Home Blog Page 604

Rusia Nyaris Tidak Tahan Lagi, Masih Kuatkah Beijing?

0

Yang Wei

Pasukan Rusia telah ditarik dari kawasan Kyiv, tetapi tidak menghentikan invasi, dan dituding telah melakukan kekejaman membantai rakyat jelata, sanksi Barat pun semakin ditingkatkan. NATO tengah berupaya mendukung Ukraina menghadapi suatu perang jangka panjang, sedangkan Rusia berusaha agar tidak terjerumus ke dalam kubangan perang, sepertinya lebih aktif bernegosiasi. Semestinya Beijing berharap Rusia akan terus menyulitkan pihak Barat, namun Rusia nyaris tidak sanggup bertahan lagi, pertanyaannya, masih mampukah Partai Komunis Tiongkok (PKT) bertahan?

Pada 6 hingga 7 April lalu, para menlu negara-negara NATO mengadakan rapat di Brussels, dan sepakat akan meningkatkan dukungan kepada Ukraina. Sekjend NATO Jens Stoltenberg mengatakan, para negara sekutu akan “membantu warga Ukraina yang pemberani melindungi kampung halaman dan negerinya, serta menghalau mundur pasukan invasi”.

Rapat kali ini juga turut mengundang Menlu Ukraina, Georgia, Finlandia, Swedia, dan rekan di Asia Pasifik antara lain Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Pernyataan NATO menekankan, akan meningkatkan jaringan kerja sama di bidang internet, teknologi baru, informasi fiktif, keamanan laut, perubahan iklim, dan ketahanan dengan rekan Asia Pasifik. Para menteri itu secara sepakat menilai, akan menetapkan konsep strategi NATO berikutnya pada KTT di Madrid pada Juni mendatang.

Harus mempertimbang- kan hubungan NATO dengan Rusia kelak, serta kian meningkatnya pengaruh PKT terhadap keamanan negara sekutunya. Stoltenberg mengatakan, “Tantangan global membutuhkan solusi global”. 

NATO tengah bertekad membantu Ukraina mengalahkan Rusia, sedangkan Rusia tengah mencari cara untuk mundur tanpa dipermalukan dan dengan segera meloloskan diri. Seiring dengan berubahnya situasi perang Rusia-Ukraina, pola politik internasional yang mengitari perang Rusia dan Ukraina juga sedang mengalami perubahan yang sangat mendasar. Karena PKT mendukung Rusia, maka NATO dan sekutu Asia Pasifik pun semakin mempererat kerjasamanya, untuk menghadapi tantangan keamanan yang mencolok dari PKT dan Rusia. Hal ini semestinya merupakan perubahan yang belum pernah ada pasca Perang Dingin.

Pada 7 April lalu, setelah memperluas rapat Menlu NATO, Sekjend NATO, Stoltenberg menyatakan kepada media, karena Beijing menolak mengeluarkan kecaman terhadap serangan Rusia kepada Ukraina, ini telah menjadi “tantangan serius” bagi keseluruhan aliansi Samu- dera Atlantik utara, “Untuk pertama kalinya kami harus mempertimbangkan penga- ruh PKT yang terus meningkat, serta bagaimana kebijakan paksaannya berdampak pada keamanan kami.”

Presiden Biden dan ang- gota kabinet kunci kembali memperingatkan Beijing, jika membantu Rusia, maka akan menanggung “akibatnya”. Pada 1 April lalu KTT Eropa-RRT penuh dengan ketegangan, pemimpin Uni Eropa juga memperingatkan RRT. Kini, “akibatnya” telah timbul, Beijing terus mengikuti Rusia, dan akan dianggap sebagai musuh oleh NATO. Inilah “akibat” PKT memaksakan terus mendukung Rusia.

Invasi Rusia terhadap Ukraina memang telah menimbulkan kesulitan besar bagi NATO, tapi Rusia juga menciptakan kesulitan yang lebih besar bagi dirinya sendiri, kesulitan bagi PKT juga sama ikut menghampiri.

NATO dilahirkan pada masa Perang Dingin, setelah Perang Dingin berakhir, NATO sempat disebutkan “mati otak”. Mantan Presiden Trump pernah menuntut keras negara anggota NATO untuk menaikkan anggaran militer memenuhi standar 2% dari PDB mereka. Trump bahkan secara langsung mengkritik, Jerman meminta AS membendung Rusia, tapi di sisi lain ia memberikan uang pada Rusia dengan membeli gas alam Rusia.

Ternyata perkataan Trump kini menjadi kenyataan, para pemimpin NATO sepertinya tidak ingin menyinggung hal ini; pasca meletusnya perang Rusia-Ukraina, negara Eropa buru-buru melakukan antisipasi. Dukungan PKT terhadap Rusia, juga memaksa negara Eropa memusatkan perhatiannya di kawasan Indo-Pasifik.

Bangkitnya NATO apakah menandakan perang dingin baru dengan ruang lingkup yang lebih luas telah resmi dimulai, masih perlu diamati dan dikaji lebih lanjut, tapi sorotan NATO telah diarahkan ke Samudera Pasifik,  menyoroti strategi keamanan seluruh dunia, bekerjasama erat dengan sekutunya di Asia Pasifik, pola bukan perang dingin tapi melebihi perang dingin ini sepertinya sudah tidak bisa berbalik arah.

Perubahan seperti ini, tidak hanya disebabkan karena invasi Rusia terhadap Ukraina, terlebih diakibatkan PKT mendukung Rusia. Tadinya PKT berniat mendorong Rusia ke atas panggung, untuk mengurangi tekanan di pihaknya, akibatnya PKT sendiri terpaksa ikut naik ke atas panggung. Tadinya PKT berniat menyandera Rusia,  akibatnya justru membuat Rusia telah menyandera PKT, dan sekarang sudah tidak bisa dijelaskan lagi, siapa sebenarnya yang menyandera siapa. Apakah PKT mengetahui persis keseluruhan rencana Rusia, sepertinya sudah tidak begitu berarti lagi.

Sudah  terlambat   bagi PKT untuk menyesalinya, bagaimanapun PKT mengklarifikasi, sepertinya tidak akan membuat situasi  lebih baik. Hubungan AS-RRT pupus sudah, hubungan Eropa-RRT juga hancur sudah, PKT justru telah memaksa negara Eropa secepat mungkin menentukan sikap. PKT  selama ini berulang kali menentang “kelompok kecil” anti-Tiongkok, tapi justru telah mendorong NATO dan sekutu Asia Pasifiknya menjadi makin kompak. PKT berniat membentuk “kelompok kecil” dengan Rusia, tapi malahan mempercepat terbentuknya “kelompok besar” sekutu anti-PKT yang lebih besar lagi.

Masalah berikutnya adalah, sepertinya Rusia sudah tidak tahan lagi, apakah PKT sendiri masih akan terus bertahan? Pemimpin PKT diperkirakan masih akan mempropagandakan ke dalam negeri bahwa RRT akan terus melawan Barat, tidak akan menjadi “kepiting berkaki lunak”, sama seperti RRT “tidak ragu- ragu” dan “tidak goyah” ketika mempertahankan kebijakan “Nol Covid”. Akan tetapi, Barat tidak akan seperti warga Tiongkok, yang hanya menerima begitu saja ketika diberlakukan lockdown paksa.

Jika pihak Barat tidak berharap menelan pil pahit lagi akibat politik peredaan sebelumnya, tidak berharap tiba-tiba menuai  pandemi lagi akibat sengaja ditutupi, tidak berharap harus membayar dengan mata uang RMB saat membeli produk RRT, tidak berharap perusahaannya yang berinvestasi di Tiongkok disita oleh pemerintah, tidak berharap pasokan chip dari Taiwan terputus, maka mulai sekarang pihak Barat mau tidak mau harus mengantisipasi sedia payung sebelum hujan Rusia menginvasi Ukraina, memaksa Eropa harus meninjau ulang keamanan Eropa; sikap PKT  terhadap perang Rusia-Ukraina, memaksa Eropa harus meninjau ulang keamanan seluruh dunia. Dibandingkan dengan  Rusia, PKT lebih berpotensi menimbulkan kerugian bagi dunia, seyogyanya membuat seluruh dunia waspada. 

Suatu kerugian teramat besar akibat pandemi, seharusnya cukup untuk menyadarkan dunia; sebuah perang Rusia-Ukraina, laiknya sudah  jatuh tertimpa tangga. Mayoritas negara di dunia seharusnya memberanikan diri seperti Ukraina melawan serangan Rusia, agar dapat membuat PKT tidak mampu bertahan lagi. (lie)

Warga Keluhkan Melambungnya Harga Makanan dan Barang di Shanghai Hingga Kelumpuhan di Pemerintahan

0

Lin Cenxin, Yi Ru dan Liu Fang

Shanghai telah ditutup selama lebih dari dua minggu. Orang-orang mengeluhkan harga makanan yang melambung tinggi dan mereka tidak bisa mendapatkan makanan. Pasien positif COVID-19 di banyak komunitas diabaikan.

“Saya mau menceritakan kepada kalian, sekarang banyak pesanan adalah rokok, berapa harga rokok di Shanghai sekarang? Daqianmen yang berharga 9 yuan sekarang dijual seharga 260 Yuan, Double Happiness yang bernilai 11 Yuan sekarang dijual menjadi 300 Yuan,” kata seorang pekerja takeaway.

Pekerja takeaway mencibir melihat tingginya harga sayuran dan rokok di Shanghai, mencela kekurangan pasokan di Shanghai, dan para pedagang mengambil kesempatan untuk menghasilkan banyak uang.

Warga di kawasan Puxi mengeluhkan sejak 1 April, lockdown sudah berlangsung lebih dari dua minggu. Belum ada kepastian. Rakyat semua marah.

Mrs Yue, warga Shanghai berkata: “Harga tinggi adalah masalah lain, bagaimanapun, ia tidak peduli, selama ia bisa membelinya. Sekarang tidak berbicara tentang harga lagi, selama ia bisa mendapatkan barang, tetapi tidak bisa mendapatkannya. Sejak 1 April sampai 14 April. Siapa yang bisa menstock begitu banyak barang?”

