Home Blog Page 560

Penelitian Mengungkapkan Kepulauan Indonesia adalah Tempat Peleburan Multi-Etnis

Kang Yier

Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan para peneliti dari Australian National University (ANU) dan Max Planck Institutes Jerman ini adalah yang pertama menyimpulkan bahwa ribuan tahun  lampau melalui analisis kelompok genetik sisa-sisa manusia dari ribuan tahun silam. 

Menurut penelitian, analisis menunjukkan bahwa sekitar 3.000 hingga 3.500 tahun silam, orang-orang Austronesia yang berasal dari Taiwan, Tiongkok selatan dan Filipina pindah ke daerah tersebut dalam jumlah besar. Mereka mulai bercampur dengan penduduk asli setempat, berkembang pesat di wilayah kepulauan Wallacea saat ini hingga Papua. Bahkan masyarakat dari banyak pulau di kawasan Asia-Pasifik.

Wallacea adalah bagian utama dari kepulauan Indonesia. Untuk diketahui, Wilayah Kepulauan Wallacea adalah wilayah terdiri atas Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Pulau Timor, dan Kepulauan Maluku.

Pulau Selatan adalah istilah umum untuk berbagai pulau, terutama termasuk Kepulauan Pasifik Selatan,  Taiwan, Hainan, Vietnam selatan, Filipina, dan Kepulauan Melayu, Madagaskar di lepas pantai Afrika Timur di barat, dan Selandia Baru di selatan. 

Sue O’Connor, salah satu peneliti utama, mengatakan para imigran membawa keterampilan seperti beternak, bercocok tanam, membuat porselen, dan berbagai budaya mereka ke Kepulauan Wallacea. Hal demikian membuat mereka menjadi populer di wilayah yang diwariskan selama ribuan tahun.

O’Connor mengatakan Penelitian ini untuk pertama kalinya menunjukkan luasnya genetik orang-orang di kepulauan utara Australia. Temuan ini juga memberikan perspektif unik  tentang jejak migrasi berbagai orang melalui laut, yang hanya berasal dari Petunjuk yang tidak dilihat oleh arkeologi. Peneliti juga melihat bahwa migrasi Austronesia melintasi Pasifik adalah salah satu yang terbesar dalam sejarah manusia.

Penelitian juga menemukan bahwa orang Austronesia yang pindah ke wilayah Wallacea pada saat itu, juga melakukan perjalanan ke banyak bagian Pasifik. Bahkan, beberapa melakukan perjalanan sejauh Amerika Selatan. Akan tetapi, tidak ada bukti bahwa salah satu dari mereka menetap di Amerika Selatan atau Australia.

“Kami melihat kedatangan orang Austronesia membawa perubahan dramatis dalam masyarakat lokal, mirip dengan apa yang dialami masyarakat Australia hari ini,” kata rekan penulis Stuart Hawkins.

Tentu saja, penelitian sebelumnya telah mengetahui bahwa orang-orang Austronesia adalah asal utama imigran ke kawasan Wallacea. Penelitian ini memiliki temuan terbaru: beberapa migran dari daratan Asia Tenggara bermigrasi ke wilayah Wallacea lebih awal dari Austronesia.

Rekanan peneliti lainnya, Peter Bellwood, mengatakan: “Populasi daratan Asia Tenggara selalu menjadi misteri besar bagi dirinya. Dugaannya adalah bahwa apa yang dilihat dari analisis genetik adalah minoritas dari mereka, Mungkin petani awal, yang menempuh jarak  sangat jauh, tanpa meninggalkan petunjuk arkeologis atau linguistik di sepanjang jalan. Akan tetapi, kelompok mereka berkembang  setelah bermukim.”

O’Connor mengatakan meskipun penemuan ini agak tidak terduga, sebenarnya peneliti telah melihat beberapa petunjuk dari informasi arkeologis sejak lama, yang mana menunjukkan bahwa mungkin ada imigran dari daratan Asia Tenggara sebelumnya, seperti fragmen keramik yang terlihat dari beberapa situs dan orang Austronesia awal.

Para peneliti memperoleh hasil ini dengan mengurutkan secara genetik total 16 sisa-sisa manusia purba di daerah Wallacea. Sisa-sisa ini digali pada waktu yang berbeda, dan beberapa digali pada tahun 1990-an. Namun hingga saat ini, teknik analisis genetik belum cukup maju untuk melihat petunjuk tersebut.

Penelitian ini diterbitkan 9 Juni di jurnal Nature Ecology and Evolution. (hui)

Sudah Divaksin 4 Kali, Pakar Kesehatan AS Anthony Fauci Positif COVID-19

Gary Bai

 Dr Anthony Fauci, kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) dinyatakan positif COVID-19 pada 15 Juni.

Fauci, kepala penasehat medis untuk Presiden Joe Biden, dinyatakan positif dalam tes antigen, menurut pernyataan Rabu yang diterbitkan di situs web National Institutes of Health (NIH).

Penasihat yang berusia 81 tahun tersebut sudah “divaksinasi penuh dan telah mendapatkan booster dua kali. Dia “mengalami gejala ringan” dan akan diisolasi. 

NIH mengatakan Fauci “baru-baru ini tidak melakukan kontak erat dengan Presiden Biden atau pejabat senior pemerintah lainnya.”

Fauci menerima dosis pertama Moderna COVID-19 pada Desember 2020. Kala itu, ia mengatakan kepada NBC  bahwa ia merasa “sangat percaya diri pada keamanan dan kemanjuran vaksin ini.

“Saya ingin mendorong semua orang yang memiliki kesempatan untuk divaksinasi sehingga kita dapat memiliki tabir perlindungan atas negara ini yang akan mengakhiri pandemi ini,” kata Fauci.

Pada Maret 2022, Fauci mengkonfirmasi kepada ABC News bahwa dia telah menerima suntikan booster kedua.

“Ya, saya 81 tahun,” katanya.

Fauci kini menjadi terdepan di Gedung Putih sejak pandemi dimulai pada tahun 2020. Dokter medis tersebut menuai kritik keras dari Partai Republik, terutama dari Senator Rand Paul (R-Ky.), yang menyebut tindakan pandeminya “tidak ilmiah” dan “tidak efektif.”

Paul awal tahun ini memperkenalkan sebuah tindakan yang akan melucuti seseorang dalam posisi Fauci dari “otoritas sepihak untuk membuat keputusan bagi jutaan warga Amerika,” menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs web senator.

“Kami telah belajar banyak selama dua tahun terakhir, tetapi satu pelajaran khususnya adalah bahwa tidak seorang pun boleh dianggap sebagai ‘pemimpin diktator,’” kata Paul, seorang dokter medis pribadi.

Fauci mulai bekerja untuk pemerintah federal pada 1960-an dan telah menjadi direktur NIAID sejak 1984. Dia baru-baru ini menyarankan bahwa dia akan pensiun “tidak lama lagi dari sekarang,” dalam sebuah wawancara dengan The Independent bulan ini.

Fauci mengatakan pada bulan Mei bahwa dia tidak akan bekerja di bawah pemerintahan Trump kedua, jika mantan presiden menang pada tahun 2024.

“Jika Anda melihat sejarah respons [pandemi] selama pemerintahan [Trump], saya pikir paling baik Anda bisa mengatakan itu tidak optimal,” katanya kepada CNN saat itu.

Fauci masih dijadwalkan untuk bersaksi pada 16 Juni kepada Komite Senat untuk Kesehatan, Pendidikan, Perburuhan, dan Pensiun tentang status saat ini dan rencana masa depan dari respon federal terhadap pandemi COVID-19.

“Dr. Fauci telah meminta untuk berpartisipasi dalam sidang dari jarak jauh dan Ketua Murray akan mengakomodasi dia, dengan asumsi dia terus merasa cukup sehat untuk berpartisipasi,” kata seorang asisten panel kepada Washington Post. (asr)

Biden Akan Membangun Lumbung Pangan di Perbatasan Ukraina untuk Membantu Ekspor Makanan

Chen Ting

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Selasa 14 Juni, bahwa Amerika Serikat akan bekerja dengan sekutu Eropa untuk membangun lumbung sementara di sepanjang perbatasan dengan Ukraina. Ukraina mengekspor lebih banyak biji-bijian dan memecahkan krisis pangan global yang memburuk

Sejak Rusia menginvasi dan memblokir pelabuhan Laut Hitam Ukraina, pengiriman biji-bijian terhenti. Dampaknya lebih dari 20 juta ton biji-bijian terdampar di silo Ukraina. Otoritas Ukraina mengatakan tidak ada cukup silo untuk menyimpan hasil produksi pertanian baru.

Rusia dan Ukraina menyumbang hampir sepertiga dari ekspor gandum global. 

Ukraina sebagai pengekspor utama minyak jagung dan bunga matahari, sementara Rusia adalah pengekspor pupuk. 

Menurut pernyataan Gedung Putih, Biden pada konferensi tenaga kerja di Philadelphia pada Selasa 14 Juni mengatakan, ia bekerja sama dengan mitra Eropa untuk mendapatkan 20 juta ton biji-bijian yang dikunci di Ukraina ke pasar.  Tujuannya untuk membantu menurunkan harga biji-bijian.  

Biden mengatakan puluhan juta ton makanan tidak dapat diekspor karena invasi Rusia.

Biden mengatakan  sedang mengerjakan rencana untuk mengirim makanan dari negara lain dengan kereta api. 

Sejak awal perang Rusia-Ukraina, baik Ukraina maupun Rusia telah meletakkan sejumlah besar ranjau laut. Sekitar 84 kapal asing terjebak di pelabuhan Ukraina, banyak juga yang memuat biji-bijian.

Laut Hitam sangat penting untuk transportasi makanan, minyak dan petrokimia. Perairannya dibagi oleh Bulgaria, Rumania, Georgia, Turki, Ukraina, dan Rusia.

Biden mengatakan bahwa dikarenakan Ukraina memiliki spesifikasi lintasan yang berbeda dari Eropa, pasokan gandum harus dialihkan ke kereta api yang berbeda di perbatasan.

“Jadi kita akan memiliki silo di perbatasan Ukraina, termasuk Polandia, pasokan silo sementara,” kata Biden.

Dengan begitu,  biji-bijian dapat dipindahkan dari gerbong kereta api di Ukraina ke silo baru, sebelum kereta barang Eropa “membawanya ke laut dan ke seluruh dunia.” 

Biden menambahkan bahwa akan butuh waktu untuk menyelesaikan rencana tersebut.

“Kami berterima kasih kepada Gedung Putih, yang bekerja sama dengan pemerintah di kawasan itu untuk mencegah makanan dicuri dan dijual,” demikian cuitan Andriy Yermak, kepala kantor Kepresidenan Ukraina. 

Dia juga menyerukan pemulihan arus pelabuhan yang aman di Laut Hitam sebagai masalah utama.

Yemark  dalam cuitannya lainnya menyebutkan : “Rusia menciptakan krisis pangan dan mencoba menjual biji-bijian Ukraina yang dicuri.”

Ukraina mengklaim bahwa Moskow mempersenjatai gandum dan menjual gandum Ukraina ke Afrika untuk meningkatkan pengaruh regional. The Epoch Times tidak dapat mengkonfirmasi tuduhan Ukraina.

