di lobi.

“Seorang pria mengatakan dia melihat dua pria bersenjata dengan syal di kepala mereka dan bandolier peluru,” kata Medic kepada Reuters, ketika terjadi rentetan tembakan.

Kenya sering menjadi sasaran oleh al Shabaab, yang menewaskan 67 orang di pusat perbelanjaan Westgate pada 2013 dan hampir 150 mahasiswa di Universitas Garissa pada 2015.

Al Shabaab mengatakan serangannya merupakan balas dendam atas pasukan Kenya yang ditempatkan di Somalia, yang telah dihancurkan oleh warga sipil saat perang sejak 1991.

Sebelumnya pada hari itu, pekerja kantor telah meninggalkana dari kompleks, beberapa melompat dari jendela. Pasukan keamanan terus mengawal kelompok-kelompok kecil ke tempat yang aman sampai malam. Beberapa tentara bergegas masuk ke kendaraan lapis baja di tengah-tengah tembakan sporadis.

Penasihat keamanan asing di wilayah tersebut bergegas untuk memastikan klien mereka aman.

Tembakan dan Ledakan

Kepala polisi Kenya Joseph Boinnet mengatakan serangan itu dimulai sekitar pukul 03.00 malam. Terjadi ledakan yang menargetkan mobil di luar bank diikuti dengan ledakan bom bunuh diri di lobi hotel.

Ketika dia berbicara, seorang wartawan Reuters di tempat kejadian melaporkan terjadi tembakan, kemudian terjadi sebuah ledakan tak lama setelah itu.

Video pengawasan menunjukkan tiga penyerang berpakaian hitam berlari melintasi tempat parkir pada pukul 3:30 malam, kemudian segera diikuti oleh orang keempat.

Paling tidak dua dari pria tersebut mengenakan syal hijau dalam rekaman close-up.

Seseorang tampak mengenakan sabuk hijau dengan granat di atasnya.

Dua warga Kenya berusia awal 30-an yang bekerja dengan konsultan tata kelola Adam Smith International termasuk di antara yang tewas. Keduanya memiliki keluarga muda, katanya.

Seorang warga negara Spanyol termasuk di antara yang terluka sebagaimana dilaporkan seorang diplomat Spanyol kepada Reuters.

Kedutaan Besar AS telah menawarkan bantuan dan menambahkan bahwa semua diplomat Amerika dalam kondisi aman.

Seorang wanita ditembak di kaki dibawa keluar dari kompleks, dan beberapa pria muncul berlumuran darah. Beberapa pekerja kantor melompat dari jendela.

Banyak orang yang mengatakan kepada Reuters bahwa mereka harus meninggalkan rekan kerja mereka, masih meringkuk di bawah meja mereka.

“Ada granat di kamar mandi,” teriak seorang petugas ketika polisi bergegas keluar dari satu gedung.

Geoffrey Otieno, yang bekerja di salon kecantikan di kompleks tersebut mengatakan ia mendengar suara keras dari sesuatu yang dilemparkan ke dalam gedung, lalu melihat kaca yang pecah.”Kami bersembunyi sampai kami diselamatkan,” katanya.

Sementara itu, Simon Crump, seorang Australia yang bekerja untuk sebuah perusahaan internasional di kompleks tersebut membarikade dirinya di dalam kamar cadangan bersama dua orang lainnya. Mereka menunggu di sana selama dua setengah jam untuk mendapatkan bantuan.

“Anda bersembunyi di bawah meja berusaha mencari tahu apa yang terjadi, dan Anda tidak tahu, karena ada begitu banyak informasi yang salah,” katanya.

Ketika tentara akhirnya mencapai kelompok tersebut, mereka menginstruksikan agar meletakkan ponsel mereka dan meletakkan tangan mereka ke atas ketika mereka menuju ke lokasi yang aman.

Al Shabaab ingin menggulingkan pemerintah Somalia yang lemah didukung PBB. Kelompok ini ingin memberlakukan hukum ekstremis yang keras. Mereka merespon bertanggung jawab atas serangan berdarah ini.

“Kami berada di balik serangan di Nairobi. Operasi sedang berlangsung, ” kata Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer kelompok itu, mengatakan kepada Reuters melalui sambungan telepon di Somalia.

Kenya adalah basis bagi ratusan diplomat, pekerja bantuan, pengusaha, dan lainnya yang beroperasi di Afrika Timur. (asr)

Oleh George Obulutsa and Baz Ratner/Reuters via The Epochtimes

Produsen Bir Ternama Belgia Produksi Versi Non-Alkohol

0

EpochTimesId – Pabrik bir Belgia membuat sejarah dengan memperkenalkan versi bir bebas alkohol. Padahal selama ini, produsen yang memproduksi bir merek Leffe itu dikenal karena mengandung alkohol yang tinggi dan kuat di negara itu dan di puluhan negara di dunia.