Warga Komunitas Shennan di Distrik Changning, Shanghai  kepada reporter NTD mengatakan bahwa ada banyak pasien positif di komunitas tersebut, tetapi desinfektan dan pencegahan epidemi terhadap bangunan tidak dapat mengimbangi, dan situasi komunitas saat ini sedang menghadapi keruntuhan. 

Mr Huang, warga Distrik Changning, Shanghai berkata: “Kami berada di komunitas ini di mana tidak ada yang peduli, dan kemudian seluruh bangunan di komunitas kami, 90% di antaranya sudah positif . Kemudian kami belum melakukan tes COVID-19 selama dua hari. Sampah di komplek kami sudah menumpuk, dan banyak orang-orang yang terinfeksi telah diangkut pergi, dan  kini sekelompok orang baru kembali diangkut pergi.”

Huang juga mengatakan bahwa komite lingkungan lumpuh dan tidak pernah mengumumkan situasi positif sebenarnya di masyarakat, hingga menyebabkan kepanikan di antara orang-orang.

Pada saat yang sama, media pemerintahan  partai Komunis Tiongkok, Xinhua News Agency, telah menggunakan propaganda besarnya untuk mempromosikan Shanghai yang ditutup dan mengambil berbagai langkah, untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan kebutuhan sehari-hari.

Netizen menjawab: “Mereka tidak melakukan apapun untuk rakyat. Mereka secara selektif menahan sumber daya, berdasarkan status ekonomi atau hubungan dengan pejabat pemerintah. Partai Komunis Tiongkok secara aktif membunuh orang-orang Shanghai dan hewan peliharaan mereka.”

Mrs. Yue mempertanyakan bahwa Shanghai sekarang sedang kacau, dan tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kota metropolitan internasional akan seperti ini.

Lebih rinci Ms. Yue menjelaskan,  ia tidak tahu ke mana semua barang itu pergi? Anda ingin warga dikarantina di rumah dan tinggal di rumah. Anda tidak ingin memperdulikan kebutuhan hidup warga dengan baik, setidaknya warga bisa makan tiga kali sehari. Walaupun tidak kenyang, tidak apa-apa asalkan jangan sampai kelaparan, dan sekarang warga akan menghadapi kelaparan .”

Pejabat sistem kesehatan Shanghai dan staf komite warga juga berada di bawah tekanan besar. Pada 13 April, keluarga Qian Wenxiong, direktur Pusat Informasi Komisi Kesehatan dan Kesehatan Distrik Shanghai Hongkou, mengirimkan berita kematian melalui WeChat Moments, mengonfirmasikan bahwa Qian Wenxiong melakukan bunuh diri di kantor pada 12 April sore. (hui)

Komunitas Internasional Shanghai Secara Paksa Difungsikan, Polisi dengan Kasar Mengusir Warga Walaupun Sambil Memohon Berlutut

0

Qiao An

Warga Komunitas Internasional Zhangjiang Nashi di Area Baru Pudong, Shanghai pada Selasa (12/4/2022), tiba-tiba diberitahu bahwa pihak berwenang akan meminta 11 gedung di komunitas tersebut sebagai titik isolasi terpusat untuk kasus positif COVID-19. Yang mana, dapat menampung 1.800 orang. Pada malam itu juga penghuni apartemen sewaan tersebut harus mengosongkan tempat tinggalnya.

Sebelumnya, empat apartemen kosong di komunitas telah dipergunakan, dan perluasan permintaan ini jelas mengancam kehidupan dasar dan kesehatan serta keselamatan penduduk di masyarakat di komunitas tersebut.

Pada 14 April, bentrokan pecah antara warga masyarakat yang memprotes permintaan paksa apartemen dengan polisi. Banyak warga yang tidak berperilaku berbahaya ditangkap oleh polisi, termasuk orang tua yang lemah.

“Kenapa menangkap orang tua itu? Kenapa menangkap orang tua?”

Seorang wanita berlutut di tanah untuk waktu yang lama, bersujud kepada polisi, dan menangis, “Saya mohon.” Yang lain juga ikut berlutut dan memohon, tapi tetap tidak bisa menghentikan polisi untuk terus melakukan kekerasan menangkap orang. Adegan itu penuh dengan tangisan dan ratapan.

Pada Kamis, pejabat Shanghai melaporkan hampir 28.000 orang terinfeksi sehari sebelumnya, dan jumlah kumulatif orang yang terinfeksi dalam putaran epidemi ini telah mencapai 200.000 orang. Rumah sakit darurat dan beberapa titik isolasi berada dalam kondisi sulit dan penuh sesak.

Dilaporkan bahwa dalam menghadapi keluhan publik yang mendidih, pihak berwenang dipaksa untuk menyesuaikan kebijakan pencegahan epidemi mereka. Bahkan, mereka yang terinfeksi dapat mengambil tindakan isolasi di rumah di masa depan. (hui)

Pelaku Penembakan Kereta Bawah Tanah New York Ditangkap, Menghadapi Dakwaan Teror

NTD

Setelah penembakan besar terjadi di kereta bawah tanah Brooklyn di New York City, selama seharian polisi memburu si pembunuh. Akhirnya tersangka berusia 62 tahun Frank James ditangkap Petugas Patroli Distrik Kesembilan No. 1 Kota New York di East Village Manhattan. Dia diduga menembak 10 orang dan menghadapi tuduhan teror.

Penembakan tersebut terjadi di stasiun kereta bawah tanah 36th Street dan Fourth Avenue di Sunset Park, Brooklyn, New York City. Saat itu, Frank James  mengenakan masker gas saat kereta memasuki stasiun, setelah melepaskan dua bom asap, dia menembak secara acak ke penumpang di dalam kereta, melukai setidaknya 29 orang, 10 di antaranya tertembak, dan lainnya terluka karena korban melarikan diri dari stasiun dengan tergesa-gesa, atau menghirup asap. James dengan cepat melarikan diri dari tempat kejadian setelah melakukan kejahatan.

Keterangan Foto : Polisi Kota New York menyelidiki insiden tersebut setelah kereta bawah tanah Uptown 4 menarik rem darurat di dekat Union Square pada 12 April 2022 di New York City. (Alexi J. Rosenfeld/Getty Images)

Polisi menghentikan dan menangkap James di jalanan lingkungan East Village Manhattan pada 13 April. Motif kejahatan  masih belum diketahui.

Polisi menemukan pistol Glock 17 9mm, 3 magasin tambahan dan kapak di lokasi serangan, bersama dengan kartu kredit James dan kunci van sewaannya. Polisi mengatakan dia berada di Ohio membeli pistol tersebut secara legal.

Menurut Inspektur NYPD, James Essig, James sebelumnya tidak pernah dihukum berat karena kejahatan dan karena itu dapat membeli senjata api.

Keterangan Foto : Pada 13 April 2022, foto seorang tersangka penembakan James terungkap selama konferensi pers NYPD, di mana polisi mengumumkan bahwa mereka telah menangkap seorang tersangka dalam penembakan kereta bawah tanah. (Spencer Platt/Getty Images)

Dalam mengumumkan dakwaan, Jaksa Distrik AS, Breon Peace mengatakan James bisa menghadapi hukuman penjara seumur hidup karena melanggar larangan federal terhadap “teroris dan serangan kekerasan lainnya pada sistem angkutan massal.”

Michael J. Driscoll, asisten direktur kantor FBI di New York, juga menyebut penembakan tersebut sebagai “serangan teroris terhadap angkutan massal.”

Essig mengatakan James ditangkap sembilan kali di New York untuk kejahatan antara tahun 1992 dan 1998, termasuk kepemilikan alat pencurian dan perilaku seksual kriminal, serta untuk masuk tanpa izin, pencurian dan perilaku tidak tertib di negara tetangga New Jersey. Dia ditangkap 3 kali atas perbuatannya.

 

James telah mengunggah video dirinya di YouTube tentang pidato politik yang panjang dan terkadang radikal serta mengkritik walikota New York. YouTube telah menghapus halaman James setelah serangan karena melanggar norma komunitasnya.

Dalam salah satu video yang dikutip dalam pengaduan, James mengungkapkan ketidakpuasannya dengan sistem kereta bawah tanah New York kepada Walikota Adams: “Bung, apa yang kamu lakukan? Ada apa dengan situasi tunawisma ini?” James menambahkan, Setiap kereta yang dia naiki penuh sesak dengan tunawisma.”Ini sangat buruk, saya bahkan tidak punya tempat berdiri.”

Dia akan diadili di pengadilan Brooklyn pada 14 April. (hui)

Keterangan Foto : Pada 13 April 2022, setelah ditangkap oleh dua petugas patroli di Lower East Side Manhattan, James dibawa dari Ninth Precinct ke fasilitas penahanan federal di New York City. (BRYAN R. SMITH/AFP via Getty Images)

Li Keqiang Memperingatkan Pencegahan Epidemi Politik “Nol Kasus” dapat Meningkatkan Risiko Resesi Ekonomi

0

Li Lan, Yi Ru dan Lin Cenxin

Hampir 50 kota di Tiongkok berada di bawah blokade epidemi dan semua industri stagnan. Meskipun Li Keqiang telah menginstruksikan  menggunakan alat seperti “pemotongan RRR” untuk mencoba menyelamatkan basis industri. Analis percaya bahwa risiko resesi ekonomi Tiongkok bisa bertambah.

Lingkaran Ekonomi Delta Sungai Yangtze berpusat di Shanghai dan mencakup hampir 30 kota di provinsi Jiangsu, Zhejiang, dan Anhui,  merupakan mesin penting bagi pembangunan ekonomi Tiongkok. 

Menurut statistik tahun 2019, total volume ekonominya setara dengan 24% dari PDB, dan nilai total impor dan ekspor perdagangan luar negeri menyumbang 36,4% dari perdagangan luar negeri negara itu.