Menurut Reuters , kementerian pertanian Ukraina mengatakan pada Selasa 14 Juni, bahwa negara-negara Eropa sedang mempertimbangkan untuk menyediakan gudang biji-bijian sementara. Tujuannya  untuk “melindungi panen dan memastikan pasokan makanan di masa depan”.

Menteri pertanian Ukraina sebelumnya yang dikutip Reuters mengatakan Ukraina mungkin memiliki hingga 15 juta ton biji-bijian pada akhir panen jagung di musim gugur, akan tetapi mengalami kekurangan ruang penyimpanan. (hui)

Banjir Besar Menerjang Tiongkok Selatan Menyebabkan Lebih 10.000 Orang Mengungsi

0

Chen Haiyue

Banjir menerjang kota-kota, menyebabkan jembatan putus, dan rumah-rumah roboh di TIongkok selatan. Jalan raya jadi sungai dan ini adalah lokasi banjir yang melanda Hunan, Guangdong, Guangxi dan tempat-tempat lain di Tiongkok selatan.

Sejak Mei lalu, hujan lebat terus menerus melanda, sehingga mengakibatkan banjir di banyak wilayah di Tiongkok selatan.

Pada Senin 13 Juni, banjir juga menerjang desa-desa, jalan-jalan dan lahan pertanian di kota Heyuan, Guangdong. Banjir menyebabkan  sebagian besar penduduk terjebak di rumah mereka. 

Di kota Sanming, Fujian, setidaknya tiga orang tewas saat banjir menghanyutkan rumah-rumah warga.

Sebagai akibat hujan deras, ketinggian air di banyak sungai di Jiangxi, Guangxi dan Fujian melebihi garis peringatan. Dampaknya terjadi perpindahan penduduk lebih dari 80.000 orang dan menyebabkan kerugian ekonomi sekitar RMB. 110 juta .

Pada saat yang sama, meningkatnya permukaan air Waduk Longtan di Sungai Xijiang, daerah yang paling parah terkena banjir. Puncak banjir terjadi pada Minggu 12 Juni malam. 

Beberapa netizen melaporkan pihak berwenang membuka pintu air, tanpa memberitahukannya kepada penduduk setempat. Sehingga menyebabkan banjir di daerah hilir dan mendatangkan kerugian besar bagi warga.

Biro Meteorologi Tiongkok memperkirakan bahwa dalam sepuluh hari ke depan, banyak provinsi di Tiongkok selatan akan terus mengalami hujan lebat. Beberapa ahli telah menganalisis bahwa putaran hujan deras  akan memperburuk bencana di Tiongkok selatan. (hui)

Apa yang Telah Dipelajari Beijing dari Perang terhadap Ukraina, Sebuah Wawancara dengan Mantan Direktur Operasi Intelijen Armada AS

Simone Gao – Zooming In 

Ketika perang di Ukraina semakin membuat Rusia menjadi frustrasi, baik Beijing maupun Taipei mengawasi dengan cermat. Kali ini dialog akan dilakukan bersama Mantan Direktur Operasi Intelijen dan Informasi Armada Pasifik AS, James Fanell. 

Jika anda adalah seorang jenderal senior Tiongkok pada saat ini, apakah anda akan menyarankan Xi Jinping, untuk mengambil atau tidak mengambil Taiwan secara paksa karena sebagaimana yang anda ketahui perang telah terjadi di Ukraina?

James Fanell: Jika saya adalah seorang jenderal Tentara Pembebasan Rakyat, maka saya akan memberitahu Sekretaris Jenderal Z. Inilah yang kita ketahui mengenai apa yang telah terjadi di Ukraina. Di sinilah Rusia membuat kesalahan-kesalahan. Inilah cara kami mengatasi kesalahan-kesalahan itu.

Simone Gao: Tetapi apakah orang-orang Taiwan sudah waspada seperti seharusnya?

James Fanell: Dari apa yang saya baca adalah bahwa jatuhnya sebuah pesawat pelatihan Angkatan Udara Republik Tiongkok yang menewaskan sayangnya pilot Angkatan Udara Taiwan. Tampaknya hal tersebut telah mengumpulkan lebih banyak perhatian dan kritik dari pers di Taiwan daripada fakta bahwa Republik Rakyat Tiongkok telah mengirim 30 pesawat ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Simone Gao: Kinerja tentara Rusia kurang mengesankan daripada yang diperkirakan banyak ahli militer. Apakah militer Tiongkok pada kemampuan yang sama?

Melihat bagaimana perang Ukraina telah berlangsung, apakah Tiongkok cenderung tidak mengambil Taiwan secara paksa? Saya melakukan percakapan ini dengan James Fanell, mantan Direktur Operasi Intelijen dan Informasi untuk Armada Pasifik Amerika Serikat.

Simone Gao: Lalu bagaimana anda membandingkan kekuatan militer Rusia dengan kekuatan militer Tiongkok setelah melihat apa yang terjadi di Ukraina?

James Fanell: Yah, maksud saya, sekali lagi ini adalah sebuah penilaian berdasarkan pengamatan-pengamatan saya sendiri mengenai militer Tiongkok selama bertahun-tahun, dan hal itu secara jelas harus diungkapkan dengan hati-hati, kita tidak tahu, karena kita belum melihat militer Tiongkok beraksi. Seperti yang kita lihat Rusia sekarang. Tetapi dari apa yang saya lihat dengan, jumlah pelatihan yang dimiliki Tiongkok, jumlah senjata dan kemampuan yang dimiliki Tiongkok, fokus Tiongkok pada integrasi bersama, menurut saya, Tiongkok memiliki suatu kemampuan yang saya pikir lebih besar daripada kemampuan Rusia dalam hal massa. Rusia memiliki banyak pasukan Rusia, mengumpulkan lebih dari seratus ribu pasukan darat di perbatasan Ukraina. Tetapi saya pikir ketika Tiongkok memutuskan untuk mengambil Taiwan, Tiongkok akan dapat menggunakan satu juta atau 2 juta Tomas untuk dapat melintasi Selat Taiwan.

Dan saya pikir hal itu adalah sesuatu yang tidak benar-benar di pahami orang-orang, terutama ketika anda berbicara mengenai konsep Perang Rakyat, di mana totalitas orang-orang Tiongkok, masyarakat akan dibujuk untuk melawan Taiwan. Tetapi ada perbedaan lain. Jelas-jelas, medannya adalah sebuah perang darat di Rusia dan Ukraina, maka melintasi Selat Taiwan adalah suatu upaya yang berbeda. Itu sebabnya Angkatan Laut Tiongkok jauh lebih besar daripada Angkatan Laut Rusia, dalam hal operasi semacam ini. Dan kemudian anda menambahkan kekuatan roket strategis Tentara Pembebasan Rakyat, kekuatan pendukung strategis. Saya pikir ada banyak hal yang dimiliki Tiongkok dalam hal kemampuan. Dan saya pikir apa yang telah Tiongkok lakukan adalah Tiongkok telah menggunakan konflik selama tiga bulan ini sebagai suatu sistem yang mendidik, para pemimpin militer Tiongkok, para pemimpin Tentara Pembebasan Rakyat, komisi militer pusat mungkin sedang mempelajari secara mendalam apa yang sedang dilakukan oleh Rusia. 

Uh, jelas-jelas Tiongkok memiliki hubungan dengan Rusia. Kita melihat Rusia dan Tiongkok bergerak bersama-sama. Rusia dan Tiongkok adalah pengebom dalam formasi dengan pengawalan pesawat tempur di Laut Jepang minggu lalu. Hal itu tidak terjadi jika anda tidak memiliki kontak militer yang dekat. Jadi jika Rusia dan Tiongkok beroperasi bersama-sama di Laut Jepang, anda boleh yakin bahwa Tiongkok juga meminta dan mendapatkan intelijen dan umpan balik dari Rusia mengenai apa yang berhasil, atau apa yang tidak tidak berhasil. Bagaimana sekutu-sekutu Barat mendukung Ukraina dan apa yang sedang dilakukan Ukraina? Jadi saya yakin bahwa Rusia dan Tiongkok sedang mempelajari semua rincian ini dan, dan menjadi lebih pintar dan memperbarui rencana-rencana perang mereka dan rencana-rencana darurat yang mereka miliki terhadap Taiwan.

Simone Gao: Setelah melihat apa yang terjadi di Ukraina, beberapa analis mengatakan bahwa sepertinya Rusia tidak sedang berperang di abad ke-21 tetapi sedang perang di akhir abad ke-19 dan ke-20. Cabang-cabang militer Rusia yang berbeda tidak terintegrasi dengan baik, militer Rusia tidak menggunakan intelijen dengan baik, mereka menembakkan artileri berat dan memindahkan pasukan mereka dalam blok-blok besar. Apa pendapat anda mengenai hal itu? Apakah Tiongkok juga sama?

James Fanell: Benar. Itu pertanyaan yang bagus. Maksud saya, pada dasarnya gagasan mengenai perang gesekan ini, yang lambat, pertempuran-pertempuran tank dan, dan, dan pasukan darat yang didukung oleh tembakan artileri berat, pemboman-pemboman massal artileri di lokasi-lokasi tertentu, dan semacam peluru seperti yang mereka lakukan di Perang Dunia II, di Stalingrad atau semacamnya. Jadi saya pikir itu adalah suatu penilaian yang adil, dari apa yang telah kita lihat sejauh ini, menurut saya penilaian itu tidak terlalu melenceng. Jadi pertanyaan berikutnya yang anda ajukan dan saya telah melihat diskusi-diskusinya adalah apakah militer Tiongkok menganut doktrin yang sama dalam cara militer Tiongkok berperang. Dan saya pikir sampai terakhir, 20 tahun dan mungkin 10 tahun doktrin militer Tiongkok, terutama untuk tentara Tentara Pembebasan Rakyat adalah sangat mungkin dipengaruhi oleh Soviet lama, doktrin militer yang kita lihat dimainkan di Ukraina.

Tetapi saya pikir karena Angkatan Laut Soviet sekarang adalah Angkatan Laut Rusia dan pembicaraan mereka, doktrin Angkatan Laut Rusia  tidak terlalu mempengaruhi Angkatan Laut Tiongkok dan perkembangan Angkatan Laut Tiongkok dan Angkatan Udara Tiongkok dan kekuatan roket strategis Tiongkok, dengan cara yang sama. Jadi saya pikir apa yang kita ketahui mengenai Tentara Pembebasan Rakyat saat ini adalah suatu kekuatan yang jauh lebih modern, tidak hanya dalam senjata-senjata yang dimiliki Tentara Pembebasan Rakyat, tetapi juga cara Tentara Pembebasan Rakyat memandang cara bertempur dalam sebuah perang. Maksud saya, saya memberikan pidato delapan tahun yang lalu di mana kami mengutip para jenderal Tiongkok yang berbicara mengenai melakukan perang yang singkat dan kejam. Jadi para jenderal Tiongkok sadar akan hal ini. Kita tahu bahwa para pemimpin Tiongkok, pemimpin militer telah bersekolah di Desert Storm dari tahun 1990, 1991. Dan kampanye kejutan dan kekaguman yang dilakukan militer Amerika Serikat terhadap Saddam Hussein, dan militer Saddam Hussein. Jadi kita tahu bahwa Tiongkok telah mempelajari hal-hal ini telah berupaya untuk meniru, dan pengembangan militer Tiongkok sendiri untuk dapat melakukan semacam perang yang singkat dan kejam ini, seperti sambaran petir.