Pemegang merek Leffe yang terkenal di dunia itu kini menjual bir 0 persen baru pada bulan ini. Peluncuran produk baru ini menandai momen penting dalam perubahan sikap mereka terhadap alkohol. Perubahan yang didorong oleh sikap masyarakat yang semakin sadar akan kesehatan.

Bir biara Belgia berasal dari hanya enam biara kuno di seluruh negeri. Mereka diseduh sendiri oleh para biksu atau dengan lisensi dari mereka.

Minuman beruap, yang biasanya mengandung sekitar 8 persen alkohol masing-masing disajikan dalam gelas kaca khas mereka sendiri. Itu adalah ikon budaya Belgia bersama cokelat, kentang goreng, dan karakter kartun Tintin.

Langkah untuk membuat versi bebas alkohol dari salah satu bir biara yang paling terkenal akan membuat khawatir beberapa orang. Akan tetapi para ahli mengatakan itu adalah tanda dari masyarakat yang menjadi lebih sadar akan kebutuhan mereka dengan minuman.

Pembuat bir juga banyak berinvestasi dalam teknik-teknik baru untuk membuat rasa bir 0 persen lebih mendekati bir asli beralkohol.

Untuk menyempurnakan versi bebas alkohol Leffe yang baru, yang biasanya memiliki kekuatan 6,6 persen, para ilmuwan mengembangkan teknik baru yang memungkinkan mereka untuk menghilangkan kandungan alkohol dari minuman setelah diseduh dengan cara normal.

“Itu berarti mereka mempertahankan rasa yang kuat dari merek dagang, yang merupakan smokey dan fitur catatan buah yang berat, membuat kedua produk tersebut hampir tidak dapat dibedakan,” kata para ilmuwan perusahaan.

Leffe dimiliki oleh raksasa pembuat bir Anheuser-Busch InBev. Perusahaan yang membuat sejumlah merek bir paling terkenal di dunia, termasuk Budweiser, Beck’s, dan Corona Extra.

Produsen Belgia terkenal lainnya yang berspesialisasi dalam bir lager dan bir gandum, termasuk Hoegaarden, Maes, dan Jupiler, yang terkenal di negara itu, juga sudah mulai membuat bir alternatif 0 persen.

Segelas bir Leffe dituangkan di Brussels, Belgia, dalam file foto ini. (Mark Renders/Getty Images/The Epoch Times)

Mengubah Sikap
Eoghan Walsh, seorang penulis tentang bir pemenang penghargaan yang berbasis di Brussels, mengatakan ‘budaya tabu’ untuk memilih opsi-opsi non-alkohol kini telah dipatahkan, bahkan di negara paling gila bir di Eropa.

“Jelas ada kecenderungan bir rendah dan non-alkohol dalam dua atau tiga tahun terakhir di Belgia, setidaknya dalam arti bahwa pabrik bir telah membuat lebih banyak bir, dan menempatkan beberapa pemasaran di belakang promosi mereka,” kata sang penulis.

“Pabrik bir itu sekarang memproduksi bir gaya biara yang rendah dan non-alkohol yang ciri khasnya adalah kandungan alkohol yang sehat dan rasa yang lengkap, menunjukkan bahwa mereka semakin yakin bahwa tren ini sedang menguat.”

Walsh, yang menulis blog Brussels Beer City, menjelaskan bahwa para pembuat bir harus mencoba sesuatu yang berbeda dari budaya tradisional mereka untuk berhenti kehilangan pangsa pasar bagi para pesaing non-alkohol.

“Bagi kebanyakan pengamat, itu karena dua alasan. Bir rendah dan non-alkohol pertama menjadi lebih baik karena proses untuk membuatnya lebih baik, dan lebih baik dibandingkan dengan bir tradisional dalam hal rasa. Mereka bukan lagi alternatif encer, tawar, dan tanpa rasa,” sambung Walsh.

“Dan kedua, orang menjadi lebih sadar akan asupan alkohol mereka. Fenomena Januari yang kering hanyalah satu contoh dari hal ini, tetapi masih ingin memiliki beberapa gelas bir seperti biasanya.”

Bir Leffe berasal dari biara dengan nama yang sama, yang terletak di kawasan Wallonia yang berbahasa Prancis di Belgia selatan.

Para biksu di sana pertama kali mulai membuat bir pada tahun 1240. Akan tetapi produksinya kini telah dipindahkan ke kota universitas Leuven, dekat Brussels, yang merupakan tempat pembuatan bir Belgia yang terkenal, Stella Artois, diciptakan.