Namun demikian, lockdown yang disebabkan oleh epidemi telah mengganggu logistik. Bahkan ketika mendapatkan izin, pengemudi enggan pergi ke area yang diblokir.

Liu pada 12 April 2022, seorang penanggung jawab armada angkutan di Wenzhou, Zhejiang: mengatakan “Kami tidak dapat pergi ke Shanghai karena epidemi. Kami tidak akan pergi. Kami akan dikarantina ketika kami kembali. Untuk sementara, kami tidak mengangkut barang jarak jauh. Bahkan di Wenzhou, kemacetan lalu lintas sudah sangat serius dan  persimpangan jalan tol ada pemeriksaan (pencegahan epidemi).”

Sementara itu,  seorang Karyawan Zhejiang Wenzhou International Freight Co., Ltd pada 12 April mengatakan pada dasarnya mereka tidak pergi ke Shanghai  dan dampaknya masih baik, tetapi sekarang ada wabah di Ningbo  dan masih berdampak. Mobil dari Ningbo tidak diizinkan datang ke Wenzhou.”

Menurut data yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok pada 13 April, tingkat pertumbuhan tahunan impor Tiongkok pada Maret berubah dari positif menjadi negatif, dari 15,5% pada periode sebelumnya menjadi pertumbuhan negatif 0,1%. Angka  ini adalah pertama kalinya pertumbuhan negatif sejak Agustus 2020 yang merupakan di luar perkiraan pasar.

Sekitar 370 juta orang di setidaknya 45 kota di Tiongkok saat ini, berada di bawah penguncian penuh atau sebagian, dengan output ekonomi menyumbang 40,3 persen dari PDB Tiongkok, menurut perkiraan oleh para ekonom di bank investasi Nomura. Badan tersebut mengatakan risiko resesi di Tiongkok semakin meningkat.

Perdana Menteri  Li Keqiang menunjukkan pada pertemuan eksekutif Dewan Negara pada 13 April, bahwa perlu  mempromosikan konsumsi dan menstabilkan fundamental ekonomi. Li Keqiang mengatakan bahwa kebijakan moneter seperti pemotongan RRR harus digunakan tepat waktu untuk mendukung ekonomi riil. Pasar mengharapkan People’s Bank of China (PBOC) akan mengumumkan pemotongan RRR dalam beberapa hari ke depan.

Shen Rongqin, profesor di Universitas York di Kanada mengatakan: “Gangguan rantai pasokan akan mengurangi ekspor. Selain itu, Anda dapat melihat bahwa ekonomi permintaan domestik Tiongkok menyusut, terutama industri jasa, yang merupakan bagian sangat penting dari permintaan domestik. Karena sebagian besar penduduk yang bekerja didukung oleh industri jasa, maka itu juga akan memiliki tingkat dampak tertentu pada pekerjaan.”

Analis di Nomura Securities juga mengatakan bahwa, penerapan penguncian, penghalangan jalan, dan penutupan pintu di banyak tempat telah mengakibatkan kurangnya pasokan.Cukup memotong RRR dan suku bunga, meningkatkan kredit, dan menurunkan suku bunga pinjaman tidak dapat secara efektif meningkatkan konsumsi terminal.

Sebuah jajak pendapat Reuters dari 41 ekonom juga menunjukkan bahwa, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun ini tidak mungkin mencapai perkiraan resmi 5,5%, dan diperkirakan tingkat pertumbuhan setahun penuh mungkin 5%.

Pengusaha Zhejiang, Mr. Lu mengatakan “Daerah Shanghai dan Jiangsu telah berjuang untuk waktu yang lama. Tidak perlu dikatakan, ekonomi di sanai sangat menyedihkan. Pada dasarnya, hanya menunggu saat bangkrut saja. Terus terang, menunggu kematian. Sekarang wabah ini lebih ringan daripada gejala flu, mereka sekarang berbuat demikian, dan hal ini telah menjadi gerakan politik. Sangat mengerikan.” (hui)

Pria Shanghai Minta Polisi Membawanya ke Tahanan Karena Makannya Lebih “Terjamin”

0

Shanghai yang dikenal sebagai kota metropolitan internasional, penduduknya sedang menghadapi krisis pangan akibat pemerintah pusat Tiongkok menginstruksikan pengendalian ketat terhadap COVID-19 yang jumlah kasusnya terus melonjak. Video online berikut memperlihatkan seorang pria di Kota Shanghai yang dengan sengaja tidak menggunakan masker dan berinisiatif mengetuk jendela mobil polisi untuk meminta polisi membawanya ke rumah tahanan. Dikarenakan, persoalan makanannya lebih “terjamin”

NTD

Dalam video tersebut, seorang pria Kota Shanghai tanpa memakai masker berjalan menuju mobil polisi dengan menghidupkan kamera ponselnya. Ia berhenti di depan pintu depan sebuah mobil patroli polisi, sambil mengetuk jendela mobil ia memanggil polisi yang berada di dalamnya dengan ‘abang’. Polisi yang menurunkan kaca jendela langsung menghardik : “Mana Masker !”.

Pria itu berkata : “Saya tidak memakai masker, bawa saja saya masuk”. “Apakah Anda peduli dengan makanan saya tiga kali sehari. Jika Anda bisa membuat saya tidak kelaparan, Tanpa pikir panjang saya rela Anda jebloskan (ke tahanan)”.

Polisi bertanya : “Kamu mau apa ?”

https://www.youtube.com/watch?v=bQse8aNKYhs

Pria itu menjawab : “Saya tidak mau melakukan apa-apa. Saya hanya melanggar aturan pencegahan dan pengendalian epidemi, jebloskan saja saya”. “Tahukah Anda, saya sudah tidak punya jalan lain, saya sudah tidak lagi punya makanan”. “Saya sudah hidup dengan tunjangan subsisten, sekarang saya tidak lagi punya tempat untuk pergi, setiap hari saya tidur di pinggir jalan, bisakah Anda memberikan saya jalan keluar ?”

Polisi dengan nada yang sedikit merendah lalu mengatakan : “Udah, pergi, pergi, pergi”..

Pria itu kemudian mengatakan bahwa dirinya berharap polisi akan membawanya pergi untuk dijebloskan ke tahanan karena soal makannya lebih “terjamin”.

Netizens berkomentar : Ini sungguh menyedihkan. Yang lain menulis : Dalam penjara, tahanan masih bisa makan tiga kali sehari ! Tetapi orang yang berada di luar penjara malahan bernasib lebih buruk daripada tahanan.

Komentar netizen lain lebih menusuk : Epidemi di Tiongkok belum tentu membuat Anda mati, tetapi kebijakan anti-epidemi partai komunis Tiongkok sudah pasti akan membuat Anda kelaparan sampai mati. (sin)

Diterjang Topan, 80 Orang Tewas di Filipina Setelah Rumah-rumah Hanyut ke Laut

Topan Megi  melanda Filipina, menyebabkan banyak tanah longsor dan mengubur banyak kawasan. Saat tim penyelamat menemukan lebih banyak sisa-sisa di sejumlah desa yang terkena dampak, pejabat setempat pada Kamis (14/4/2022) mengatakan jumlahnya korban tanah longsor dan banjir meningkat menjadi 80 orang. Saat ini, puluhan orang masih hilang, dan kemungkinan ada banyak orang yang tidak bisa diselamatkan.

Sedikitnya 26 orang tewas dan sekitar 150 hilang ketika banyak rumah hanyut ke laut di desa Pilar, yang merupakan bagian dari kota Abuyog di Filipina. 

Keterangan Foto : Tim penyelamat mengumpulkan tas berisi mayat setelah hujan deras dari Topan Megi membanjiri desa Pilar pada 13 April 2022. (STRINGER/AFP melalui Getty Images)

“Sejujurnya, kami tidak menyangka akan ada lagi yang bisa selamat,” kata walikota Abuyog, Lemuel Traya, kepada AFP, seraya menambahkan bahwa tugas penyelamat telah bergeser untuk mencari sisa-sisa mayat korban.

Dia mengatakan sekitar 250 orang dibawa ke pusat evakuasi dengan perahu dan yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah jalan terputus oleh tanah longsor.

Foto-foto udara menunjukkan lumpur besar yang mengalir menuruni bukit dan menyapu desa Bunga, dengan hanya beberapa atap menjorok yang sekarang terlihat.

Loderica Portarcos, seorang pekerja pertanian berusia 47 tahun yang kehilangan 17 anggota keluarga dan seorang teman dalam tanah longsor, mengatakan: “Kami diberitahukan untuk waspada karena badai akan datang, tetapi kami tidak memberitahukan kami secara langsung bahwa kami harus mengungsi. “

Ara Mae Canuto, 22 tahun, mencoba melarikan diri tetapi terperangkap di laut dan hampir tenggelam. Dia mengatakan dirinya mendengar suara gemuruh seperti helikopter dan menemukan terjadi tanah longsor menghantam rumahnya di Desa Pilar.

“Telinga dan hidung saya penuh lumpur, dan saya menelan banyak lumpur,” kata Canuto, yang terbaring di ranjang rumah sakit, kepada AFP melalui telepon. Ayahnya tewas dan keberadaan ibunya tidak diketahui.

Kota Baybay juga dilanda, dengan gelombang tanah longsor menghantam pemukiman pertanian, menewaskan sedikitnya 48 orang dan melukai lebih dari 100 orang, dan 27 orang masih hilang, seperti yang dikatakan oleh pihak berwenang setempat.

Dipengaruhi oleh cuaca buruk, militer telah bergabung dengan tim penyelamat untuk berpartisipasi dalam pekerjaan penyelamatan.

Setelah serangan Topan Megi  memaksa puluhan pelabuhan di Filipina untuk menangguhkan operasi dan membuat ribuan orang terdampar saat Paskah dimulai. 