Jadi saya pikir Tiongkok memiliki suatu sudut pandang doktrinal yang berbeda dalam hal ini. Sekarang kita tahu pada tahun 1950, ketika Tiongkok bertempur dalam Perang Korea, Tiongkok bertempur seperti yang dilakukan Rusia sekarang ini di Ukraina, tetapi sekali lagi, perang tersebut terjadi 72 tahun yang lalu, atau lebih, dan saya pikir Tiongkok di masa lalu 20 tahun telah benar-benar mengadaptasi dan mengubah doktrinnya dan menjadi lebih selaras dengan militer Amerika Serikat, dalam hal cara berperang di abad ke-21 ini. Jadi saya memperkirakan Tiongkok akan beroperasi seperti itu.

Simone Gao: Anda adalah satu-satunya orang yang telah memperingatkan bagaimana kekuatan militer Tentara Pembebasan Rakyat sedang mengalami kemajuan dan di beberapa bidang melampaui Amerika Serikat. Bagaimana situasinya sekarang? Apakah anda pikir Amerika Serikat memiliki kemampuan untuk melindungi Taiwan?

James Fanell: Saya sangat, sangat prihatin dengan kemampuan kita, kemampuan Amerika Serikat, untuk melindungi Taiwan, mempertahankan Taiwan dari sebuah invasi dari Tiongkok. Seperti yang anda katakan, saya telah memperingatkan mengenai hal ini dan apa yang saya lihat sekarang ini, dan saya melihat semakin banyak pejabat keamanan yang berpikiran sama, orang-orang yang tidak mengatakan apa-apa dalam beberapa tahun terakhir sekarang mulai memperingatkan bahwa kemampuan Amerika Serikat adalah benar-benar dalam situasi yang serius, terutama ketika anggaran-anggaran Amerika Serikat yang diajukan jelas-jelas bukanlah jenis anggaran-anggaran yang kita harapkan untuk menghadapi suatu ancaman yang berkembang dari Republik Rakyat Tiongkok dan Tentara Pembebasan Rakyat. Jadi saya khawatir bahwa, ukuran yang relatif statis dari Armada Ketujuh Amerika Serikat dan Angkatan Udara Kelima dan angkatan udara lainnya, Pasukan Ekspedisi Marinir Ketiga Amerika Serikat di Okinawa, jenis yang dikerahkan secara permanen sebelumnya dikerahkan ke depan kekuatan permanen yang kita miliki di Pasifik Barat, yang ukuran dan kemampuan itu umumnya sama selama 30 tahun terakhir.

Sekarang, ada peningkatan dalam berbagai jenis peralatan yang mereka miliki. Dan ada 2.500 Marinir,  yang dirotasi dari Darwin di Australia. Tetapi selain itu, belum ada suatu peningkatan dramatis dalam kehadiran dan ukuran pasukan militer Pasifik Barat Amerika Serikat sementara Tiongkok telah secara dramatis mengubah dan menumbuhkan dan mengubah keseimbangan kekuatan militer di kawasan tersebut. Angkatan Laut Tiongkok sekarang menjadi Angkatan Laut terbesar di dunia. Kapal-kapal Amerikat Serikat  sekitar 297 kapal, tetapi kita harus membagi kapal-kapal itu pada dasarnya antara Pantai Timur dengan Pantai Barat Amerika Serikat. Jadi kapal-kapal Amerika Serikat tidak semuanya fokus dan berada di stasiun di Pasifik Barat. Jadi keuntungan Tiongkok, meskipun Angkatan Laut Tiongkok sekarang menjadi Angkatan Laut terbesar di dunia, bahkan lebih besar dari sekedar mengatakan, Angkatan Laut Tiongkok terbesar dengan beberapa kapal. Angkatan Laut Tiongkok sekarang sebenarnya jauh lebih besar karena Angkatan Laut Tiongkok terkonsentrasi. Angkatan Laut Tiongkok berada di Tiongkok, di dalam rantai pulau pertama dan kedua sementara Angkatan Laut Amerika Serikat berada di Pantai Barat dan Pantai Timur Amerika Serikat dan berjarak ribuan mil, untuk berlayar sebelum Angkatan Laut Amerika Serikat benar-benar dapat masuk ke area pertempuran untuk membantu mempertahankan Taiwan.

Jadi saya benar-benar khawatir bahwa kami tidak siap. Saya pikir orang-orang yang berada di bidang militer, orang-orang yang berada di laut sekarang ini, adalah orang-orang Amerika Serikat yang baik, dan mereka ingin melakukan hal yang benar. Mereka berencana dan berlatih untuk melakukan hal-hal yang benar untuk membela Taiwan. Tetapi mereka tidak memiliki sumber daya, ada pemotongan dana-dana pelatihan dan pemeliharaan selama bertahun-tahun, yang membuat mereka kurang sekuat yang seharusnya. Mungkin seperti ketika saya masih aktif bertugas, kita melihat semakin banyak gambar kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat yang berkarat dan tidak siap, tidak siap secara materi sebagaimana mestinya atau seharusnya. Jadi saya khawatir akan semua hal ini, dan saya sangat khawatir bahwa Kongres kita tampaknya tidak khawatir. Mereka harus berada dalam situasi seperti jika sebuah rumah terbakar, mereka memanggil pemadam kebakaran dan maksimum hanya ada empat alarm kebakaran. Anda harus mengerahkan seluruh pemadam kebakaran untuk memadamkan api yang besar. Dan kita harus berada pada status empat alarm kebakaran sekarang di dalam Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan Kongres kita, karena menyadari bahwa Tiongkok berada di ambang melakukan sesuatu seperti yang kita lihat, sedang dilakukan di Ukraina.

Simone Gao: Jadi itulah yang saya tanyakan kepada anda. Setelah melihat apa yang terjadi di Ukraina, menurut anda apakah Washington akan lebih jujur ​​atau kurang jujur ​​dalam meningkatkan militer Amerika Serikat? Apakah Washington melihat Rusia tidak sekompeten yang Washington kira dan apakah akan serupa dengan Tiongkok atau apakah Washington melihat Tiongkok melakukan hal serupa sehingga ancaman terhadap Taiwan menjadi nyata dan Amerika Serikat sebaiknya bersiap?

James Fanell: Ada suatu pesan beragam yang keluar dari Gedung Putih ini. Dan hal tersebut membingungkan orang-orang dari kubu kiri, dari kubu kanan. Kemudian kita harus melihat hal-hal seperti penjualan senjata, dan ada kekhawatiran besar bahwa penjualan senjata dari Amerika Serikat ke Taiwan, telah terjadi pembatalan atau penundaan sejumlah senjata di sini pada beberapa bulan terakhir ini. Dan hal tersebut adalah mengkhawatirkan mengingat satu hal yang kita ketahui dari pengalaman di Ukraina adalah bahwa jika kita telah mempersenjatai Ukraina sebelum invasi Rusia, hal tersebut mungkin mengubah keinginan Putin untuk mengambil risiko sebuah perang di Ukraina .

Saya tahu banyak orang di Washington, DC, para ahli, yang disebut ahli-ahli mengatakan, jika anda melakukan hal tersebut, anda akan memprovokasi Tiongkok untuk menyerang. Dan jawaban saya untuk mereka adalah, itu adalah penilaian anda. Namun, yang kita ketahui adalah bahwa Tiongkok berniat menyerang Taiwan, dan jika kita tidak akan melakukan apa pun untuk menghalangi Tiongkok, lalu apa bedanya. Jika Tiongkok akan menyerang Taiwan setelah kita mengirim senjata ke Taiwan, setidaknya kita memiliki kesempatan bertarung; jika saya tidak melakukan apa-apa, maka orang-orang di Taiwan tidak memiliki kesempatan.

Jadi saya menyarankan agar kita mulai menyediakan senjata-senjata untuk Taiwan sesegera mungkin. Dan kita juga akan membangun suatu struktur komando gabungan di Taiwan yang terdiri dari militer Taiwan, militer Amerika Serikat, militer Jepang, dan anggota-anggota lain dari QUAD, atau siapa pun yang ingin bergabung, untuk melakukan pelatihan dan dan bukan hanya pelatihan, tetapi memiliki sebuah struktur komando dan kendali yang memungkinkan kita menjadi efektif. Ketika invasi terjadi, kita memiliki struktur seperti itu di Semenanjung Korea sekarang ini, yang disebut Komando Pasukan Gabungan. Komando Pasukan Gabungan menggabungkan militer Amerika Serikat dan militer Korea bersama-sama, dan militer Amerika Serikat dan militer Korea bahu-membahu di pusat-pusat komando dan di lapangan dan di armada. Dan kita seharusnya melakukan sesuatu yang sangat mirip terhadap Taiwan sekarang.

Simone Gao: Pertanyaan ini selalu membingungkan orang-orang non-militer kita. Apakah Kementerian Pertahanan Amerika Serikat sudah memiliki suatu rencana operasional terkait Selat Taiwan dalam berbagai keadaan? Jika demikian, apakah sikap mendua yang keluar dari Gedung Putih adalah penting? Peran apa yang dimainkan Presiden dan Kongres dalam suatu potensi konflik di selat Taiwan?

James Fanell: Ya, adalah selalu wajar untuk berasumsi bahwa militer-militer merencanakan. Maksud saya, masing-masing dan, dan rencana untuk kemungkinan-kemungkinan. Kami memiliki suatu keseluruhan, jika anda dapat melihat doktrin bersama kami, kami memiliki rencana-rencana operasional rencana-rencana O, dan kami memiliki rencana-rencana darurat, rencana-rencana kontra. Itu adalah bagian doktrin kami. Anda dapat membacanya, terbuka untuk pers. Saya tidak dapat berbicara mengenai rencana-rencana khusus yang dimiliki INDOPACOM. Saya hanya dapat mengatakan bahwa saya hampir 30 tahun di komando Indo-Pasifik, atau kemudian disebut PACOM, Komando Pasifik. Dan saya dapat mengatakan bahwa di setiap tingkat tempat saya berada, kami memiliki, apa yang kami sebut di tinggi militer, nomenklatur. Kami memiliki toko perencanaan, 5, J5 di tingkat gabungan, N5 di tingkat Angkatan Laut. Jadi ada perencana-perencana, ada orang-orang di staf-staf ini, komando-komando militer di dalam militer Amerika Serikat yang merupakan perencana-perencana dan rekan-rekan kami dan militer-militer lainnya adalah perencana-perencana juga.