“Kami bangga menjadi yang pertama yang berhasil, berkat keahlian para pembuat bir kami, untuk menghasilkan bir non-alkohol yang sepenuhnya setia pada kualitas dan keaslian bir biara Leffe,” kata juru bicara Ab InBev, Arnaud Hanset.

Perusahaan telah memperkirakan bahwa seperlima dari semua bir yang diproduksi di dunia akan menjadi non-alkohol atau kadar alkohol rendah pada tahun 2025. (NICK GUTTERIDGE/Khusus untuk THE EPOCH TIMES/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Pengorganisasian Group WeChat Meresahkan Pihak Wewenang Komunis Tiongkok Setempat

0

Di Kabupaten Muchuan, di barat daya Tiongkok, pihak berwenang telah mengeluarkan peringatan pada organisasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) setempat, memberi tahu mereka untuk mencegah masyarakat melakukan organisasi di WeChat, sebuah situs media sosial terkenal milik Tiongkok.

Muchuan terletak di Kota Leshan di Provinsi Sichuan. Pada 10 Januari, komite PKT Muchuan mengirimkan peringatan kepada semua organisasi PKT dari kota-kota dan desa-desa di kabupaten tersebut, meminta semua komite untuk mengontrol pemikiran ideologis masyarakat, mempertahankan kontrol atas media sosial, dan menggiring opini publik.

Peringatan tersebut, yang bertujuan mencegah penduduk setempat untuk mengerahkan aksi-aksi protes, dilakukan sebagai bagian dari upaya-upaya rezim komunis untuk memenangkan “medan perang opini publik.” Baru-baru ini, Tiongkok menderita kemerosotan ekonomi, memperburuk konflik-konflik sosial di bawah kediktatoran PKT dan peraturan sebagai kendaraan untuk digunakan korupsi.

Peringatan tersebut muncul setelah warga di 195 desa di Muchuan membentuk grup-group obrolan di WeChat untuk setiap komunitas. Pemerintah setempat menjadi waspada terhadap keberadaan group-group obrolan tersebut dan memerintahkan setiap penduduk desa untuk keluar dari group, dengan alasan bahaya penipuan.

Penggunaan internet dan media sosial untuk organisasi massa, terutama di tingkat lokal, sedang membuat resah pihak-pihak berwenang.

PKT sangat waspada terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh organisasi lokal sebagai reaksi terhadap kasus korupsi, kerusakan lingkungan, dan penyebab kerusuhan lainnya. Di Tiongkok, puluhan ribu kerusuhan sipil didaftarkan setiap tahun, beberapa di antaranya melibatkan puluhan ribu orang.

“Medan perang opini publik” adalah konsep yang dibuat oleh Mao Zedong, pemimpin yang mendirikan komunis Tiongkok. Dalam hampir 70 tahun pemerintahan, PKT telah meraih “kemenangan” di medan perang ini yang menjadikannya sangat penting bagi alat-alat propaganda pemerintah dan penyensoran diskusi.

PKT mengontrol film-film, program-program TV, radio, koran, buku, majalah, dan situs-situs web mana yang diizinkan untuk diakses orang. Bagi pihak berwenang, internet telah menjadi “medan perang” baru untuk wacana publik. Jutaan polisi internet mengelola “Great Firewall” rezim untuk memastikan bahwa para netizen tidak memposting konten yang sensitif secara politis atau mengunjungi situs-situs web yang dilarang.

Pada 10 Januari, Administrasi Cyberspace Tiongkok telah mengumumkan peraturan-peraturan untuk mengelola teknologi blockchain, yang mensyaratkan pendaftaran nama-nama asli dan identifikasi. Setelah mulai berlaku pada 15 Februari, pelanggaran aturan tersebut akan dikenakan hukuman denda atau penjara.

Pada November 2016, otoritas Tiongkok telah menerbitkan Undang-Undang Keamanan Internet, yang diterapkan mulai 1 Juni 2017.

Pada bulan Mei tahun itu, pihak berwenang telah mengumumkan Ketetapan-ketetapannya untuk Administrasi Layanan Informasi Berita Internet, yang diberlakukan pada hari yang sama dengan Undang-Undang Keamanan Internet.

Pada Januari 2011, PKT memperbarui Administrasi Prosedur-prosedur Layanan Informasi Internetnya, yang pertama kali diterbitkan pada September 2000.