Perayaan Paskah adalah salah satu waktu wisata tersibuk di Filipina dalam kurun waktu setahun. (hui)

Shanghai Lockdown Setengah Bulan — Warga Pingsan Kelaparan, Tidak Ada Obat-Obatan, Video Minta Tolong Terus Bermunculan

0

 oleh Zhao Fenghua, Ming Yu

Shanghai telah mengalami lockdown ketat selama setengah bulan, pencegahan epidemi yang tidak manusiawi menyebabkan bencana bagi warga karena mata pencaharian terganggu, banyak warga kehabisan makanan dan obat-obatan, sehingga permintaan bantuan secara online terus bermunculan. Bahkan ada relawan yang bertugas di rumah sakit penampungan darurat pun tidak dapat pulang ke rumah, kebebasannya dibatasi, sampai mereka pun mengirimkan video call untuk meminta bantuan.

Di Distrik Baoshan Shanghai, seorang balita yang menderita demam tinggi, tetapi pihak berwenang tidak ada yang mau peduli. Sampai Ibu yang marah itu mencela petugas tidak berperikemanusiaan.

Ibu dari balita itu mengatakan : “Saya hanya meminta izin untuk membawa bayi saya ke rumah sakit untuk mengobati demamnya yang tinggi, dan kalian terus menahan saya agar tetap di rumah. Cept, cepat (pulang). Apa itu cepat, cepat ?  Cepat, cepat sampai anak saya sakit ?”

“Apakah kalian tidak berperikemanusiaan ? Kalian tidak ada yang keluar untuk memberikan penjelasan (kepada saya), Inikah sikap kalian terhadap warga sipil ?”

“Saya sudah sejak jam 7 tadi sampai sekarang sudah jam 9 lebih. Tidak satu pun dari kalian yang keluar untuk berbicara dengan saya, tidak ada yang tampil untuk memberitahu saya apa yang harus saya lakukan, kecuali kata-kata cepat, cepat (pulang). Mana orang yang jadi pimpinan ? Apakah nyawa anak saya bukan nyawa ?”

“Dia baru berusia dua tahun. Kalian menyuruh saya pulang. Lalu anak saya ini bagaimana ? Kondisi demamnya sudah berlangsung beberapa hari, sedangkan kami berdua juga memiliki gejala”.

“Kalian setidaknya memberi saya solusi yang layak, bahkan mengizinkan saya pergi ke rumah sakit”.

Video lain menunjukkan, sekitar pukul 2:30 dini hari, ibu yang putus asa ini mengetuk pintu para tetangga untuk memohon obat menurunkan demam sebagai satu-satunya harapan menyelamatkan anaknya yang sakit.

Ibu dari anak yang sakit itu sambil mengetuk pintu mengatakan : “Halo om dan tante, saya adalah penghuni 305 hanya ingin bertanya apakah kalian memiliki obat turun panas(antipiretik). Anak saya demam. Apakah bibi ada di rumah ? Maaf mengganggu kalian”.

“Karena demamnya sudah mencapai 40 derajat, saya memanggil 120 (nomor telepon darurat medis Tiongkok), katanya sudah ada 300 an orang yang antri. Mereka sendiri kewalahan”.

“Saya juga telepon ke komite lingkungan (semacam RT), tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa. Katanya tidak ada obat”.

Ratapan memilukan itu menggugah banyak hati netizen.

Di Kota Malu, Jiading, Shanghai, seorang pria tua telah kehabisan makanan, orang tua lainnya yang tinggal bersamanya sudah pingsan lantaran kelaparan. Ia tidak punya pilihan selain meminta bantuan pemerintah.

Pria warga Kota Malu tersebut mengatakan : “Saya dan orang tua yang tinggal serumah itu sudah seharian hanya minum air tanpa sedikit pun makanan”.

Petugas komite lingkungan : “Kita juga tidak berdaya kecuali melaporkan ke atas”.

Pria warga Kota Malu tersebut mengatakan : “Orang tua itu sekarang sudah pingsan karena kelaparan, bahkan tidak bisa bangun dari tempat tidur. Jika terus seperti itu, akan terjadi korban. Tolong, tolong carikan solusi”.

“Tolong, tolong carikan sedikit makanan”, tambahnya.

“Saya sudah mencoba untuk menemui komite lingkungan, bahkan komite desa (semacam RW), mencari pemerintah kota Malu, tetapi tidak satupun dari mereka yang menggubris”.

Petugas komite lingkungan mengatakan : “Sekarang membeli barang itu rebutan”.

Pria warga Kota Malu tersebut mengatakan : “Saya mengatur jam weker saya berbunyin setiap hari  pukul 5:40, dan pada pukul 6, kami ikut berebut tetapi tidak bisa mendapatkan makanan sama sekali”.

Petugas komite lingkungan : “Jujur saja, saya sendiri juga tidak kuat untuk sepanjang hari berada di sini”.

Di bawah kebijakan pencegahan epidemi nol kasus yang tidak manusiawi, tidak hanya warga sipil yang mengalami kelaparan, tetapi juga mereka yang terlibat dalam pencegahan epidemi juga tidak luput dari takdir serupa.

Seorang petugas rumah sakit penampungan darurat mengatakan : “Bagi mereka yang bersedia menerima upah ini, mereka yang bersedia menerima gaji untuk bekerja, patuhi sekarang apa yang diinstruksikan atasan”.

Relawan rumah sakit penampungan darurat juga mengeluh tidak bisa pulang ke rumah. 

“Ketika kami datang ke sini, katanya tugas kami yaitu pekerjaan di bagian luar rumah sakit penampungan darurat, tetapi sekarang kami diminta menjadi petugas bagian dalam rumah sakit, dengan waktu kerja lebih dari sepuluh jam sehari. Kami tidak ingin melakukannya lagi sekarang dan kami mau pulang, tapi kami tidak diperbolehkan, jadi terpaksa menelepon polisi juga nomor telepon 12345, Tetapi percuma saja, kami sudah terjebak di sini selama berhari-hari. Kami tidak bisa kabur. Kami tidak bisa pulang.” (sin)

AS Bentuk Gugus Tugas Angkatan Laut Timur Tengah Baru untuk Memerangi Penyelundupan Senjata di Teluk

oleh Dai Furuo

Angkatan Laut AS mengatakan pada Rabu (13/4/2022) bahwa mereka sedang membentuk satuan tugas multinasional baru untuk memerangi penyelundupan senjata di perairan Yaman. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Ini adalah tanggapan terbaru dari militer AS terhadap serangan Houthi di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa setelah serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap negara-negara Teluk dalam beberapa bulan terakhir, Amerika Serikat berusaha meyakinkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menganggap komitmen AS terhadap keamanan di wilayah tersebut melemah, dengan memberikan dukungan militer tambahan.

Brad Cooper, Komandan Armada Kelima AL-AS mengatakan, Dapat dipastikan pada pekan depan, pasukan gugus tugas secara lengkap akan hadir di Laut Merah, Teluk Mander dan Teluk Aden.

“Perairan yang penting secara strategis ini patut mendapat perhatian kita,” kata Brad Cooper dalam konferensi telepon dengan wartawan, seraya menambahkan bahwa perdagangan manusia dan narkoba juga akan menjadi sasaran satuan tugas ini.

Perairan di sekitar Yaman adalah rute utama untuk perdagangan global, termasuk pasokan minyak, dan kapal kargo telah menjadi sasaran Houthi dan pasukan lainnya di masa lalu.

Lebih dari satu dekade lalu, Angkatan Laut AS meningkatkan patroli di daerah tersebut untuk mencegah perompak menyerang kapal dagang yang berlayar di perairan tersebut.

Ketika ditanya tentang serangan udara Yaman terhadap mitra AS Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, Cooper mengatakan bahwa gugus tugas akan berdampak pada kemampuan Houthi untuk memperoleh senjata yang dibutuhkan mereka untuk melakukan serangan.

“Kita dapat melakukannya ini dengan lebih bersemangat dan langsung daripada sekarang,” tambah Cooper.

Perairan antara Somalia, Djibouti dan Yaman dikenal sebagai jalur penyelundupan senjata yang ditujukan untuk Houthi, kata seorang pejabat AS.

“Unit pasukan khusus internasional baru ini pasti akan menangani ini,” kata pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Iran telah lama dituduh menyelundupkan senjata ke Houthi. Tetapi dibantahnya.

Gugus tugas yang dibentuk Angkatan Laut AS yang baru ini akan terdiri dari dua hingga delapan kapal perang, dan Brad Cooper memimpin bagian dari Pasukan Gabungan Maritim dari 34 negara yang memiliki tiga gugus tugas lain di perairan terdekat untuk memerangi penyelundupan dan pembajakan.

AS telah memberikan dukungan pertahanan udara tambahan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tahun ini setelah terjadi serangan Houthi.

Situs berita AS ‘Axios’ melaporkan bahwa pada Januari 2022, menteri luar negeri Bahrain, Kuwait, Oman dan Arab Saudi, serta Sekretaris Jenderal Dewan Kerjasama Teluk, Nayef Falah M. Al-Hajraf, akan mengunjungi Tiongkok. Kunjungan pejabat Teluk merupakan bagian dari dorongan Tiongkok untuk terlibat lebih jauh dalam urusan Timur Tengah.

Langkah AS mungkin merupakan respons kuat terhadap peningkatan pengaruh Tiongkok di Teluk, kata laporan itu. (sin)

Laporan Pakar PBB : Korea Utara Membeli Bahan Senjata Rudal dari Tiongkok dan Rusia

oleh Wu Huanxin

Laporan PBB yang baru dirilis menunjukkan bahwa meskipun ada sanksi internasional, Korea Utara masih bersikeras mengembangkan rudal balistik seperti rudal antarbenua. Suku cadang dan Bahan yang diperlukan mereka datangkan dari Tiongkok dan Rusia

Kelompok ahli komite sanksi terhadap Korea Utara di bawah Dewan Keamanan PBB baru-baru ini merilis laporan tahunannya, yang menyatakan bahwa pada 2021, Korea Utara setidaknya telah 4 kali mengimpor bahan dan komponen untuk senjata rudal seperti paduan baja tahan karat, katup, pompa, bantalan dan lainnya dari Tiongkok melalui perusahaan dagangnya. Itu semua merupakan bagan-bahan yang dibatasi oleh resolusi PBB 2017 tentang sanksi Korea Utara.