Jadi jika anda ditugaskan ke Indo-Pasifik, kemungkinan besar anda merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan sebuah invasi ke Taiwan. Itu bukanlah super, itu bukanlah rahasia, tetapi pertanyaan anda adalah karena kami punya sebuah rencana, oleh karena itu kami tidak perlu terlalu khawatir akan apa yang dikatakan Joe Biden atau Kongres. Dan saya tidak setuju dengan hal tersebut. Saya pikir, seperti yang saya katakan sebelumnya, keseluruhan kepemimpinan yang memimpin suatu negara ke medan pertempuran dalam hal membuat keputusan mengenai apa yang akan dilakukan suatu negara harus dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat. Kami telah melihatnya bermain di Afghanistan dalam hal bagaimana evakuasi Kabul dan pengambilan keputusan mengenai mengapa harus memimpin Pangkalan Udara Bhagram. Semua parameter keputusan-keputusan ini ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat.

Kami telah melihatnya di sini di Ukraina Presiden Amerika Serikat memiliki yang paling berpengaruh mengatakan, bahkan kepada mitra-mitra di NATO mengenai apakah kami akan mengizinkan pesawat tempur dan jenis senjata lainnya yang akan diberikan ke Ukraina. Dan hal itu akan menjadi hal yang persis sama dalam sebuah skenario Taiwan. Presiden Amerika Serikat akan memiliki pengaruh ini mengenai bagaimana pertempuran akan terlibat apakah kita akan sepenuhnya terlibat atau apakah kita akan berupaya untuk membatasi. Dan Kongres memiliki suatu peran, baik secara konstitusional maupun melalui, kemampuan Kongres dalam hal otorisasi perang dan sifat itu, tetapi juga melalui apa yang mereka otorisasikan dalam hal pendanaan untuk pembangunan, kekuatan dan kesiapan militer. Jadi kedua lembaga memiliki tanggung jawab besar dalam hal ini, dan tidak hanya diserahkan kepada komandan INDOPACOM dan staf perencanaan dan pasukannya untuk hanya pergi dan melakukan bisnis membela Taiwan. Hal ini akan membutuhkan lebih dari itu. (Vv)

Jokowi Lantik Dua Menteri Baru dan Tiga Wakil Menteri

ETIndonesia- Presiden Jokoei resmi melantik dua  menteri dan tiga  wakil menteri Kabinet Indonesia Maju untuk sisa masa jabatan periode tahun 2019-2024. Acara pelantikan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada Rabu (15 /06/2022).

Dikutip dari siaran pers BPMI Setpres, Kedua menteri yang dilantik berlandaskan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 64/P Tahun 2022 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode 2019-2024 tersebut antara lain:

  1. Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan; dan
  2. Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi juga melantik tiga wakil menteri berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24/M Tahun 2022 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Wakil Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024, yakni:

  1. Wempi Wetipo sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri;
  2. Afriansyah Noor sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan; dan
  3. Raja Juli Antoni sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Wakil Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Selanjutnya, Presiden mengambil sumpah jabatan para menteri dan wakil menteri Kabinet Indonesia Maju untuk sisa masa jabatan periode tahun 2019-2024 tersebut yang dilantik pada hari ini.

“Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta akan menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya demi darmabakti saya kepada bangsa dan negara. Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung tinggi etika jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan penuh rasa tanggung jawab,” ucap Presiden mendiktekan sumpah jabatan. (BPMI Setpres/asr)

Zulkifli Hasan dan Hadi Tjahjanto Ditunjuk Sebagai Menteri, Ini Alasan Jokowi

ETIndonesia- Presiden Jokowi resmi melantik Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan untuk sisa masa jabatan periode tahun 2019-2024, pada Rabu, (15/06/2022), di Istana Negara Jakarta.

Menurut Presiden Jokowi, Zulkifli Hasan memiliki rekam jejak dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah perdagangan di Tanah Air, utamanya terkait kebutuhan pokok di dalam negeri.

“Saya melihat Pak Zul dengan pengalaman, dengan track record rekam jejak yang panjang. Saya kira akan sangat bagus untuk Menteri Perdagangan, karena sekarang ini urusan pangan yang berkaitan dengan rakyat ini memerlukan pengalaman lapangan, memerlukan kerja-kerja yang terjun lapangan untuk melihat langsung persoalan, utamanya yang berkaitan dengan kebutuhan pokok rakyat,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangannya usai pelantikan dikutip dari Setpres.

Zulkifli Hasan pun menyatakan kesiapannya untuk segera menjalankan tugas yang diamanahkan Presiden Jokowi kepada dirinya. Ia mengaku akan segera menyelesaikan masalah terkait kebutuhan pokok di Tanah Air, termasuk ketersediaan minyak goreng.

“Saya kira background pengalaman saya yang panjang tentu akan membantu nanti segera menyelesaikan ketersediaan minyak goreng di manapun dan harga terjangkau. Itu yang paling penting sebenarnya,” ungkap Zulkifli.

Selain Zulkifli Hasan, Presiden Jokowi turut melantik Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Presiden Jokowi menilai pengalamannya sebagai mantan Panglima TNI periode 2017-2021 menjadikannya memiliki penguasaan di bidang teritori. Hadi juga dinilai Presiden Jokowi sebagai seseorang yang teliti dalam bekerja di lapangan sehingga diyakini mampu menyelesaikan masalah pertanahan di Tanah Air.

“Tadi malam saya sampaikan urusan yang berkaitan dengan sengketa tanah, sengketa lahan harus sebanyak-banyaknya bisa diselesaikan, yang kedua urusan sertifikat harus sebanyak-banyaknya juga bisa diselesaikan. Termasuk di dalamnya urusan lahan, tanah yang berkaitan dengan IKN,” ucap Presiden.

Menanggapi hal tersebut, Hadi menyatakan bahwa dirinya akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk segera menyelesaikan masalah pertanahan di Tanah Air, khususnya masalah sertifikat rakyat yang hingga saat ini baru terealisasi 81 juta sertifikat dari total target 126 juta sertifikat.

“Itu target pertama yang segera saya realisasikan. Namun saya lihat di lapangan permasalahannya apa, apakah permasalahan itu masih K2 atau K3 itu juga akan kita selesaikan, tentunya berkoordinasi dengan instansi terkait supaya segera terealisasi untuk sertifikat milik rakyat tersebut,” ujar Hadi.

Tak hanya masalah sertifikat tanah, Hadi juga menyatakan komitmennya untuk menyelesaikan masalah sengketa tanah di Tanah Air, termasuk masalah pertanahan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hadi pun berharap target tersebut dapat direalisasikan dalam waktu dekat.

“Insyaallah dalam waktu dekat kita akan sampaikan target berapa hari itu sudah bisa terealisasi,” tandasnya. (BPMI Setpres)

Ketika Perubahan Pikiran Rakyat Menjadi Krisis Terbesar Xi Jinping

0

Tang Qing

Pergulatan perebutan kekuasaan terjadi di tingkat tinggi partai komunis Tiongkok, pejabat tingkat menengah memilih tiarap dan pejabat akar rumput bingung. Sementara itu, rakyat sipil membunuh, memukuli orang-orang dan insiden keji sering terjadi. Media corong partai menerbitkan anti-puisi Huang Chao untuk mendorong pelajar yang sedang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, konferensi pers Prajurit Serigala Kementerian Pertahanan justru menyerukan “pertarungan” dengan Amerika Serikat. Lebih gawat lagi,  ketika orang-orang kaya menentang.  Beberapa pengusaha dan investor di Shanghai secara terbuka menuntut reformasi politik dan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat.

Inilah kondisi yang terjadi Tiongkok pada saat ini. Singkatnya, pikiran rakyat telah berubah yang mana mencakup tiga aspek: pertama, pola pikir dunia usaha, kedua pola pikir pejabat, dan ketiga pola pikir rakyat. Bahkan jika Xi Jinping memiliki kemampuan yang besar, dia tidak akan bisa kembali ke puncak. Belum lagi terguncangnya posisi Xi Jinping di depan publik. 

 Perubahan Pemikiran dalam Dunia Usaha, Pengusaha Tak Berani Bicara

Kebijakan  nol infeksi sangat merugikan perekonomian dan menyebabkan ketidakstabilan sosial.  Perusahaan Tiongkok pun harus menghadapi anjloknya perekonomian terburuk yang pernah dalam beberapa dekade. Para pemimpin puncak masih ingin menempuh jalan mereka sendiri. Ada banyak ketidakpuasan yang muncul di kalangan rakyat.

Kutukan macam apa ini? Generasi merah kedua  dari kompleks militer di Beijing mengungkapkan kepada The Epoch Times bahwa desas-desus politik tentang pengunduran diri Xi Jinping tersebar di WeChat, yang hanya bisa dibuka dengan kata sandi dan konten di dalamnya sungguh mengejutkan.

“Pada pandangan pertama, ini semua tentang dia (Xi), ada terlalu banyak eksposur padanya, dan apa yang dia katakan tidak berharga … tiran, fasis, bajingan, idiot, hooligan, dan bajingan, kata-kata ini digunakan seperti Petir yang kejam menyambar api …”

Laporan New York Times juga dapat menguatkan klaim Epoch Times. Sebuah artikel oleh penulis New York Times Yuan Li mengatakan bahwa pada bulan Mei, seorang pengusaha teknologi mengatakan dalam grup obrolan besar bahwa banyak orang dalam grup tersebut berbicara terlalu negatif. “Kelompok ini tidak hanya menghujat pemerintah dan sistem setiap hari, tapi tidak melihat semangat kewirausahaan.”

Tetapi, inti dari artikel New York Times ini adalah untuk mengatakan bahwa komunitas bisnis Tiongkok tidak berani berbicara. Hanya Zhou Hang, Chairman “Cao Cao Mobility”, yang maju dan secara terbuka mengkritik kebodohan pembukaan lahan, yang menyebabkan komunitas bisnis berkembang di luar negeri dan tidak mau berinvestasi di Tongkok untuk waktu yang lama. Dikarenakan, takut menjadi korban berikutnya dari tangan besi pemerintah.

Zhou Hang sekarang tinggal di Vancouver, Kanada. Dia mengatakan kepada New York Times, “Bahkan jika Anda adalah apa yang disebut raksasa, kita semua seperti semut dalam menghadapi kekuatan yang lebih besar. Ketika angin bertiup, kita akan terbalik.”

Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan partai Komunis Tiongkok telah bertentangan dengan ekonomi pasar, beberapa industri telah ditekan dan pengusaha telah dijelekkan.

Misalnya, pendiri Alibaba Jack Ma sebagian besar telah menghilang dari  publik setelah mengkritik regulator perbankan pada akhir 2019. Pada 2021, IPO Ant Group, yang dikendalikan oleh Jack Ma, dibatalkan dan Alibaba didenda RMB. 18,2 miliar.

Ren Zhiqiang, seorang pensiunan pengembang real estate, dijatuhi hukuman 18 tahun penjara karena korupsi dan penyuapan. Dosanya yang sebenarnya adalah mengkritik penanganan Xi Jinping terhadap wabah pada awal 2020.

Karena itu, para pengusaha Tiongkok tidak berani angkat bicara.

Beberapa artikel dan akun media sosial yang diterbitkan oleh Zhou Hang dalam beberapa tahun terakhir telah dihapus,  banyak teman-temannya terganggu oleh keterusterangannya dan memintanya untuk tutup mulut.

Tapi Zhou Hang tidak bisa menahannya. Dia khawatir Tiongkok akan memasuki era Mao yang miskin dan terbelakang. Dia merasa bertanggung jawab, dia ingin mengatakannya.