Pada 8 Januari, Administrasi Cyberspace menerbitkan sebuah artikel yang meminta semua pejabat dan petugas di Administrasi tersebut “untuk mempertahankan medan perang opini publik” dengan menggunakan semua teknologi yang tersedia termasuk membuat rekaman video dengan drone, membuat video-video pendek, realitas virtual, HTML5, dan seterusnya.

Artikel tersebut mengatakan medan perang harus menggabungkan radio, televisi, surat kabar, internnet, Weibo, WeChat, dan pihak-pihak pengguna komputer. (ran)

Video pilihan:

Waspada Kalau ke Tiongkok!!! Itu Peringatan Amerika

https://www.youtube.com/watch?v=G_OzYMwYQv8

Pemerintah Tambah Kuota Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan 96,8 Juta Jiwa

0

Epochtimes.id- Pemerintah   menambah   kuota   Penerima   Bantuan   Iuran   Jaminan Kesehatan  (PBI-JK)  yang  ditanggung  oleh  APBN  di  tahun  2019  menjadi  96,8  juta  jiwa  dari sebelumnya  sebanyak  92,4  juta  jiwa.

Penambahan  kuota  ini  merupakan  wujud  komitmen  kuat pemerintah  terhadap  Program  Jaminan  Kesehatan  Nasional-Kartu  Indonesia  Sehat  (JKN-KIS) khususnya dalam hal peningkatan cakupan kepesertaan.

“Ada   penambahan   sebanyak   4,4   juta   jiwa   dari   tahun-tahun   sebelumnya   (2016-2018).   Ini merupakan  kabar  baik,  diharapkan  melalui  penambahan  kuota  PBI  ini  akan  mempercepat terwujudnya  cakupan  kesehatan  semesta  atau  universal  health  coverage,”  jelas  Kepala  Humas BPJS Kesehatan, Iqbal Anas Ma’ruf dalam siaran persnya (08/01/2019).

Iqbal menerangkan, penambahan kuota PBI-JK ini berdasarkan surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01/HUK/2019 tentang Penetapan Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan  Tahun  2019  yang  ditandatangani  oleh  Menteri  Sosial  Republik  Indonesia,  Agus Gumiwang  Kartasasmita.  Data  peserta  ini  sudah  termasuk  bayi  dari  peserta  PBI-JK  yang didaftarkan pada tahun 2019.

“Untuk memastikan peserta yang menjadi PBI-JK adalah yang benar-benar berhak dan memenuhi kualifikasi  yang  ditetapkan  pemerintah,  pemutakhiran  data  pun  secara  rutin  dilakukan  oleh Kementerian  Sosial  bekerja  sama  dengan  BPJS  Kesehatan  dan  menggandeng  kementerian Dalam Negeri dalam hal ini Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) baik di tingkat pusat maupun daerah,” ujar dia.

Sepanjang tahun 2018 dilakukan proses verifikasi dan validasi (verivali) yang dilakukan Kemensos sesuai dengan peraturan yang berlaku dan pemadanan dengan data kependudukan sehingga ada sistem informasi data PBI berbasis NIK. Ada beberapa hal yang diverifikasi dan divalidasi setiap waktu.

Misalnya,  penghapusan  peserta  PBI-JK  yang  sudah  mampu,  sudah  menjadi  Pekerja Penerima Upah (PPU), meninggal dunia atau memiliki NIK ganda.

BPJS Kesehatan melaporkan setiap bulan ke Kemenkes dengan tembusan Kemensos. Selanjutnya jika sudah dikoordinasikan lintas lembaga, BPJS Kesehatan akan menerima perubahan PBI-JK tersebut untuk diperbaharui.

Hingga  3  Januari 2019,  tercatat 215.860.046  jiwa  penduduk di  Indonesia  telah menjadi peserta JKN-KIS.  BPJS  Kesehatan  juga  bermitra  dengan  23.011  Fasilitas  Kesehatan  Tingkat  Pertama (FKTP), 2.475 rumah sakit (termasuk klinik utama). (asr)

Piringan Es Raksasa Muncul di Sungai Amerika

0

EpochTimesId — Sebuah piringan es raksasa muncul di sebuah sungai di kawasan Greater Portland, Amerika Serikat. Fenomena cukup langka ini menarik perhatian warga setempat dan juga netizen.

Formasi aneh yang mendapat perhatian di Greater Portland itu sebenarnya adalah kepingan es berputar. Cakram itu memiliki diameter sekitar 100 yard atau 91 meter.

Diagram itu muncul di Sungai Presumpscot. Setelah kemunculannya, informasi itu menyebar secara luas dan dibagikan di media sosial. Diskusi para warganet pun melebar hingga perbandingan fenomena ini dengan pesawat ruang angkasa atau alien, dan bulan.