Penyelidikan menemukan bahwa orang yang memesan barang dari sebuah perusahaan di Kota Dandong, Liaoning, Tiongkok itu adalah Kim Jong-deok dari Perusahaan Perdagangan Mesin Korea Utara.

Selain itu, Kementerian Perindustrian Militer Korea Utara juga mengutus seseorang waega Korut bernama Lim Ryong Nam untuk membeli bahan seperti bubuk aluminium dari Kota Shenyang yang merupakan bahan bakar padat untuk rudal dari 2019 hingga 2020.

Laporan juga menunjukkan bahwa Korea Utara, melalui Oh Yong-ho, seorang diplomat di kedutaan besarnya di Moskow, membeli dari perusahaan Rusia atau teknisi rudal bahan paduan baja tahan karat khusus yang digunakan untuk menampung bahan bakar cair rudal balistik. 

Pada 2018, Korea Utara juga membeli 9 ton bahan paduan untuk badan utama rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM). Pada 2019, Korea Utara memperoleh gambar desain rudal jelajah Rusia TRDD-50.

Meskipun media Korea Selatan telah memberitakan laporan Komite Sanksi PBB terhadap Korea Utara, tetapi pejabat Korea Selatan tidak menanggapinya, juga tidak melihat komentar dari opini publik Korea Selatan.

Sejak awal tahun ini, Korea Utara kerap melakukan provokasi dengan peluncuran rudal, hingga 24 Maret lalu, mereka telah meluncurkan sebanyak 11 kali rudal balistik antarbenua (ICBM).

ICBM yang diluncurkan pada 24 Maret itu merupakan ICBM dengan kinerja tertinggi yang diluncurkan oleh Korea Utara setelah 4 tahun 4 bulan sejak November 2017.

Sebagai tanggapan, Korea Selatan pada 24 Maret berturut-turut meluncurkan rudal darat-ke-darat ‘Hyunmu-2’, dan sebuah Rudal Balistik Taktis Angkatan Darat (ATACMS),  sebuah rudal kapal-ke-darat ‘Haixing-2’, beserta dua buah rudal udara-ke-darat ke perairan di timur Korea Selatan.

Pada 1 April, Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook pada upacara reorganisasi Komando Strategis Rudal Angkatan Darat dan Komando Pertahanan Rudal Angkatan Udara juga memperingatkan Korea Utara bahwa jika peluncuran rudal Korea Utara jelas, “Korea Selatan memiliki kemampuan untuk secara tepat menyerang sumber serangan dan fasilitas komando yang mendukungnya.”

Menanggapi uji coba peluncuran rudal antar benua Korea Utara, pemerintah Jepang juga meniru pemerintah AS, telah mengambil tindakan hukuman berturut-turut untuk membekukan kekayaan dari 120 orang warga Korea Utara dan Rusia, serta 129 kelompok yang terkait dengan pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara. (sin)

Penembakan di Kereta Bawah Tanah New York, 10 Orang Tertembak dan 29 Orang Terluka

NTDTV.com

Sekitar pukul 08.30 pada Selasa (12/4/2022) pagi, terjadi penembakan di stasiun kereta bawah tanah Brooklyn di New York City. Saat ini, 10 orang tertembak dan sedikitnya 29 orang luka-luka, 5 orang di antaranya luka serius.

Menurut Citizen App, peringatan keamanan real-time, polisi diberitahu tentang tembakan pada pukul 8:30 pagi 12 April, mengatakan sebuah ledakan terdengar di stasiun kereta bawah tanah, dan petugas pemadam kebakaran menanggapi laporan kondisi asap di stasiun pada pukul 8: 40 pagi. 

Polisi tiba di tempat kejadian pada pukul 08:34 dan memastikan bahwa seseorang telah tertembak di kaki. Sekitar pukul 10 pagi, petugas kepolisian menemukan lima orang terluka di rumah sakit terdekat. Seorang petugas di tempat kejadian melaporkan bahwa sekitar 10 orang terluka dalam penembakan itu. 

Pukul 08:47, polisi memanggil bala bantuan untuk mencari tersangka. Polisi mengatakan tersangka adalah seorang pria dengan membawa ransel dan mengenakan kostum  konstruksi oranye. Pada laporan awal pukul 09.00 pagi, tersangka, yang mengenakan seragam MTA (Metropolitan Transportation System) membawa masker gas, dan rompi konstruksi oranye, melarikan diri dari tempat kejadian dengan kereta bawah tanah. Selain penembakan, polisi juga menemukan beberapa perangkat yang tidak meledak di stasiun 36th Street.

Pada siang hari, konferensi pers polisi diperbarui: total 16 orang terluka, 10 di antaranya tertembak. Pada malam hari polisi mengatakan, 10 orang tertembak, sedikitnya 29 terluka, dan 5 terluka parah.

Deskripsi terbaru polisi tentang tersangka menggambarkan tersangka sebagai pria kulit hitam setinggi 5 kaki 5 inchi, 180 pon yang mengenakan rompi oranye dan membawa tas konstruksi.

Sumber polisi mengatakan pria bersenjata itu melemparkan beberapa bom asap ke kompartemen kereta N arah utara yang ramai penumpang saat pintu ditutup, kemudian melepaskan tembakan ke penumpang. Akibatnya melukai banyak orang. Salah satu korban tidak sadarkan diri dan dalam kondisi kritis. 

MTA mengeluarkan pengumuman sekitar pukul 09.00 pagi bahwa kereta bawah tanah D, N, dan R akan ditangguhkan dari satu pemberhentian di 36th Street di Brooklyn, dan rute dua arah antara Brooklyn, Manhattan dan Queens akan ditangguhkan untuk sementara waktu. 

Seorang Mr Peng mengatakan kepada Epoch Times bahwa sekitar pukul 08.20 pagi, dia naik kereta R dari selatan ke utara dan masuk stasiun di Jalan 36. Begitu pintu gerbong dibuka, dia melihat asap memenuhi stasiun, dan orang-orang terlihat tergeletak dengan asap. Di lantai, ada noda darah di wajah dan pakaian mereka. Seseorang tertatih-tatih keluar dari gerbong kereta N berasap di sisi yang berlawanan dan pergi ke gerbong kereta R. Beberapa orang berbicara di telepon, beberapa menangis dan keadaannya sangat kacau.

Mr Peng mengatakan bahwa dia menyaksikan 3 atau 4 orang terluka dengan warna kulit berbeda tergeletak di lantai, semuanya “berdarah dan  berlumuran darah” semuanya di bagian bawah paha.  Karena dipenuhi asap, tidak jelas berapa banyak orang-orang yang berada di peron. Dia memperkirakan ada penembakan atau ledakan bom.

Salah satu yang terluka dibawa ke dalam kereta tempat Mr Peng berada.  Mr Peng mengatakan bahwa hampir semua orang yang duduk di dalam kereta berdiri, berseru “Tuhan” dan “apa yang terjadi”. Pria yang terluka itu tidak bergerak sementara seorang penumpang membalutnya untuk menghentikan pendarahan.

Mr Peng mengatakan bahwa orang-orang yang terluka mungkin akan terbangun kesakitan kemudian. .Seorang penumpang Afrika-Amerika bertanya kepadanya. Orang yang terluka mengatakan bahwa dia mendengar “ledakan” setelah melihat seseorang mendorong sepeda di kereta bawah tanah di jalur N ke utara. Kemudian terdengar suara ledakan.

Ketika kereta R mencapai 25th Street, kereta berhenti bergerak maju, dan semua penumpang turun dari kereta. Mr Peng mengatakan dia melihat yang terluka dibawa dengan tandu ke ambulans oleh paramedis. Setelah meninggalkan stasiun, dia melihat mobil polisi dan truk pemadam kebakaran terus melaju ke arahnya, dan dia berjalan sampai ke Fifth Avenue. Baru kemudian ia menaiki bus. (hui)

Beijing Berupaya Menghidupkan Kepulauan Solomon Menjadi Sebuah Negara Bagiannya

0

Anders Corrs

Dokumen terbaru menunjukkan bahwa Tiongkok berusaha untuk memperluas pengaruhnya dan pengerahan militer di pulau Asia-Pasifik hampir mencapai titik untuk membuat satu negara, Kepulauan Solomon, menjadi negara bagiannya.

Namun demikian, kebijakan yang diusulkan untuk menentang ekspansionisme terbaru Beijing bergantung pada diplomasi lunak lama yang gagal, insentif-insentif ekonomi, dan non-konfrontasi yang menciptakan insentif  merugikan dan mendorong negara-negara ke dalam orbit Partai Komunis Tiongkok.

Naskah dokumen Sino-Solomon, berjudul sebagai sebuah perjanjian kerangka kerja mengenai kerja sama di bidang keamanan, tunjukkan minat Beijing terlebih dahulu dalam pengaturan untuk penyisipan pasukan keamanannya dengan cepat, dan penggunaan  serangkaian pelabuhan laut dalam secara global untuk kegiatan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat yang semakin meningkat.

Draf tersebut menunjukkan bahwa Beijing mendekati pakta sebuah keamanan yang, menurut Financial Times, akan mengizinkan pasukan bersenjata dan polisi Tiongkok di Kepulauan Solomon untuk memadamkan kerusuhan, di mana Tentara Pembebasan Rakyat boleh membangun sebuah pangkalan angkatan laut di Pasifik Selatan, sekitar 900 mil timur laut Australia.

Kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat yang berlabuh di Kepulauan Solomon kemudian dapat seharusnya melindungi warganegara Tiongkok dan proyek infrastruktur Tiongkok, sesuai dengan dokumen tersebut. Personil keamanan setempat Tiongkok dapat memberikan kepolisian ekstrateritorial dan memadamkan “kerusuhan sosial” di dalam negeri Kepulauan Solomon.

Langkah Beijing untuk memiliterisasi dan mengendalikan secara domestik Kepulauan Solomon adalah sebuah ancaman langsung terhadap upaya Amerika dan Australia untuk mendorong usaha demokrasi kecil dan independen di kawasan tersebut.