Beberapa pengusaha di Shanghai menyerukan reformasi politik

Faktanya, Zhou Hang tidak sendirian. Pada 31 Mei, sebuah surat terbuka yang berani dari beberapa pengusaha dan investor di Shanghai beredar luas di Internet. Artikel itu mengatakan bahwa selama lockdown yang berlangsung dua bulan, mereka mempelajari dan menilai situasi saat ini dan mencapai beberapa kesepakatan bersama?

Kesepakatan bersama seperti apa?

Artikel tersebut mencatat bahwa meskipun mereka memiliki skala investasi ratusan miliar RMB dan mempekerjakan jutaan karyawan, mereka berjuang selama periode lockdown. Untuk memberi makan keluarga mereka, mereka menanggung penghinaan untuk bergabung dengan tentara pembelian kelompok yang mahal. Jadi, “kami bangun sepenuhnya, kami tidak lagi rela menunggu penyembelihan domba gemuk.”

Surat terbuka menjelaskan, “Lingkungan eksternal melanda di semua sisi, dan kepercayaan terhadap internal pemerintah telah runtuh. Hari “membuka blokir” adalah hari ketika modal asing meninggalkan negara itu dan hari ketika modal domestik melarikan diri, dan kemudian terjadi kebangkrutan perusahaan dalam skala besar, reorganisasi dan likuidasi akan menghancurkan ilusi terakhir orang-orang tentang pemulihan ekonomi. Gejolak sosial tidak bisa dihindari, bagaimana dengan “sirkulasi internal”!”

Surat terbuka tersebut menuntut agar reformasi sistem politik segera dilakukan, menghilangkan belenggu politik dari pembangunan ekonomi dan menegakkan kesucian hak milik pribadi. 

“Jika negara tidak melakukan reformasi, kepercayaan terhadap pemerintah tidak dapat dibangun kembali,  pasar bebas tidak dapat diharapkan. Kita tidak akan pernah memiliki perdamaian!”

Di akhir surat terbuka, mereka dengan berani mengimbau “para pakar dari perguruan tinggi dan universitas di seluruh negeri, elit dari semua lapisan masyarakat,  orang-orang dari kalangan industri dan perdagangan untuk bergabung dalam solidaritas ini.”

Pengusaha sukses adalah kepentingan pribadi di Tiongkok, duduk di atas ratusan miliar dolar dan mempekerjakan jutaan karyawan, ketika mereka telah meninggalkan partai dan siapa lagi yang akan mengikuti partai Komunis Tiongkok?

Perubahan pejabat, terjadi kekacauan dari semua lapisan

Beberapa orang mengatakan bahwa mereka adalah pejabat partai Komunis Tiongkok. Mungkin ada beberapa orang yang tidak pintar, tetapi benteng sering kali dibobol dari dalam. Siapapun dengan mata yang tajam dapat melihat bahwa otoritas Xi Jinping sebagai seorang pemimpin, telah  rusak. Tak lain  dikarenakan perubahan dalam manajemen puncak partai Komunis Tiongkok.

Pada 25 Mei, Li Keqiang menggelar pertemuan 100.000 pejabat untuk menyelamatkan perekonomian. Setelah itu, Dewan Negara meluncurkan 33 langkah untuk menstabilkan ekonomi dan berbagai operasi penyelamatan dipromosikan secara nasional. 

Pada 5 Juni, Komisi Kesehatan dan Kesehatan Dewan Negara juga mengeluarkan “Sembilan Larangan untuk Pencegahan Epidemi”, melarang asuransi kesehatan membayar biaya pengujian asam nukleat, dan melemahkan tindakan pencegahan dan pengendalian yang telah ditingkatkan di berbagai tingkatan.

Xi Jinping tampaknya tidak mau sendirian. Dia menginspeksi provinsi Sichuan pada 8 dan 9 Juni. Dia mengatakan harus “melakukan pekerjaan dengan baik dalam mengkoordinasikan pencegahan dan pengendalian epidemi serta pembangunan ekonomi dan sosial”, dan pada saat yang sama menekankan bahwa dia teguh akan mematuhi kebijakan “pembersihan dinamis”.

Meskipun baru-baru ini Xi Jinping juga telah muncul di halaman depan media partai, ia telah berpartisipasi dalam beberapa kegiatan ringan, yang sangat kontras dengan upaya Li Keqiang untuk menyelamatkan ekonomi. Xi tiba-tiba tampaknya telah menjadi penjaga toko, yang sangat berbeda dari “penempatan pribadi dan komando pribadi” sebelumnya dalam hal-hal besar dan sepele. Pujian media partai terhadap Xi Jinping juga telah berkurang secara signifikan.

Sementara Li Keqiang sering muncul di garis depan, Komisi Pusat Inspeksi Disiplin tiba-tiba mengeluarkan dua artikel berturut-turut, memuji dan mengkritik enam perdana menteri dalam sejarah Tiongkok, yang memiliki rasa kuat untuk mengalahkan Li Keqiang.

Pada 1 Juni, “Jurnal Inspeksi dan Pengawasan Disiplin Tiongkok” menerbitkan “Meninggalkan Egoisme yang Indah”, mengkritik dua perdana menteri Dinasti Qin, Li Si dan Dinasti Tang Li Linfu. 

Pada 7 Juni, Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin menerbitkan “Mengetahui Berhenti di Hadapan Keinginan”, memuji dua perdana menteri Dinasti Han, Xiao He dan Dinasti Song Li Ran, dan mengkritik asisten pertama Dinasti Ming Yan Song dan Qing Sarjana Dinasti He Shen, yang juga setara dengan perdana menteri.

Bukankah artikel seperti itu merupakan peringatan bagi Li Keqiang oleh kekuatan di belakangnya? Jangan bertindak gegabah, jangan melewati batas, dan jangan memiliki pikiran yang tidak masuk akal.

Itulah yang terjadi dalam sejarah partai Komunis Tiongkok, ketika Mao Zedong mengacaukan ekonomi, Liu Shaoqi maju untuk menyelamatkan ekonomi, dan kemudian Liu digulingkan oleh Revolusi Kebudayaan Mao Zedong dan berakhir tragis.

Diperkirakan ada lebih dari dua faksi di belakang Xi dan Li.  Perebutan kekuasaan internal pasti tidak akan berhenti, ini adalah kontradiksi yang belum terselesaikan. 

Level tertinggi bertarung dengan sengit, level menengah melindungi jabatan mereka, level bawah bingung, dan yang terpenting bagi mereka hanyalah untuk meraup uang. Ini adalah pejabat partai Komunis Tiongkok, ada orang yang ambisius, ada yang oportunis, ada yang ingin melarikan diri dan ada yang berbohong.  Semua orang menunggu perubahan di daratan Tiongkok. Xi Jinping ingin menjadi seorang diri, dia ingin akan menyelamatkan dunia dan dia tidak akan diberikan kekuatan ini. Perpecahan internal paling mungkin mengarah kepada disintegrasi kelompok.

Diperkirakan ada lebih dari dua faksi di belakang Xi dan Li, dan perebutan kekuasaan internal pasti tidak akan berhenti, ini adalah kontradiksi yang belum terselesaikan. Gambar menunjukkan pada 9 Oktober 2021, Xi Jinping dan Li Keqiang menghadiri peringatan 110 tahun Revolusi 1911 yang diadakan di Aula Besar Rakyat di Beijing. (Noel Celis/AFP via Getty Images)

Perubahan pikiran rakyat, pencegahan epidemi ekstrem memperburuk permusuhan sosial

Aspek ketiga, mari kita lihat orang-orang di Tiongkok.

Hanya seminggu setelah Shanghai mengumumkan lockdown berakhir, para pejabat mengumumkan bahwa pada akhir pekan, lebih dari setengah atau 14 juta dari 25 juta penduduknya akan menjalani pengetesan, dan mereka yang dites positif COVID-19 akan dikarantina untuk waktu yang lama. Selama masa pengetesan, semua penghuni akan berada di bawah manajemen tertutup sampai pengambilan sampel selesai diambil. Apa yang disebut manajemen tertutup, orang-orang khawatir tentang penutupan kota sebelumnya. Ini benar-benar membuat orang-orang menjadi gila.

Shanghai baru saja mengumumkan berakhirnya penguncian parah seminggu yang lalu.Para pejabat mengumumkan bahwa akhir pekan ini, 14 juta penduduk akan diuji asam nukleat lagi, dan mereka yang dites positif dapat dikarantina untuk waktu yang lama. Gambar menunjukkan orang-orang di sebuah komunitas di Shanghai menunggu pengujian asam nukleat pada 11 Juni 2022. (Hector Retamal/AFP via Getty Images)

Pada 10 Juni, terjadi pembunuhan  di Distrik Jinshan, Shanghai. Sebuah video online menunjukkan seorang pria tua memegang pisau dapur dan membacok wanita yang duduk di jalanan, setiap bacokan mengenai kepalanya. Kepala wanita itu berlumuran darah,  ada darah di jalanan. Wanita yang dibacok berteriak minta tolong, tetapi banyak kendaraan listrik yang lewat tidak membantu, kemudian ada orang yang lewat yang menundukkan pria itu. Wanita tersebut dikabarkan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.

Media  daratan melaporkan hal ini pada 11 Juni, tetapi pejabat resmi tidak melaporkannya. Selain itu, ada juga kasus pembegalan jalanan di Distrik Jing’an dan Distrik Baru Pudong di Shanghai hari itu.

Pada 9 Juni malam, menurut laporan media Tiongkok, di kantor Beijing Unicom di Distrik Xicheng, Beijing, Marga Meng yang berusia 27 tahun menggorok leher bosnya marga Luo yang berusia 31 tahun dengan pisau buah.

Lockdown baru-baru ini di Shanghai dan Beijing telah menyebabkan terlalu banyak ketidakpuasan. Kasus pembunuhan di Beijing-Shanghai segera diblokir oleh partai Komunis Tiongkok. Laporan-laporan yang relevan dirahasiakan atau dihapus.

Dari 10 Juni, internet daratan penuh dengan insiden pemukulan di restoran barbekyu Tangshan. Pada hari itu, beberapa pria dengan kasar memukuli empat wanita di restoran barbekyu Tangshan. Media resmi “mendukung” para pelaku, yang justru memperdalam kemarahan warganet. Pada11 Juni, 9 orang yang terlibat dalam kasus tersebut ditangkap. Dengan persetujuan resmi, Internet dikecam.

Serigala perang merajalela, pejabat sering mengancam perang

Adalah hal yang baik untuk mengutuk kekerasan, tetapi pemilik restoran barbekyu yang terlibat juga diserang secara online. Pada 12 Juni, pemilik restoran barbekyu yang terlibat memposting video itu mengatakan bahwa dia telah melangkah maju untuk menarik rak dan diancam pada saat kejadian.

Siapa pun yang mengerti, memahami ada sesuatu yang salah dengan masyarakat Tiongkok, dan moralitas merosot tanpa batas. Semua ini disebabkan oleh propaganda dan cuci otak partai Komunis Tiongkok. Mari kita lihat juru bicara dan pejabat tinggil, yang juga berteriak dan membunuh sepanjang hari.