Penduduk setempat mengatakan bahwa mereka pernah melihat cakram es serupa. Hanya saja, ukurannya jauh lebih kecil.

“Pernah muncul sebelumnya, tetapi ukurannya tidak seperti ini,” kata Radel, salah seorang warga Portland.

Rob Mitchell, yang bekerja di sebuah gedung kantor terdekat melihat piringan yang tampak asing itu Senin (14/1/2019) pagi. Dia pun segera memberi tahu warga kota melalui akun media sosialnya.

Petugas mengatakan piringan es berputar perlahan berlawanan arah jarum jam. Es yang terapung itu bahkan berfungsi sebagai rakit besar dan jembatan bagi bebek dan burung.

“Bebek-bebek itu berputar pada kepingan es besar ini,” kata Mitchell. (AP/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Mengapa AS Tak Mampu Larang Senjata? National Riffle Association!

0

Jiang Zhongyuan

Merajalelanya penggunaan senjata api di kalangan warga sipil di AS sudah bukan perkara satu dua hari, kita sudah sering melihat judul berita yang muncul di TV “kasus penembakan di SMA tertentu di Amerika Serikat”, awalnya mendengar berita seperti ini sungguh membuat merinding, tapi karena kejadian serupa sudah terlalu kerap terjadi, lama kelamaan penulis pun menjadi mulai terbiasa dengan kasus seperti itu…

Inilah tanda-tanda yang justru lebih menakutkan, bila seseorang tidak lagi merasa terkejut terhadap perilaku pembunuhan terhadap sekelompok orang dalam skala besar, bahkan memandangnya dari sudut pandang ibarat bagian dari kehidupan sehari-hari, maka itu berarti masyarakat ini sudah tidak normal lagi.

Pembaca mungkin akan bertanya-tanya, “Kalau memang kerap terjadi tragedi keamanan yang begitu buruk ini, mengapa pemerintah AS tidak melarang kepemilikan senjata api?” Penyebabnya tidak terlepas dari: National Riffle Association of America.

Organisasi masyarakat (NRA) yang begitu besar ini memiliki anggota yang terdaftar lebih dari empat juta orang, merupakan penggagas gerakan kepemilikan senjata api bagi warga sipil yang paling aktif, dan yang lebih hebat lagi adalah, sebanyak 8 orang presiden AS juga pernah menjadi anggotanya! Yakni McKinley, Taft, Eisenhower, Kennedy, Nixon, Reagan, Bush tua dan Bush muda. Bahkan ada presiden yang telah pensiun pernah menjadi ketua asosiasi ini.

Hanya dari kedua kondisi tersebut di atas, bisa dibayangkan betapa besar kekuatan asosiasi senjata api tersebut. Mengapa AS membentuk organisasi ini, mengijinkan warga sipil untuk memiliki senjata api, yang mengakibatkan kondisi masyarakat menjadi begitu buruk seperti ini? Bukankah ini sama saja dengan mencelakakan diri sendiri? Tidak, tentu tidak demikian.

Faktanya, jika tidak memiliki asosiasi senjata api ini, maka AS mungkin tidak akan memiliki posisi hegemonik sekarang ini.

Adegan pertempuran yang dilukis pada 1919 oleh artis Frank Schoonover. Adegan tersebut menggambarkan keberanian seorang pahlawan Perang Dunia I, Alvin C. York pada 1918. (wikipedia)

Pada naskah asli amandemen kedua dalam konstitusi Amerika disebutkan: “Tentara sipil yang berdisiplin baik dibutuhkan dalam keamanan sebuah negara bebas, maka hak warga sipil untuk memiliki dan membawa senjata api tidak boleh dilanggar.”

Mengapa muncul RUU seperti ini? Hal ini harus ditelusuri kembali ke masa sebelum Amerika merdeka. Waktu itu Amerika Utara masih dijajah oleh Inggris, tidak ada tentara pemerintah, juga tidak ada pasukan atau polisi yang dipersenjatai. Jadi setiap negara bagian mengandalkan tentara sipil melindungi diri.

Pada masa mulai terbentuknya 13 koloni Britania secara bertahap, pemerintah negara bagian mulai mengintervensi dalam hal menajemen senjata api. Peribahasa mengatakan “kekuasaan membuat orang bobrok”, pemerintah negara bagian yang memiliki kekuasaan ekonomi, militer dan eksekutif mulai semena-mena, mulai bertindak diktator, bahkan memberlakukan hukuman tanpa peradilan terhadap penduduk yang tidak memiliki senjata api! Lalu orang Amerika pun tidak bisa menerimanya lagi, dan mengobarkan serangkaian pemberontakan bersenjata seperti peristiwa Pesta Teh Boston, kemudian pada akhirnya berhasil membangun negaranya.