Jika Partai Komunis Tiongkok menyisipkan pasukan militer ke Kepulauan Solomon, hal itu akan menjadi sulit untuk mengusir mereka, bahkan jika sentimen publik menentang Tentara Pembebasan Rakyat, karena Beijing memiliki sejarah publik mengenai suap kepada para politisi yang hampir tidak terpapar ke permukaan, menurut sumber penulis dengan pengetahuan mengenai urusan itu.

Uang tunai Tiongkok untuk pemungutan suara di Kepulauan Solomon diduga telah mencapai sebanyak  615.000 dolar AS per anggota parlemen, menurut laporan itu.

Masyarakat Solomon sebagian besar menentang pengaruh Beijing di negara itu, sampai-sampai pada bulan November, warganegara Kepulauan Solomon melakukan kerusuhan terhadap pemerintah Kepulauan Solomon dan membakar sebuah kantor polisi dan daerah-daerah Pecinan di Kepulauan Solomon.

Sayangnya, baru-baru ini imigran Tiongkok dan etnis Tionghoa setempat lainnya, termasuk imigran generasi kedua, menanggung beban terbesar dari upaya pengaruh Partai Komunis Tiongkok yang berlebihan. Tiga mayat yang hangus terbakar  ditemukan di dalam salah satu bangunan yang terbakar di daerah Pecinan setelah kerusuhan pada bulan November.

Rancangan perjanjian dengan Beijing mencakup sebuah ketentuan untuk pemolisian ekstrateritorial oleh rezim Tiongkok di Kepulauan Solomon.

“Perjanjian itu mencakup klausul bahwa kapal-kapal Tentara Pembebasan Rakyat akan dilindungi oleh personel keamanan Tiongkok ketika kapal-kapal itu berlabuh di Kepulauan Solomon,” menurut Financial Times. 

“Pasukan Tiongkok juga dapat dipanggil untuk mengendalikan ‘kerusuhan sosial’ di Kepulauan Solomon dan untuk melindungi personel dan proyek-proyek Tiongkok.”

Beijing dapat menunjukkan preseden untuk memasukkan pasukan keamanannya. Selain lebih dari 100 personel polisi dan pertahanan Australia, Pemerintah Kepulauan Solomon mengundang 10 petugas polisi dari Tiongkok selama kerusuhan pada November.

Mengingat sifat totaliter rezim Beijing, pemerintahan Kepulauan Solomon yang meningkatkan kerjasama di bidang keamanan dengan kediktatoran harus diperhatikan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya mengenai pengaruh Beijing yang berkembang di Asia Pacifik. Pada 2019, Kepulauan Solomon mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke Tiongkok, dan jatuhnya Kepulauan Solomon ke dalam orbit Beijing semakin memburuk sejak itu.

Sebagian besar analisis dan pelaporan Barat, selain di The New York Times, benar-benar pedas dalam penilaian mereka terhadap rancangan perjanjian, yang  disebut sebagai gejala “kekaisaran Tiongkok di Indo-Pasifik” dan “kolonialisme Sabuk dan Jalan,” oleh Kepala Fakultas Keamanan Nasional Universitas Nasional Australia, Rory Medcalf, di Financial Times.

Grant Newsham, seorang ahli keamanan yang berfokus pada Asia-Pasifik, mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa rancangan perjanjian itu “pada dasarnya adalah sebuah perjanjian untuk  sebuah protektorat.”

Jonathan Pryke, di lembaga pemikir Institut Lowy di Australia, mengatakan kepada The Wall Street Journal, “Ini adalah sebuah perjanjian keamanan yang cukup luas yang akan jauh lebih besar dari perjanjian apa pun yang telah dibuat Tiongkok dengan negara kepulauan Pasifik mana pun.”

Perdana Menteri Solomon, Manasseh Sogavare, membenarkan adanya perjanjian tersebut, yang menyerukan kerahasiaan antara kedua negara, mengatakan bahwa “hegemoni liberal” Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah gagal.

Karena hegemoni liberal adalah kontradiksi, Manasseh Sogavare salah memahami satu atau kedua konsep. Liberalisme, sebagaimana diterapkan pada hubungan internasional, mendukung sebuah dunia demokrasi yang bebas dan mandiri  tanpa kekuatan hegemonik.

Karena Amerika Serikat sejak Perang Dunia I menjadi yang  demokrasi liberal terkuat di dunia, beban pelanggaran kepolisian melawan tatanan dunia liberal cenderung, tidak adil, jatuh pada Washington. Ini termasuk melawan Adolf Hitler, Josef Stalin, Mao Zedong, Xi Jinping, dan Vladimir Putin di seluruh Eropa dan negara-negara seperti Korea, Vietnam, Afghanistan, dan Ukraina, di mana Josef Stalin, Mao Zedong, Xi Jinping, dan Vladimir Putin mendukung ekspansi otoriter militer yang tidak liberal.

Beijing mendukung upayanya untuk menggantikan tatanan dunia liberal dengan hegemoni Partai Komunis Tiongkok sendiri dengan mengklaim bahwa tanggung jawab mahal ini, ditanggung oleh Washington sebenarnya merupakan bentuk hegemoni atau imperialisme, yang tidak bisa jauh dari kebenaran.

Sekretaris tetap Kementerian Kepolisian, Keamanan Nasional dan Layanan Pemasyarakatan Kepulauan Solomon, Karen Galokale, berupaya menganggap remeh rancangan perjanjian di bidang keamanan itu dalam sebuah komentar ke The Wall Street Journal, mengatakan, “Jika pernah ada … perjanjian semacam itu, itu akan sama saja seperti yang kita miliki dengan negara-negara seperti Australia.”

Tetapi, Karen Galokale menghindari fakta bahwa pengaturan apa pun di bidang keamanan dengan sebuah  kekuatan totaliter yang agresif adalah kebalikan dari perjanjian di bidang pertahanan   dengan sesama negara demokrasi. Melalui perjanjian di bidang keamanan dengan Beijing, pemerintah Kepulauan Solomon sedang menentang demokrasi, bukannya untuk mendukung demokrasi. Kepulauan Solomon sedang memilih untuk berpihak, dan pihak itu adalah Partai Komunis Tiongkok.

Amerika Serikat dan Australia sedang berusaha untuk melawan  penumbuhan pengaruh Beijing tidak liberal di Kepulauan Solomon, melalui pendekatan  insentif yang besar untuk meningkatkan kegiatan ekonomi secara regional. Amerika  Serikat berencana untuk membuka Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kepulauan Solomon, di mana saat ini  hanya ada Konsulat Amerika  Serikat. Kedutaan Besar Amerika Serikat terdekat saat ini di Port Moresby, Papua Nugini, lebih dari 800 mil dari Honiara, ibukota Kepulauan Solomon.

Namun demikjian, bahkan perbaikan-perbaikan diplomatik dan ekonomi yang direncanakan ini, yang merupakan bagian strategi sikap mendua yang diperlihatkan pemerintahan Joe Biden yang seharusnya tidak meminta negara-negara untuk memihak melawan Beijing, terlalu lemah untuk menghentikan pertumbuhan pengaruh regional dan internasional Partai Komunis Tiongkok.

Lebih buruk lagi, meningkatkan keterlibatan ekonomi dengan penghargaan  perilaku buruk Kepulauan Solomon. Berdasarkan insentif jangka pendek yang merugikan, negara-negara lain secara rasional akan menyimpulkan bahwa merundingkan sebuah pangkalan Tentara Pembebasan Rakyat mungkin juga memberi keuntungan ekonomi dari demokrasi kepada mereka.

Sebaliknya, Beijing memiliki suatu pendekatan disinsentif yang berat terhadap politik-politik internasional, sanksi atau bahkan menyerang negara-negara yang melintasi Partai Komunis Tiongkok. Di Februari, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat menyorotkan sebuah laser tingkat militer ke sebuah kapal  pesawat pengintai Australia di atas perairan teritorial Australia sendiri.

Selama lima tahun terakhir, Tiongkok juga menyerang pesawat-pesawat Amerika Serikat. Laser-laser tersebut dapat merusak penglihatan para pilot dan jelas-jelas merupakan  provokasi militer terhadap ketentuan keamanan global yang sejak akhir Perang Dunia II sudah sepatutnya dipimpin oleh negara-negara demokrasi.

Upaya Beijing untuk memperluas pengaruh dan kegiatan militernya di Kepulauan Solomon, atau di mana pun, harus ditentang dengan lebih keras oleh Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan negara demokrasi lainnya di kawasan itu, melalui hukuman. Melakukannya akan membutuhkan komitmen yang lebih besar oleh para pemimpin demokratis di kawasan tersebut untuk mengakui Taiwan daripada Beijing. Tetapi hal itu juga akan membutuhkan permintaan disiplin yang lebih banyak  di antara negara-negara seperti Kepulauan Solomon, yang seharusnya diperkirakan akan menolak tawaran ekonomi atau militer dari Beijing.

Para pemimpin dan negara-negara yang membiarkan dirinya digunakan oleh kekuatan totaliter seperti Tiongkok, harus dienyahkan dari kekuasaan, dengan dorongan Barat dan sekutunya, dan sanksi ekonomi  untuk membimbing negara mereka kembali ke jalan yang mendukung demokrasi tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga di tingkat global.

Jika situasi di Kepulauan Solomon menurun ke tingkat militer Tentara Pembebasan Rakyat yang dekat dengan sekutu negara demokrasi yang penting seperti Australia, orang-orang yang percaya pada membela kebebasan harus mendukung blokade laut di Kepulauan Solomon.