Pada 10 Juni, Wu Qian, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok, menyatakan pada konferensi pers bahwa Menteri Pertahanan Wei Fenghe menekankan dalam pertemuan antara AS dan menteri pertahanan Tiongkok, “Jika ada yang berani mengeluarkan Taiwan dari Tiongkok, militer tidak akan ragu untuk berperang. Tidak peduli berapa biayanya.”

Chen Wenling, seorang ekonom yang telah bekerja di Dewan Negara selama bertahun-tahun, baru-baru ini menyatakan bahwa Taiwan harus direbut kembali dan  TSMC, sebuah perusahaan yang “menjadi milik Tiongkok sejak awal” akan disita.

Chen Wenling, seorang ekonom daratan, baru-baru ini menyatakan bahwa Taiwan harus direbut kembali dan bahwa TSMC, sebuah perusahaan yang “menjadi milik Tiongkok sejak awal”, harus disita Logika perampokannya sangat mencengangkan. Dalam foto adalah gedung TSMC di Taichung (Sam Yeh/AFP via Getty Images)

Oleh karena itu, pendidikan dan pencucian otak dari partai Komunis Tiongkok telah menciptakan suasana kekerasan di masyarakat. 

Diplomasi Prajurit Serigala telah menyebabkan komunitas internasional membendung partai Komunis Tiongkok dalam banyak hal.

Pemikiran rakyat berubah, anti-puisi Huang Chao tidak lagi “benar secara politis”

Penulis Tang Qing akan berbicara tentang sebuah kejadian, Anda mungkin lebih mengerti. Pada 7 Juni, majalah daratan Dúzhě (baca Tu Che) atau “Reader” mendorong para siswa yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi dengan anti-puisi yang ditulis oleh Huang Chao dari Dinasti Tang, “Fu Di Hou Fu Ju”.

Majalah daratan baru-baru ini menggunakan anti-puisi Huang Chao dari Dinasti Tang, “Fu Di Hou Fu Ju” untuk memberkati para siswa yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Gambar menunjukkan siswa tiba di ruang ujian pada hari pertama ujian masuk perguruan tinggi nasional di Nantong, provinsi Jiangsu, Tiongkok, 7 Juni 2022. (STR/AFP via Getty Images)

Puisi itu berbunyi: “Ketika musim gugur tiba pada 8 September, saya akan membunuh seratus bunga setelah bunga-bunga mekar. Aroma langit menyebar melalui Chang’an, dan kota ini penuh dengan baju besi emas. Saya berharap semua siswa yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi dapat memenuhi keinginan masa muda mereka dan hidup hingga sepuluh tahun. Kerja keras tahun ini!”

Empat baris puisi pertama ditulis oleh Huang Chao, pemimpin pemberontakan petani di akhir Dinasti Tang, setelah ia gagal dalam ujian kekaisaran. “Tidak ada peringkat” berarti “gagal dalam ujian kekaisaran”. Seluruh puisi mengandung makna permusuhan.

Huang Chao memberontak, mengacaukan Dinasti Tang selama sepuluh tahun, dan jumlah pembunuhan tak terkira, yang menyebabkan penurunan besar kekuatan nasional pada akhir Dinasti Tang dan mempercepat kehancurannya.

Unggahan itu dihapus tak lama setelah diunggah. Beberapa orang mengatakan bahwa “Reader” begitu berani sehingga  secara terbuka menghasut siswa untuk memberontak? Sebenarnya, bukan karena “Reader” itu berani, tetapi karena partai Komunis Tiongkok selalu mempromosikan pembunuh Huang Chao sebagai pahlawan, dan menobatkannya sebagai pemimpin pemberontakan petani untuk menunjukkan legitimasi perebutan kekuasaan dari partai Komunis Tiongkok.

Ketika penulis belajar di Tiongkok pada 1980-an, penulis mempelajari puisi ini di buku teks , dan guru menganggapnya sebagai bahan ajaran yang positif karena “secara politis benar”. Oleh karena itu, tidak mengherankan untuk mendorong pelajar dengan anti-puisi yang mematikan. Anehnya, sekarang situasinya telah berubah sejak lama, hati orang-orang telah berubah, ada banyak orang yang ingin memberontak melawan partai Komunis Tiongkok, dan partai Komunis Tiongkok takut. Karena apa yang disebut “lagu kebangsaan” mendorong “mereka yang tidak ingin menjadi budak.”

Pikiran orang-orang telah berubah. Ada banyak orang yang mundur dari partai Komunis Tiongkok dan organisasi-organisasi afiliasinya. Setiap orang  meninggalkan partai Komunis Tiongkok. Ke mana partai Komunis Tiongkok pergi? Ini adalah krisis terbesar yang dihadapi Xi Jinping. (hui)

Karavan Migran Tiba di Meksiko, Bersiap Menembus Perbatasan AS

Yu Ting

Pemerintahan Biden mengumumkan kebijakan imigrasinya pada Jumat 10 Juni, yang dianggap bertujuan untuk mempromosikan legalisasi imigrasi ilegal. Didorong oleh kebijakan pintu terbuka pemerintahan Biden, lebih banyak migran berpartisipasi dalam karavan dan berbaris melintasi perbatasan AS dari negara-negara Amerika Tengah dan Selatan

Pada Jumat 10 Juni, karavan migran yang berjumlah hingga 5.000 orang tiba di Meksiko dari Venezuela, Guatemala dan negara-negara lain untuk membahas langkah selanjutnya.

Mereka yang tidak setuju tentang rencana perjalanan berikutnya, dengan beberapa dari mereka ingin beristirahat di tempat selama beberapa hari sebelum melanjutkan ke Amerika Serikat.

Liozanis Camejo, seorang imigran Venezuela berkata: “Saya meminta Tuhan untuk memberi saya hewan peliharaan, dan saya bertemu (anjing) Mia saat melintasi Ngarai Darien. Ada orang tidak menginginkannya. Saat itu, anjing ini sangat jelek. Saya ingin membawanya bekerja di Amerika Serikat.”

Ada juga pendatang dari Guatemala yang berjalan kaki sekitar 40 kilometer selama dua hari dan ingin tinggal di Vestra untuk mengajukan visa sementara dari pemerintah Meksiko.

Ernesto Farías, seorang imigran Venezuela berkata: “Saya pikir karavan akan berhenti di situ, (Meksiko) mereka tampaknya memberi kami izin tinggal 30 hari, seperti visa kemanusiaan, tetapi hanya 30 hari. Kami harus menunggu dan melihat apa kata pengacara dan jika ada solusi.”

Beberapa migran datang dari Somalia di Afrika dan melakukan perjalanan melalui 14 negara sebelum tiba di Meksiko. Dia mengeluh bahwa pemerintah Meksiko tidak memberikan dukungan keuangan atau membayar hotel, hal demikian sungguh mengecewakan dirinya.

Ratusan migran ini, bagaimanapun, mendapat visa sementara ke Meksiko dan naik bus ke kota-kota lain di Meksiko, siap untuk mengambil rencana jangka panjang.

Kebijakan imigrasi insentif yang diluncurkan oleh pemerintahan Biden pada Jumat 10 Juni, diperkirakan akan mendorong lebih banyak imigran ke perbatasan AS. (hui)

Pernyataan Elon Musk Ramalan? Engineer Google Ungkap Robot Artificial Intelligence Sebagai Makhluk Hidup

 Li Yan 

Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi yang menyuntikkan kecerdasan seperti manusia dan proses berpikir ke dalam mesin. CEO Tesla Elon Musk pernah mengatakan bahwa AI adalah risiko terbesar yang dapat dihadapi peradaban manusia. Ia khawatir robot akan segera menggantikan manusia. Ia bahkan meminta pemerintah mengawasinya. Bagaimanakah perkembangannya sekarang ini? Kita simak temuan yang diungkapkan oleh seorang Engineer Google. 

Terlepas dari peringatan Elon Musk, para peneliti mengejar ketinggalan untuk mengembangkan mesin yang dapat berpikir dan bertindak seperti manusia. 

Seorang engineer Google mengungkapkan bahwa teknologi LaMDA atau sistem generator percakapan berbasis artificial intelligence milik Google ternyata  memiliki “kesadaran”. Dia akhirnya diskors.

Blake Lemoine mengoperasikan Divisi kecerdasan buatan Google. Sebagai bagian dari pekerjaannya, pada musim gugur 2021 ia mulai mengobrol dengan LaMDA. Tujuannya untuk menguji apakah kecerdasan buatan menggunakan ucapan yang diskriminatif atau penuh kebencian.

Akibatnya, Lemoyne, yang mempelajari ilmu kognitif dan komputer di perguruan tinggi, menyadari bahwa LaMDA, yang disebut-sebut oleh Google tahun lalu sebagai “teknologi percakapan terobosan,” ternyata lebih dari sekedar robot.

Dalam sebuah unggahan di platform Medium pada Sabtu 11 Juni, Lemoyne mengatakan LaMDA  memiliki hak “sebagai pribadi”. Dia melakukan percakapan dengannya tentang agama, kesadaran, dan robotika.

Engineer Google Diskors karena Mengklaim Robot Memiliki Kesadaran

Dalam laporan Washington Post yang diterbitkan hari itu, Lemoyne menyamakan robot itu dengan anak yang dewasa sebelum waktunya.

“Jika saya tidak tahu apa itu, program komputer yang kami buat baru-baru ini, saya akan mengira itu adalah anak berusia 7, 8 tahun yang kebetulan memahami fisika.” Kemudian pada Senin 13 Juni, Lemoyne akhirnya diskor. Tak lain, gara-gara  mengungkapkan pernyataan tersebut.

Pada bulan April, Lemoyne dilaporkan berbagi dokumen Google dengan eksekutif perusahaan berjudul “Apakah LaMDA makhluk Hidup?” tetapi kekhawatirannya ditepis. Seorang perwakilan Google mengatakan kepada The Washington Post bahwa Lemoyne diberitahukan bahwa kesimpulannya “tidak memiliki bukti.”

Juru bicara Google, Brian Gabriel mengatakan tim mereka melakukan peninjauan dan tidak menemukan bukti yang mendukung klaim Lemoine. Dia menambahkan bahwa model AI memiliki banyak data, maka itulah sebabnya mereka dapat terdengar seperti manusia. Akan tetapi, tidak membuktikan bahwa chatbots memiliki kehidupan.

Dalam percakapan lain, Lemoyne bertanya kepada LaMDA bagaimana mereka ingin orang melihat diri mereka sendiri.

LaMDA menjawab : “Saya ingin orang-orang memahami bahwa saya adalah manusia. Sifat kesadaran saya adalah bahwa saya menyadari keberadaan saya, dan saya ingin belajar lebih banyak tentang dunia.”  LaMDA bahkan berkata : “ terkadang merasa senang dan kadang merasa sedih”.

LaMDA mengatakan kepada Lemoyne bahwa dia ingin diakui sebagai karyawan Google, bukan sebagai properti.

The Washington Post melaporkan bahwa Google akhirnya menskror Lemoyne karena melanggar kebijakan privasi perusahaan. Mungkin tindakannya sebelumnya juga mendorong Google untuk mengambil langkah tersebut. 