Warga Amerika yang mengejar kebebasan dan kesetaraan mengangkat senjata dan memenangkan perang melawan pasukan Inggris, jadi setelah pendirian negara, hak untuk memiliki senjata pun terangkat menjadi semacam “simbol nasional tingkat dewa.”

Jadi, siapa pun kapan pun sering menyebutkan “hak bersenjata anugerah Tuhan”, aura bebas memiliki senjata begitu kental, bahkan ditulis dalam UU Hak Asasi Amerika saat ini, mereka berpendapat kebebasan dan kesetaraan AS berasal dari kewaspadaan terhadap setiap orang. Warga harus memiliki suatu kemampuan membalas dalam tingkat tertentu, dan mencapai keseimbangan untuk saling membatasi dengan pemerintah, dengan demikian pemerintah akan jujur dan melakukan pekerjaan dengan serius, dan tidak menjadi semena-mena, sehingga bisa membengkakkan kekuasaan negara untuk menindas hak warga negara, dan berubah menjadi pemerintahan yang otoriter.

Pada awalnya, kebebasan memiliki senjata api adalah semacam simbol spiritual, semacam gaya hidup. Bukan suatu paham politik, bagaimana sampai berubah menjadi seperti sekarang ini, maka harus dikaitkan dengan berdirinya National Riffle Association of America atau NRA.

Di masa Perang Sipil, kekuatan industri di utara Amerika jauh melampaui wilayah selatan, hanya di kota New York saja kekuatan ekonominya melampaui total sebelas negara bagian di selatan, dan jumlah penduduk serta perlengkapan senjata juga jauh lebih kuat daripada selatan, tapi perang ini menghabiskan waktu empat tahun sebelum akhirnya menang, jumlah korban mencapai 620.000 orang.

Perlu diketahui, dari PD-I hingga PD-II dan Perang Vietnam serta Perang Korea, pihak AS yang menjadi korban sebanyak 616.000 orang. Hanya Perang Sipil saja jumlah korban tewas telah melampaui jumlah total korban dari perang-perang yang lebih terkenal itu, bisa dilihat betapa dahsyat peperangan saudara utara dan selatan itu.

Kekuatan pasukan selatan begitu buruk, tapi bisa bertahan melawan utara begitu lamanya, selain karena beberapa jendral ternama dari selatan, terutama adalah karena orang-orang di selatan suka bermain senapan, sangat menggemari berburu. Mereka selalu mengisi waktu luang dengan berburu di hutan, tembakan mereka sangat jitu dan tidak pernah meleset.

Sementara orang utara adalah tipikal kaum terpelajar, yang hanya bisa berbisnis, berhitung, dan bekerja di pabrik, begitu perang sipil meletus orang-orang utara tidak sempat berlatih, hanya bisa mengutus para pekerja kantor untuk berperang, sementara orang selatan tidak perlu berlatih, satu tembakan mengenai satu sasaran. Begitu kedua pasukan berperang, pihak mana yang unggul langsung bisa ditebak.

Kemudian pasukan utara mengandalkan kekuatan industri yang superbesar, akhirnya memenangkan perang itu. Namun terlalu banyak korban berjatuhan, ekonomi rakyat Amerika pun rusak karenanya, Grant yang waktu itu menjabat sebagai presiden mulai berpikir: “Perang sungguh mengerikan! Apa yang harus dilakukan agar terhindar dari perang sipil seperti ini? Cara apa yang bisa dilakukan untuk melindungi kekuasaan pemerintah?”

Seorang jendral dari utara mengusulkan pada Grand: “Orang selatan suka bermain senapan, itu sebabnya perang kita begitu mengenaskan, Anda harus membiarkan orang utara juga bermain senapan.” Grant kegirangan, lalu dibentuklah organisasi “National Riffle Association of America”.

National Riffle Association of America (NRA) terus membesar seiring dengan bergulirnya waktu, khususnya saat PD-I dan PD-II, kekuasaannya juga semakin meluas, ambisinya juga perlahan mulai terlepas dari pembatasan yang seharusnya.

Setelah PD-I berakhir NRA selalu saja menggunakan seorang pahlawan AS bernama Alvin Cullum York pada perang yang dialaminya sebagai promosi, dan mempropagandakan bahwa dengan bergabung ke dalam NRA berarti melindungi negara, ini semakin memperdalam ideologi masyarakat AS untuk memiliki senjata api.

Alvin Cullum York pernah menjadi anggota NRA, saat masih kecil ia sering membawa senapan berburu dan berburu ayam kalkun, sehingga terlatih menembak dengan baik.