Pada titik tertentu, harus bertarung melawan kekuatan totaliter  seperti Tiongkok, atau kekuatan totaliter itu akan terus berkembang secara geografis dan militer, sehingga merugikan masa depan demokrasi. (Vv)

Anders Corr memiliki gelar sarjana/master dalam ilmu politik dari Universitas Yale (2001) dan gelar doktor dalam bidang pemerintahan dari Universitas Harvard (2008). Dia adalah kepala sekolah di Corr Analytics Inc., penerbit Journal of Political Risk, dan telah melakukan penelitian ekstensif di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Buku terbarunya adalah “The Concentration of Power: Institutionalization, Hierarchy, and Hegemony” (2021) dan “Great Powers, Grand Strategies: the New Game in the South China Sea” (2018).

Langkah Sistem Hukum di Beijing Meningkatkan Penggunaan Penahanan Rahasia

0

Peter Dahlin

Pada malam 11 Januari, mantan pengacara dan pembela hak asasi manusia Xie Yang sedang melakukan sebuah panggilan video dengan Lyndon Li, seorang mahasiswa hukum Tiongkok di Inggris, ketika polisi tiba-tiba muncul di rumahnya, dan panggilan itu berakhir secara mendadak.

Berita itu bocor dalam beberapa hari bahwa pihak berwenang Tiongkok telah menciduk Xie Yang–—ini bukan pertama kalinya.

Xie Yang menjadi terkenal setelah menghabiskan enam bulan di dalam sistem Tiongkok untuk penjara rahasia atau Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk. 

Xie Yang menjelaskan secara rinci kepada para pengacaranya mengenai penyiksaan fisik dan psikologis, yang parah dan berkepanjangan yang dialaminya di dalam sistem tersebut.

Karena kesaksian Xie Yang menjadi berita utama di seluruh dunia, Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk Tiongkok tidak dikenal luas sampai saat itu. Banyak pengacara lain, yang mendamping Xie Yang, yang juga ditempatkan ke dalam sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk sekitar waktu yang sama, membantu mengungkapnya secara perlahan. Dikarenakan, semakin banyak korban yang bersedia untuk berbicara mengenai kenyataan di balik Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk.

Kebangkitan Ganda Xi Jinping dan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk

Sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk ,diberlakukan saat Xi Jinping mengambil alih kekuasaan, dan sistem tersebut diperluas dalam ruang lingkup dan ukuran selaras dengan kendali Xi Jinping yang mana semakin tumbuh terhadap masyarakat Tiongkok.

Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, memungkinkan polisi untuk mengambil target apapun dari jalan, menempatkan target di dalam sel isolasi di lokasi-lokasi rahasia, menahan target untuk tidak dapat berkomunikasi dengan siapa pun, dan menolak keluarga target atau orang-orang lain untuk mengetahui keberadaan target. Hal ii pada dasarnya adalah penculikan yang dilegalkan, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menyatakan hal yang sama, jika dalam bahasa yang lebih diplomatis.

Sekitar waktu Olimpiade Musim Dingin di Beijing tahun ini, data pengadilan (beberapa di antaranya tersedia online di sebuah basis data yang dimiliki oleh Mahkamah Agung Tiongkok) mengungkapkan bahwa Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk tetap banyak digunakan. 

Selama pandemi, melawan segala rintangan, penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk semakin meningkat. Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk mungkin sekarang telah merenggut sebanyak 100.000 korban, setara dengan 150 Teluk Guantanamo.

Korban pertama yang diketahui, Zhu Chengzhi, dimasukkan ke Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk pada 4 Januari 2013, selama tiga hari pertama sistem ini pertama kali digunakan. 

Zhu Chengzhi kebetulan berasal dari provinsi yang sama dengan Mao Zedong, seorang pria yang sering dibanding-bandingkan dengan Xi Jinping. Zhu Chengzhi kemudian mengklaim perbedaan lain; di pertengahan 2018, ia menjadi korban pertama yang diketahui ditempatkan ke dalam sistem tersebut untuk kedua kalinya.

Tidak selalu seperti itu. Pada tahun yang sama di mana Zhu Chengzhi menjadi korban pertama Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, ada hampir 1.000 korban nasional. Pada saat itu, Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk terutama digunakan dalam keadaan luar biasa; misalnya, ketika seseorang tidak dapat ditangkap karena sakit atau penahanan membuat Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk tertantang untuk melakukan sebuah penyelidikan. Namun demikian, secara bertahap, kurangnya pengawasan memungkinkan polisi Tiongkok untuk menyalahgunakan sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk.

Pada saat tindakan keras “709” dimulai pada 2015, sebuah kampanye nasional yang menargetkan para pengacara hak asasi manusia, penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk telah berkembang secara signifikan. Satu atau dua tahun kemudian, sumber-sumber menunjukkan bahwa polisi setempat mulai menggunakan sistem tersebut tanpa pandang bulu terhadap orang-orang yang didakwa dengan kejahatan kecil dan biasa.

Dengan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, polisi Tiongkok telah memperluas kekuatannya secara signifikan dan dengan cara yang kurang lebih merusak setiap hak asasi yang didambakan seseorang. Orang-orang yang ditempatkan di dalam Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, tidak dapat ditahan pusat-pusat penahanan, kantor polisi, atau apa pun yang dianggap sebagai sebuah “area penanganan kasus.”

Sebagai gantinya, polisi dapat menggunakan fasilitas yang dibuat khusus, misalnya, penjara rahasia dan ruangan-ruangan yang direnovasi di fasilitas yang dikendalikan seperti wisma, pusat pelatihan, dan lain-lain.

Setelah dibawa ke Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, seseorang menghilang begitu saja.

Lebih buruk lagi, seorang korban dapat ditahan di bawah sistem tersebut selama enam bulan. Begitu berada di dalam Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, undang-undang negara menyatakan bahwa orang-orang tersebut harus

ditaruh di sel isolasi dan di fasilitas yang dirancang untuk melindungi orang-orang tersebut dari menyakiti diri sendiri. Singkatnya, sel-sel isolasi berlapis untuk tidak bunuh diri.

Kekuatan absolut yang diberikan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk ini kepada polisi atas korban-korbannya, belum hilang dari pasukan polisi setempat, yang telah menggunakan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk dengan antusiasme, yang akan menjelaskan penyebaran Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk berkembang pesat dalam tahun-tahun terakhir.

Bagaimana Kesaksian Seorang Pria yang Mengungkap Kenyataan-Kenyataan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk

Kesaksian Xie Yang adalah laporan terperinci pertama mengenai apa yang terjadi di dalam Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk dan mengungkapkan mengapa Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, menjadi alat pilihan orang  pihak-pihak berwenang di Tiongkok. Mengapa menahan (terikat oleh pengawasan dan peraturan) seseorang ketika pihak-pihak berwenang malah dapat menghilang (dan bertindak secara kebal hukum)?

Bagi Xie Yang, hal itu dimulai seperti hari-hari lainnya. Suatu pagi, ia bepergian ke luar kota untuk mewakili sekelompok petani atas sebuah kasus sengketa tanah.

“Tidak ada yang berbeda kali ini. Seperti sebelumnya, ia pergi bekerja,” istri Xie Yang, Chen Guiqiu, memberitahu penulis artikel ini.

Dua hari kemudian, ketika Xie Yang tinggal di sebuah hotel di luar kota, ia terbangun sebelum fajar oleh sekelompok besar petugas yang berpakaian preman maupun berseragam yang membawanya pergi. 

Dalam 24 jam, Xie Yang secara resmi ditempatkan di bawah Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, dan pihak berwenang mengatakan kepadanya: “Satu-satunya hak anda adalah untuk mematuhi,” menurut penulis Michael Caster.

Pada kenyataannya, polisi dapat melakukan apa saja di bawah Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, selain membunuh seseorang, karena polisi memiliki  kendali penuh atas korbannya selama enam bulan.

Seorang dokter yang merawat orang-orang yang menghilang di bawah Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk secara tegas menjelaskan “Jangan biarkan mereka mati. Satu orang yang mati akan menciptakan masalah-masalah besar.

Seseorang yang hanya terluka tidaklah masalah,” menurut sebuah laporan oleh Lembaga Hak Asasi Manusia.

Penyiksaan selama enam bulan akan menyusul. Melalui semua itu, interogasi akan sering terjadi, di mana seringkali saat korban dibelenggu ke sebuah kursi macan. Pada titik tertentu, Xie Yang memikirkan sekitar 40 orang  telah mengintrogasinya. Xie Yang dilarang tidur dan menghabiskan waktu hingga 20 jam sehari di “bangku yang menjuntai.” Bangku ini adalah sebuah bangku kecil, sempit, tinggi di mana kedua tungkai bawah korban tidak dapat mencapai lantai. Perlahan, selama berjam-jam, aliran darah dari kedua tungkai bawah tidak terpompa ke bagian atas tubuh, menyebabkan nyeri yang hebat dan melumpuhkan. Ini akan bergantian dengan ditendang, ditekuk, ditinju, atau digantung dari langit-langit dan dipukuli saat tidak sadar.

Ancaman pembunuhan adalah hal biasa. Menurut Michael Caster, seorang dari kelas menengah, yang bekerja sebagai insinyur Teknologi Informasi, diancam bahkan sebelum tiba di fasilitas Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk yang dibuat khusus di selatan Beijing. Ia diberitahu: “Kita melintasi pegunungan. Jika anda ingin kembali hidup-hidup, anda harus berpikir dengan baik mengenai apa yang anda ceritakan kepada kami.”

Tentu saja, tidak semua orang mengalami pelecehan yang sama. Seorang pemuda dari timur laut Dongbei–—daerah industri tua Tiongkok–—mengatakan ia ditelanjangi di dalam selnya yang dingin, di mana penjaga tambahan dibawa ke ruangan tersebut, dan kemudian menyuruhnya untuk berdiri dengan satu kaki dan menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok.

Xie Yang mungkin menghindari nasib yang sama seperti Zhu Chengzhi, yang dibawa ke Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk untuk kedua kalinya, tetapi itulah yang terjadi pada rekan pengacara Chang Weiping tidak lama sebelum polisi membawa Xie Yang pergi.

Chang Weiping menghabiskan hampir setengah tahun di dalam Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk sebelum ditangkap; sekarang ia sedang menunggu persidangan. Sejauh ini, tidak ada yang tahu apa yang harus dialami Chang Weiping.

Meningkatkan Kesadaran akan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk

Banyak pengacara, jurnalis, pekerja Lembaga Swadaya Masyarakat, dan orang-orang yang bekerja di bidang yang sensitif dan sering menjadi sasaran oleh pihak berwenang tidak menyadari sistem tersebut selama beberapa waktu. Orang-orang yang mendengar mengenai Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, sering mengira itu adalah suatu bentuk penahanan yang ringan, sesuatu yang tidak begitu parah.

Ketika rekan kerja Wang Quanzhang, seorang pengacara hak asasi manusia terkenal lainnya, mengetahui bahwa ia telah ditempatkan di Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, bukannya ditangkap, orang-orang  merasa lega dan berpikir itu adalah pertanda baik. Penulis adalah salah satu rekan dengan pemikiran yang sama.

Baik atau buruk, hari-hari itu sudah lama berlalu dalam  komunitas pertahanan hak asasi manusia di Tiongkok. Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk telah menjadi suatu alat yang ditakuti saat Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk muncul. Karena apa yang terjadi di dalam bocor keluar, komunitas tersebut diharuskan untuk sadar. Semakin buruk cerita yang bocor, semakin Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk menakutkan komunitas yang lebih besar. Akibatnya, Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk menjadi sebuah alat teror politik.

Wang Yu, seorang pengacara, tidak tahu banyak mengenai Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk sampai ia ditahan di sebuah penjara rahasia selama enam bulan. Suami Wang Yu, Bao, seorang aktivis setempat, mengalami hal yang sama. Tetapi siksaan tidak cukup untuk menghancurkan mereka.

Polisi melangkah lebih jauh dan mengancam akan menangkap putra remaja pasangan itu, Bao Meng Meng. Bao Meng Meng menjadi berita utama di seluruh dunia ketika ia ditangkap oleh polisi Tiongkok di Myanmar, bersama dua aktivis yang berusaha menyelundupkan Bao Meng Meng keluar dari Tiongkok setelah orangtua Bao Meng Meng menghilang. Kedua aktivis itu dibawa kembali ke Tiongkok dan kemungkinan ditempatkan di Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, sementara Bao Mengmeng menghabiskan sekitar dua tahun di bawah tahanan polisi hingga 2018.

Ruang Lingkup Sebenarnya Penggunaan Penghilangan Orang-Orang di Tiongkok melalui Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk

Pada 2018, Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk di Tiongkok dan menyerukan penghapusan total Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk. 

Namun, sampai awal 2020, belum ada upaya untuk mengetahui sejauh mana sistem itu digunakan. Berubah dengan sebuah laporan kecil, sebuah analisis data dari Lembaga Swadaya Masyarakat  Safeguard Defenders, yang menunjukkan bagaimana mungkin untuk melacak penggunaan sistem tersebut–—dengan menggunakan basis data masyarakat Tiongkok mengenai putusan- putusan.

Sekarang, sekitar dua tahun kemudian dan setelah putaran baru penelitian dari basis data China Judgments Online, informasi selengkapnya mengenai cakupan dan skala sistem tersebut dapat disajikan –— dan ini adalah bacaan yang suram. Seperti apapun statistik di Tiongkok, data tersebut adalah paling cacat. Selain itu, ribuan putusan yang menyebutkan penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, telah dihapus dari basis data itu, dan lebih banyak lagi putusan yang menghilang hampir setiap hari karena Partai Komunis Tiongkok berusaha menyembunyikan informasi semacam itu.

Meskipun begitu, dan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari studi terperinci mengenai bagaimana Kasus Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk diterbitkan, atau tidak dipublikasikan, bahkan studi-studi semacam itu dilakukan oleh para sarjana hukum pro-Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok, orang-orang bisa mendapatkan gagasan yang kuat mengenai bagaimana Sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk telah dikembangkan.

Sebagaimana ditunjukkan dengan jelas oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam kecamannya terhadap sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk sering kali merupakan penghilangan paksa, karena lokasi korban dirahasiakan. Penyiksaan merajalela, dan selain itu, menggunakan sel yang hanya dihuni satu orang untuk waktu yang lama untuk tujuan interogasi itu sendiri adalah suatu tindakan penyiksaan.

Hal ini memenuhi syarat penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk oleh Tiongkok, sebagai suatu kejahatan terhadap kemanusiaan  setidaknya untuk dua hal, jika terbukti sistematis atau meluas, menurut penulis yang disebutkan di atas Michael Caster, yang juga seorang analis hukum  internasional dan salah satu pendiri Safeguard Defenders.

Selain itu, data konsisten dari tahun ke tahun yang tersedia mengenai penggunaan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk, juru bicara Safeguard Defenders Laura Harth mengatakan, menunjukkan sudah menunjukkan keraguan sebelumnya bahwa Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk adalah sistematis dan tersebar luas.

Untuk 2020, tahun terakhir dengan data yang lebih lengkap, sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk  mencapai peningkatan baru, di mana sekitar 15.000 korban baru untuk tahun itu sendiri. Untuk 2021, angkanya tetap tinggi, di atas 10.000, namun mungkin juga terlalu awal untuk menilai data dengan benar. Saat ini, sistem tersebut kemungkinan besar  terlihat dari 85.000 hingga 115.000 korban.

Masalah sebenarnya dengan data yang disebutkan di atas adalah data-data tersebut hanya tampak di permukaan. Banyak dari mereka yang disebutkan dalam artikel ini tidak diadili dan sering dibebaskan “dengan jaminan.” Kasus-kasus semacam itu tidak akan muncul di basis data atau di tempat lain. Tidak mungkin untuk mengetahui berapa banyak dari gunung es yang kita lihat pada data di atas, tetapi kemungkinan besar sebagian besar adalah dirahasiakan.

Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk Ada di Sini untuk Tetap Dapat Berkembang Melampaui Perbatasan Tiongkok

Tumbuhnya kesadaran akan penggunaan “diplomasi sandera” oleh Partai Komunis Tiongkok telah berpusat pada Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk. Sama seperti keluarga yang ditolak untuk mengetahui keberadaan para korban, begitu juga pemerintah asing ketika warganegaranya ditempatkan ke dalam sistem tersebut. Apakah itu Lee Bo Inggris yang diculik di Hong Kong, apakah itu Gui Minhai Swedia yang diculik di Thailand, apakah itu dua warganegara Kanada Michael Kovrig dan Michael Spavor, atau apakah itu pemain bola basket Amerika Jeff Harper, antara lain, mereka semua dengan cepat ditempatkan di  sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk.

Dengan partai komunis Tiongkok yang lebih agresif—–yang lebih berniat untuk menahan warganegara asing untuk mendapatkan apa yang diinginkannya–—setiap indikator menunjuk ke arah warganegara asing menjadi target yang lebih umum untuk Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk.

Lebih buruk lagi, menurut Harth, adalah “keheningan memekakkan telinga dari pemerintah Barat mengenai  sistem tersebut dan ekspansinya yang cepat. …  Kurangnya biaya politik yang dikenakan pada Partai Komunis Tiongkok untuk terlibat dalam apa yang jelas-jelas merupakan kejahatan lain terhadap kemanusiaan mengirim sebuah pesan yang jelas kepada pemerintah otoriter lainnya, terutama di Asia Tenggara dan Asia Tengah” dan “yang mempelajari metode Tiongkok untuk membungkam perbedaan pendapat,” yang mungkin mengadopsi bentuk-bentuk penghilangan yang “dilegalkan” yang serupa.

Meskipun penghilangan tidak pernah hilang, sejak masa kejayaannya di 1960-an dan 1970-an, telah menjadi anomali dan sebagian besar digunakan pada dasar ad-hoc, karena telah menjadi kejahatan, seperti penyiksaan, dianggap demikian keji bahwa bahkan kediktatoran terburuk setidaknya berpura-pura tidak terlibat di dalamnya.

Dengan “legalisasi” penghilangan paksa oleh Tiongkok dan menormalkannya dengan memperluas penggunaannya ke skala massal, sistem hak asasi manusia internasional berdiri di depan tantangan lain: bagaimana melawan balik normalisasi semacam itu.

“Berapa banyak negara lain yang dapat mengadopsi sistem serupa sampai norma yang rusak?” kata Michael Caster. “Akankah kita melihatnya menyebar ke tempat-tempat lain di dunia, bergerak dari otoriter condong ke otoriter atau ‘demokrasi-demokrasi yang tidak liberal’”?

Ada jauh lebih banyak yang dipertaruhkan di sini daripada “hanya” perlakuan kasar terhadap para aktivis hak asasi manusia Tiongkok.

Dengan tekanan yang lebih kuat dari pemerintah pusat untuk mempertahankan stabilitas, pengacara Wang Quanzhang percaya pemerintah daerah  didorong untuk menggunakan segala cara yang diperlukan, dan Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk adalah cara yang mudah, namun alat yang  sangat ampuh hanya untuk tujuan itu. Butuh waktu lama dan selalu memuncak untuk kritik agar Partai Komunis Tiongkok menghapus pendidikan ulang melalui sistem tenaga kerja. Tetapi mungkin butuh lebih banyak lagi untuk membuat Partai Komunis Tiongkok menghapus sistem Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk.

Sampai saat itu, Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk akan tetap terus berkembang. Pengawasan Perumahan di Lokasi yang Ditunjuk  akan digunakan untuk menghancurkan masyarakat sipil Tiongkok, cepat atau lambat, mulai menyebar di luar perbatasan Tiongkok itu sendiri. (Vv)

Peter Dahlin adalah pendiri LSM Safeguard Defenders dan salah satu pendiri LSM China China Action (2007–2016) yang berbasis di Beijing. Dia adalah penulis “Trial By Media,” dan kontributor untuk “The People’s Republic of the Disappeared.” Dia tinggal di Beijing dari 2007, hingga ditahan dan ditempatkan di penjara rahasia pada 2016, kemudian dideportasi dan dilarang. Sebelum tinggal di Tiongkok, ia bekerja untuk pemerintah Swedia dengan isu kesetaraan gender, dan sekarang tinggal di Madrid, Spanyol.