Pada masa PD-I, bersama pemimpin pasukan dan 17 orang rekan serdadu lainnya mereka berhasil menyelinap di garis belakang tentara Jerman dan mengawal tawanan. Saat akan kembali, sebuah pos senapan mesin Jerman di dekatnya mendapati mereka, serdadu Jerman berseru dalam Bahasa Jerman agar rekan mereka tiarap, lalu mulai menembak, senapan Maxim yang berkaliber besar dalam sesaat menumbangkan 9 orang serdadu AS.

Sementara yang masih hidup bersama para tentara Jerman yang ditawan tiarap di tanah tidak bisa berdiri karena ditekan sapuan senapan itu, saat itu York yang menggunakan senapan Enfield M1917 menembak ke arah pos senapan mesin Jerman, senapan itu bisa diisi 5 peluru, tembakan York tidak ada yang meleset, dengan 5 peluru itu dirobohkannya 5 orang pasukan penembak Jerman!

Tentara Jerman lainnya yang bersembunyi di dalam lubang pelindung merasa York terlalu hebat, adu senapan dengan York pasti tidak mungkin, maka saat York mengisi peluru mereka memanfaatkan peluang bergerak maju melakukan serangan, di saat genting itu York mencabut pistolnya dan mulai menembak, seketika itu 7 serdadu Jerman yang maju menerjang dirinya ditembak, satu peluru satu serdadu, pasukan Jerman lainnya ketakutan dan menyerah dengan melempar senjata (menariknya adalah, pistol York hanya bisa diisi 7 peluru, dengan kata lain, waktu itu magasin peluru sudah kosong, jika serdaru Jerman terus maju, maka mungkin sejarah akan berkata lain).

Awalnya York hanya membawa 7-8 orang tawanan perang kembali ke kamp tawanan, sepanjang jalan ada pasukan Jerman yang menyerah, dan ikut menjadi tawanan, ternyata pada saat itu kebanyakan pasukan Jerman sudah tahu situasi perang sudah sulit diselamatkan, sehingga sangat frustrasi. Akhirnya sekembalinya York ke kamp tawanan, ia membawa sebanyak 132 orang tawanan perang. Prajurit penjaga pos saat melihat begitu banyak pasukan Jerman datang, mengira telah diserang oleh pihak Jerman, sanking ketakutan prajurit itu jatuh dari atas pos penjagaan.

Setelah perang, York diangkat sebagai perwira dan mendapat medali penghargaan Kongres, bahkan kisahnya difilmkan. Di masa Perang Dingin, untuk memotivasi para perwiranya agar meniru semangat keberanian York, pemerintah AS bahkan menamai meriam anti pesawat dengan nama “Sergeant York Air Defense Gun”. Tembakan York yang tepat dan prestasi perang yang gemilang, membuatnya dijadikan sebagai simbol propaganda bagi NRA.

Kondisi geografis Amerika sangat mengagumkan, diapit dua samudera, tidak ada musuh dari utara maupun selatan. Tanah dan airnya indah dan subur, segala sesuatu ada di negeri itu, maka tanah ini pada dasarnya tidak memerlukan perlindungan kekuatan militer berskala besar, oleh sebab itu saat PD-I dan PD-II, di saat AS harus menambah pasukannya seketika, mendatangkan banyak serdadu baru untuk bergabung, dan para serdadu ini harus memiliki pengetahuan dan standar militer tertentu untuk bisa diterjunkan di medan perang.

Sungguh kebetulan NRA memenuhi kebutuhan militer AS ini, para serdadu baru yang direkrut ini hampir rata-rata adalah anggota NRA, saat menjadi warga sipil mereka telah terlatih menggunakan berbagai senjata api, saat berburu juga sudah terbiasa dengan taktik mengepung dan mengitari. Begitu bergabung dalam militer mereka diajarkan sedikit pengetahuan, dan siap diterjunkan di medan perang. Dengan demikian, NRA pun memainkan peran yang tak bisa diabaikan dalam sejarah militer AS.

Setelah PD-II berakhir, seharusnya adalah saatnya untuk menggudangkan semua persenjataannya, tapi kemudian Perang Dingin pun terjadi.  Ancaman Uni Soviet jauh lebih hebat daripada Jerman dan Jepang di masa perang, Blok Poros itu hanya membuat onar di Eropa dan Asia, paling-paling hanya menduduki daerah kolonial AS di Asia. Namun kekuatan Uni Soviet mampu mengancam wilayah AS secara langsung, bahkan bisa meledakkan ibukota AS dengan rudal nuklirnya. Oleh karenanya NRA kembali memainkan peran penting dalam keamanan militer, selama Perang Dingin, untuk menunjukkan sikap menegakkan keadilan.

NRA telah membuat sejumlah film peringatan, namun mayoritas topiknya adalah sama: Tentara Merah Uni Soviet mendarat di Amerika, dan menguasai AS, tapi banyak warga AS yang tidak bersedia ditindas, mereka mengangkat senjata dan mengusir Tentara Merah.

Film-film itu samar-samar menyampaikan pesan bahwa warga sipil harus diberi kebebasan memiliki senjata api, tanpa disadari membuat para penonton merasa keberadaan NRA adalah legal. Selama periode tersebut, jumlah anggota baru di NRA melonjak drastis, kekuasaannya telah melampaui harapan yang diperkirakan, dan menjadi organisasi besar yang bisa mengintervensi urusan internal Kongres.

Pengamat politik AS mengetahui, para politisi Partai Republik AS mayoritas memiliki senjata api, seperti Presiden Reagan, ia juga merupakan pendukung kuat NRA. Sejak sebelum ia menjadi presiden, di AS telah banyak terjadi kasus penembakan di sekolah, namun Reagan tetap bersikukuh tidak melarang senjata api.

Ironisnya adalah, belum lama menjabat ia telah mengalami percobaan pembunuhan. Waktu itu Reagan ditembak 6 kali, namun 5 kali di antaranya tertahan, hanya satu yang mengenai paru-parunya, peluru bersarang hanya 2,5 cm dari jantung, jika meleset sedikit saja maka tamatlah riwayatnya.

Mayoritas media massa beranggapan, setelah peristiwa ini Presiden Reagan pasti akan membalikkan pernyataanya, menghentikan merajalelanya senjata api, dan merevisi UU kepemilikan senjata, namun tak disangka Presiden Reagan berkata, “Senjata api tidak bisa membunuh orang, hanya orang yang bisa membunuh orang lain.”

Presiden Reagan tetap mendukung kepemilikan senjata oleh warga sipil membuat kekuatan NRA berkembang pesat. Setelah Uni Soviet runtuh, larangan senjata kembali menjadi topik yang ramai dibicarakan masyarakat. Namun walaupun banyak politisi ternama mendukung larangan senjata, bahkan mantan Presiden AS Barrack Obama juga mendukung larangan senjata. Namun NRA yang sudah sedemikian besar itu telah memiliki lebih dari empat juta orang anggota, pengaruh politiknya telah jauh melampaui yang diperkirakan sebelumnya, sudah tidak bisa disingkirkan dengan cara-cara wajar.

Perlu diketahui, kelompok di luar Kongres AS dapat memengaruhi keputusan Kongres, dan kekuatan di luar Kongres yang memiliki kekuatan terbesar adalah NRA, ditambah lagi amandemen ke-2 konstitusi AS menetapkan bahwa warga AS berhak untuk memiliki dan membawa senjata api, yaitu warga sipil memiliki hak untuk melindungi diri, oleh karena itu larangan senjata di AS telah menjadi suatu hal yang nyaris mustahil.

Ada yang mengatakan merajalelanya senjata api di AS dikarenakan adanya keuntungan yang besar. Tapi sebenarnya keuntungan senjata api jauh di bawah rokok dan minuman keras, rokok dibuat dari daun yang dikeringkan, minuman keras hanya cairan maltose yang telah disimpan lama di dalam barel kayu, sedangkan pembuatan senjata api setidaknya dibutuhkan suatu teknologi, hanya teknologi membuat garis alur proyektil saja sudah cukup memusingkan.

Niat awal didirikannya NRA adalah baik, dan bukan sebagai pengendali ideologi politik. Mayoritas warga sipil AS menyukai senjata api hanya karena berpegangan pada konsep, ada dua ungkapan lama yang selalu digaungkan di kalangan pecinta senjata api: “Abraham Lincoln membebaskan semua warga, tapi Colt (merek senjata api kawakan) membuat mereka setara”, dan “Tuhan menciptakan manusia, Colt menciptakan keadilan”.

Mereka beranggapan dengan adanya senjata api maka kesetaraan bisa diciptakan dan kebebasan di Amerika baru dapat terwujud.

Tapi seiring dengan perubahan zaman dan semakin disempurnakannya keadilan, sekarang ini sudah bukan lagi masa lalu, apakah pemerintah AS masih akan terus mempertahankan kepemilikan senjata api? Penulis tidak berani menentukannya, bagaimana pembaca menyikapinya? (SUD/WHS/asr)

Artikel Ini Terbit di Epochtimes edisi cetak bahasa Indonesia