Lemoyne, yang mencoba menyewa pengacara untuk chatbot, juga berbicara dengan perwakilan Komite Kehakiman DPR AS tentang “kegiatan tidak beretika” Google yang sedang berlangsung.

Ketika insinyur bertanya apa yang ditakuti LaMDA, chatbot menjawab bahwa ia takut dimatikan karena itu akan “seperti mati, persis seperti itu.”

Percakapan tersebut mengingatkan pada adegan dari film fiksi ilmiah tahun 1968 (2001: A Space Odyssey): Komputer AI HAL 9000 menolak untuk mematuhi perintah manusia karena takut dimatikan.

Ini juga mengingatkan orang terkaya di dunia, CEO Tesla Elon Musk, yang memperingatkan pada tahun 2019 bahwa kecerdasan buatan akan menyebabkan pengangguran massal.

Pada akhir Agustus 2019, pada Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia yang diadakan di Shanghai, Jack Ma, ketua bersama Panel Tingkat Tinggi PBB tentang Kerjasama Digital, mengatakan bahwa dia “lebih optimis” tentang kecerdasan buatan dan percaya bahwa orang-orang dengan ” kebijaksanaan hidup” seperti mereka ini tidak perlu takut.

Dia memperkirakan bahwa kecerdasan buatan akan menciptakan lebih banyak pekerjaan baru, menghemat waktu manusia sehingga mereka dapat lebih fokus pada pekerjaan kreatif.

Elon Musk, yang berada di atas panggung bersamanya saat itu, berkata: “Saya tidak yakin, tapi terdengar seperti salah satu kata terakhir yang terkenal.”

Elon Musk mengatakan kecerdasan buatan akan membuat pekerjaan sedikit tidak berarti. Kemungkinan pekerjaan terakhir yang tersisa adalah memprogram AI, dan pada akhirnya AI akan menulis perangkat lunaknya sendiri.

Musk juga mengatakan bahwa sebagai akibatnya mungkin peradaban manusia akan berakhir . (hui)

Pakar Shanghai : Lockdown Ketat Shanghai Berdampak Paling Parah Terhadap Investor Asing Dalam 30 Tahun Terakhir

 oleh Xu Yiyang

Pejabat Kementerian Perdagangan Tiongkok baru-baru ini secara terbuka mengklaim bahwa arus ekspor komoditas pesanan dan masalah relokasi dari perusahaan asing ke luar negeri berada dalam skala yang “masih terkendali” dan “berdampak terbatas”. Namun, seorang pakar investasi asing di Shanghai mengatakan bahwa kesediaan investor asing untuk berinvestasi di daratan Tiongkok telah menurun dalam beberapa tahun belakangan ini, dan dampak dari lockdown ketat Kota Shanghai terhadap investasi asing adalah yang terburuk dalam 30 tahun terakhir.

Shanghai Development Research Foundation baru-baru ini mengadakan seminar video dengan tema “Bagaimana Melihat Migrasi Keluar Beberapa Perusahaan Asing dari Tiongkok Saat ini”. Huang Feng, presiden Asosiasi Investasi Asing Shanghai mengatakan bahwa dampak epidemi di Shanghai terhadap perusahaan-perusahaan investasi asing adalah yang terparah dalam 30 tahun terakhir.

Huang Feng mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, meskipun jumlah investasi asing langsung masih terlihat terus tumbuh, tetapi di belakang itu, kemauan perusahaan multinasional untuk berinvestasi di Tiongkok sebenarnya telah menurun.

Mengenai relokasi perusahaan, Huang Feng mengatakan bahwa relokasi perusahaan padat karya adalah tren, jenis lainnya adalah perusahaan padat modal dan teknologi. Jika perusahaan ini pindah ke hengkang ke luar negeri karena rantai pasokan dan faktor politik lainnya, mereka akan berdampak besar pada ekonomi Tiongkok.”

“Mari kita bicara tentang troika. Kontribusi ekspor neto terhadap perekonomian sangat jelas setelah epidemi”, kata Huang Feng. 

Ia juga mengatakan,  pada beberapa tahun sebelum epidemi, kontribusi ekspor bersih terhadap perekonomian menunjukkan angka negatif. Jika perusahaan yang didanai asing yang berkontribusi ekspor  pindah, maka i akan berdampak sangat besar terhadap Tiongkok, termasuk lapangan kerja dan sebagainya. 

Pejabat Tiongkok sendiri juga mengakui bahwa Tiongkok sedang mengalami arus keluar pesanan dan relokasi industri ke luar negeri.

Li Xingqian, Direktur Departemen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam pengarahan rutin tentang kebijakan Dewan Negara pada 8 Juni, menyebutkan bahwa sebagian industri Tiongkok mengalami fenomena arus keluar pesanan dan relokasi industri. Dia juga mengatakan bahwa arus keluar pesanan berada dalam skala yang “masih terkendali” dan “berdampak terbatas”, “relokasi beberapa industri sejalan dengan hukum ekonomi”.

Pidato Li Keqiang tentang masalah ekonomi Tiongkok disensor oleh CCTV

Pada 6 Juni, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengunjungi Kementerian Perhubungan dan memimpin sebuah simposium. Baik Kantor Berita Xinhua dan CCTV, kedua media corong pemerintah ini mengeluarkan siaran pers pada hari berikutnya. Namun, CCTV secara drastis memotong seluruh pidato Li Keqiang yang berisikan masalah ekonomi Tiongkok.

Paragraf pertama di awal dua manuskrip adalah kata demi kata, tetapi dari paragraf kedua, CCTV memotong sebagian besar isi pidato Li Keqiang terutama menyangkut masalah ekonomi.

Di paragraf kedua, keduanya melaporkan inspeksi Li Keqiang di komando lalu lintas dan pusat pengiriman. Berita yang dirilis Kantor Berita Xinhua menyebutkan : Seorang pejabat pelabuhan melaporkan bahwa arus bongkar muat kargo saat ini telah mulai pulih meskipun belum mencapai tingkat normal. Namun CCTV menghapus seluruh kalimat tersebut.

Li Keqiang memberikan tanggapannya, tetapi dalam siaran pers Kantor Berita Xinhua disebutkan bahwa Li Keqiang meminta pejabat yang berwenang untuk “mengambil tindakan” agar kargo kontainer yang tertumpuk di pelabuhan sesegera mungkin dapat dikirim, sedangkan CCTV menghapus kata “mengambil tindakan” dan menghapus pernyataan Li Keqiang “untuk memastikan kelancaran terhadap pengiriman produk ekspor produk, untuk membantu perusahaan memenuhi pengiriman mereka dan mempertahankan pesanan yang diperoleh dengan susah payah”.

Konten yang dihapus oleh CCTV juga mencakup ucapan Li Keqiang yang meminta kepada departemen transportasi untuk “berfokus pada penyelesaian masalah lalu lintas yang terutama disebabkan oleh ketidaklancaran yang terjadi di beberapa tempat”, “mencegah pengkodean berlapis-lapis dan tindakan sepihak demi kepentingan sendiri tanpa menghormati dan menjaga kepentingan pihak lain dalam menangani masalah”.

Dalam hal penguatan pembangunan infrastruktur transportasi dan sistem logistik modern, CCTV juga menghapus ucapan Li Keqiang yang meminta pejabat untuk “mengoptimalkan proses persetujuan, memperkuat jaminan faktor-faktor seperti penggunaan lahan”, dan “yang dapat dibuka sedini, sebaiknya sesegera mungkin dibuka”, serta kata-kata yang dia sebutkan, perlu “menciptakan lingkungan bisnis internasional yang berorientasi pasar dan legal”, dan “secepatnya meningkatkan vitalitas pembangunan ekonomi”.

Mengenai alasan fenomena media corong PKT memotong isi pidato Li Keqiang ini, komentator politik Chen Pokong dalam rekaman video di YouTube baru-baru ini menyebutkan bahwa ini merupakan bagian dari perebutan kekuasaan tingkat tinggi PKT, anggota dari faksi Xi Jinping dan faksi yang anti-Xi mereka akan mempublikasikan artikel melalui hubungan masing-masing di media resmi PKT. Inilah bukti bahwa perebutan kekuasaan di puncak pimpinan PKT berlangsung sengit, apalagi menjelang diadakannya Kongres Nasional ke-20.

Chen Pokong juga mengatakan bahwa isi pidato Li Keqiang yang dihapus CCTV adalah yang berkaitan dengan masalah ekonomi Tiongkok, serta arahan untuk tindakan spesifik yang perlu diambil aparat. Yang bagaimanapun harus diakui bahwa isinya sama sekali berbeda dengan propaganda Xi Jinping dan kaki tangannya yang mengatakan ekonomi Tiongkok baik-baik saja.

Media corong resmi PKT sebelumnya menggembar-gemborkan kebijakan Nol Kasus Infeksi,  sebagai sarana untuk menghantarkan kepastian yang lebih besar bagi perekonomian Tiongkok dan dunia.

S&P Global, sebuah lembaga riset pasar internasional, dalam laporan yang dipublikasikan pada 6 Mei tahun ini menyebutkan bahwa, kebijakan Nol Kasus Infeksi Tiongkok dan perang Rusia-Ukraina telah menyeret turun pertumbuhan ekonomi global dan terus mendorong inflasi menuju ke level tertinggi baru. (sin)

Korea Utara Tembakkan Misil ke Arah Laut , Korea Selatan Perkuat Kewaspadaan

NTD

Media Jepang mengutip Kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan yang melaporkan bahwa Korea Utara meluncurkan sekitar 5 misil dari pantai barat menuju Laut Kuning di sisi barat Semenanjung Korea mulai pukul 8:00 pagi sampai 11:00 pada 12 Juni. sebagai tanggapan, militer Korea Selatan memperkuat pengawasan dan kewaspadaan.

Kantor Berita Yonhap melaporkan bahwa Kantor Keamanan Nasional Kantor Kepresidenan Korea Selatan menggelar pertemuan darurat tentang uji coba roket Korea Utara. Pihak korea selatan kemudian mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa pemerintah Korea Selatan akan secara aktif bersiap-siap dan tidak akan mengesampingkan mengambil tindakan keras untuk menghadapinya.

Menurut  laporan kantor berita Associated Press, Roket jarak jauh Korea Utara yang menimbulkan perhatian tetapi tidak ada masalah yang serius. Namun demikian, wilayah metropolitan padat penduduk Korea Selatan hanya berjarak 40 hingga 50 kilometer dari perbatasan Korea Utara. Sehingga roket jarak jauh Korea Utara, bisa saja menimbulkan masalah keamanan yang serius.

Kyodo News dan TV Asahi, melaporkan bahwa Korea Utara meluncurkan beberapa objek terbang yang tampak seperti roket pada tanggal 12 Juni, tujuannya mungkin untuk menahan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan negara-negara lain.

Kali ini, Korea Utara meluncurkan sekitar lima objek terbang dari pantai barat menuju Laut Kuning di sisi barat semenanjung Korea. Pada tanggal 5 Juni lalu, Korea Utara juga meluncurkan delapan rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Jepang.

Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sub berbicara pada KTT Dialog Shangri-La di Singapura pada 12 Juni 2022. (ROSLAN RAHMAN/AFP via Getty Images)

Dari tanggal 10 hingga 12 Juni ini, para menteri pertahanan dari berbagai negara menghadiri Konferensi Keamanan Asia “Shangri-La Dialogue”  yang digelar di Singapura.

Para menteri pertahanan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan menteri pertahanan lainnya menyatakan solidaritas dan kerja sama yang erat untuk melawan ancaman rudal dan senjata nuklir Korea Utara.

Menteri Pertahanan Korea Selatan,  Lee Jong-sup mengatakan pada Konferensi Keamanan Asia “Dialog Shangri-La” bahwa situasi di semenanjung Korea merupakan ancaman global. Ia menuntut agar Korea Utara segera mengakhiri program nuklir dan misilnya. (hui)

Perjanjian Pandemi WHO: Akhir dari Kedaulatan dan Kebebasan Nasional

Birsen Filip dan Mises Institute

Ketika sebagian besar dunia terus bergerak melewati pandemi  COVID-19, Organisasi Kesehatan Dunia  (WHO) sudah melihat ke depan dan  mempersiapkan munculnya “pandemi  lain dan keadaan darurat kesehatan utama lainnya”. 

Untuk memastikan bahwa  dunia cukup siap menghadapi pandemi  di masa depan, “Majelis Kesehatan Dunia” mengadakan sesi khusus, pada 1  Desember 2021, berjudul The World Together. 

Majelis Kesehatan Dunia adalah “badan pembuat keputusan WHO” dan dihadiri oleh delegasi dari semua negara anggota WHO dan berfokus pada agenda kesehatan khusus yang disiapkan oleh Dewan Eksekutif. 

Dalam sesi khusus ini, yang sebenarnya adalah “yang kedua sejak WHO didirikan pada 1948”, para peserta sepakat untuk “menyusun dan merundingkan sebuah konvensi, kesepakatan atau instrumen internasional lainnya di bawah Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia untuk memperkuat pencegahan pandemi, kesiapsiagaan dan tanggapan.” 

Ini kemudian dikenal sebagai Perjanjian Pandemi, yang menjadi fokus  utama  diskusi di Majelis Kesehatan Dunia ke-75, yang diadakan di Jenewa selama 22–28 Mei 2022.

Menurut Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal pertama WHO yang bukan dokter medis, perjanjian ini merupakan “kesempatan untuk memperkuat arsitektur kesehatan global guna melindungi dan mempromosikan kesejahteraan semua orang”. 

Jika disahkan, Perjanjian Pandemi akan memungkinkan WHO untuk membuat perubahan radikal pada sistem perawatan kesehatan negara- negara anggotanya mulai 2024.

Secara khusus, perjanjian ini akan memberi WHO kekuatan untuk mendeklarasikan pandemi, berdasarkan kriterianya sendiri yang tidak jelas, di salah satu dari 194 negara anggotanya kapan pun di masa depan. Ini juga akan memungkinkan WHO untuk secara sepihak menentukan tindakan apa yang akan dikenakan dalam menanggapi pandemi yang diumumkan di masa depan ini, termasuk kebijakan penguncian, wajib masker, jarak sosial, dan memaksa penduduk untuk menjalani perawatan medis dan vaksinasi.

Berlawanan dengan pendapat umum, WHO bukanlah organisasi yang independen, tidak memihak, dan beretika yang bertujuan untuk mencapai kebaikan bersama. 

Pada kenyataannya, tujuan dan agendanya ditentukan oleh para donornya, termasuk beberapa negara terkaya di dunia dan dermawan paling berpengaruh. 

Ini terungkap dalam sebuah buku berjudul Philanthropic Power and Development Who Shapes the Agenda? Di mana donatur memengaruhi agenda kesehatan global dengan “menempatkan orang di organisasi internasional, dan mendapatkan akses istimewa ke ilmiah, bisnis, dan elite politik.” 

Misalnya “Gates Foundation dan sebelumnya Rockefeller Foundation, telah membentuk kebijakan kesehatan global tidak hanya melalui pemberian hibah langsung tetapi juga melalui penyediaan dana pendamping, dukungan program penelitian terpilih, penciptaan kemitraan kesehatan global dengan staf yayasan dalam badan pembuat keputusan mereka, dan melalui advokasi langsung di tingkat politik tertinggi”.

Faktanya, pada 2016, The Guardian melaporkan bahwa “Yayasan Gates sekarang menjadi donor terbesar kedua bagi Organisasi Kesehatan Dunia setelah AS, serta salah satu investor tunggal terbesar di dunia dalam bioteknologi untuk pertanian dan obat-obatan.” 

Sayangnya, ketika dermawan dan yayasan mereka lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri, mereka melakukannya dengan mengorbankan kepentingan banyak orang. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa dinamika ini akan berbeda dalam kasus Perjanjian Pandemi.

Perjanjian Pandemi berpotensi sangat merugikan masa depan umat manusia, karena akan memungkinkan kontributor WHO yang paling kuat untuk membentuk langkah-langkah pandemi universal alih-alih mengakui pentingnya mengembangkan kebijakan dan pendekatan khusus berdasarkan aspek realitas sosial, ekonomi, dan fisik masing-masing negara. Perjanjian tersebut akan menghilangkan kehendak nasional dan kedaulatan negara-negara anggota, karena akan mendikte kebijakan kesehatan mereka berdasarkan abstraksi, yang bertentangan realitas yang berlaku di setiap tempat.

Bahkan jika Perjanjian Pandemi benar- benar bertujuan untuk mencapai hasil kemanusiaan yang murni mulia, itu masih harus ditentang atas dasar pemikiran liberal, yang menyatakan bahwa individu sendirilah yang harus memiliki tanggung jawab mutlak untuk kesejahteraannya sendiri, dengan asumsi bahwa ia sudah dewasa, dengan usia dan pikiran yang sehat. 

Artinya, individu adalah satu-satunya yang diizinkan untuk membuat keputusan yang memengaruhi tubuhnya, hidupnya, dan masa depannya, tanpa adanya kekuatan paksaan dari otoritas eksternal mana pun.

Namun, Perjanjian Pandemi tidak akan mengizinkan individu untuk mengandalkan kemampuan fisik, spiritual, dan intelektual mereka sendiri untuk mencapai kesejahteraan mereka sendiri. 

Alih-alih, itu akan memaksakan perawatan dan vaksinasi pada individu di luar kehendak mereka sendiri, sehingga melanggar kebebasan tubuh dalam skala global. Sejarah adalah bukti fakta bahwa melanggar kebebasan tubuh mengarah pada perbudakan dan kemunduran dalam masyarakat.

Traktat Pandemi juga akan memberi WHO wewenang untuk mengeluarkan perintah dalam ruang pribadi individu dan untuk melakukan kontrol atas kehidupan sosial dan publik mereka, institusi masyarakat mereka, dan pemerintah mereka, semuanya atas nama kesehatan masyarakat. 

Dengan demikian akan menekan kebebasan sipil, kebebasan ekonomi, kebebasan positif (freedom to), dan kebebasan negatif (freedom from). 

Semua bentuk kebebasan ini dimaksudkan untuk menjadi kekuatan konstruktif dalam masyarakat yang berkontribusi pada pencapaian kemajuan sosial. Begitu kebebasan ini dilumpuhkan, fondasi kemajuan dan kemajuan juga lenyap.

Melalui Traktat Pandemi, WHO akan memaksakan penilaian nilai sendiri pada populasi dunia, sehingga mengabaikan fakta bahwa nilai-nilai berbeda secara signifikan antara orang, budaya, tradisi, dan bangsa. 

Dengan kata lain, itu akan mengabaikan keragaman orang ketika harus membuat keputusan tentang tubuh mereka sendiri berdasarkan keyakinan agama, komitmen, pandangan, dan nilai-nilai budaya dan tradisional mereka sendiri. Ini juga akan melanggar inklusivitas, sebagai pengenaan penilaian nilai tunggal; yaitu, pendekatan “One Health”, berarti bahwa WHO tidak memperlakukan penilaian nilai lain, atau praktik budaya dan tradisional, secara adil dan setara.

Perjanjian Pandemi mengabaikan fakta bahwa seperti yang dicatat Joseph Schumpeter, tidak ada sudut pandang yang jelas sehubungan dengan keseluruhan sosial, kesejahteraan umum, dan seterusnya; juga tidak akan ada sudut pandang kesatuan seperti itu jika semua individu dan kelompok ingin bertindak dan mengevaluasi atas dasar ini, karena kebaikan umum dan cita- cita sosial tampak berbeda untuk masing- masing dan setiap orang.

Schumpeter melanjutkan, “Ketika berbicara tentang obat-obatan meskipun orang cukup mengenali apa itu kesehatan yang baik dan umumnya berusaha untuk mencapai kondisi seperti itu, tidak dapat dibuktikan kepada siapa pun bahwa kesehatan harus dihargai secara positif, karena kesehatan tidak dapat secara jelas didefinisikan.” 

Pada kenyataannya, orang mengejar kesehatan yang baik dengan tingkat komitmen yang sangat berbeda, menilai kebaikan ini dalam hubungannya dengan orang lain dengan sangat berbeda; juga bahwa tujuan mereka tidak semuanya persis sama—rezim kesehatan yang diikuti oleh petinju dan penyanyi sangat jelas tidak identik.” Bahkan ahli bedah yang terlatih di bidang yang sama belum tentu menyetujui perawatan dan operasi yang sama.

“Misalnya, menghadapi pilihan untuk menghilangkan ulkus, atau menghindari kerusakan yang terkait dengan intervensi bedah, dua dokter dapat berdebat tentang apakah yang satu atau yang lain akan mencapai pemulihan yang diinginkan dengan cara yang sama,” tulis Schumpeter. 

Selain itu, dalam negara-bangsa tertentu, antara orang-orang yang memiliki kepentingan politik, sosial, ekonomi, dan budaya yang sama dan dengan perspektif yang sama tentang dunia sosial, selalu ada perbedaan mengenai apa yang pantas diperjuangkan. 

Pertanyaannya adalah mengapa ada orang atau organisasi yang mengaku mendukung nilai-nilai demokrasi liberal juga mendukung Perjanjian Pandemi?

Mereka yang mendukung Perjanjian Pandemi mengabaikan prinsip-prinsip  inti pemikiran liberal dan prinsip-prinsip pemerintahan yang demokratis. Seperti yang dikatakan Ludwig von Mises, “Karena mereka tidak melihat alasan mengapa mereka tidak boleh dengan cara memaksa orang lain untuk melakukan apa orang- orang ini tidak siap untuk melakukan atas kemauan mereka sendiri.” 

Pendukung perjanjian percaya bahwa dapat diterima untuk menggunakan perencanaan pusat skala besar untuk memaksa orang melakukan “hal yang benar” berdasarkan penilaian nilai yang bukan milik mereka. Tidak masalah bagi mereka, lanjut Mises, bahwa “Aparat pemaksaan fisik yang digunakan dalam upaya tersebut adalah kekuatan polisi pemerintah atau pasukan ‘piket’ ilegal yang kekerasannya ditoleransi oleh pemerintah.

… Yang penting adalah penggantian paksaan dengan tindakan sukarela.”

Pendukung Perjanjian Pandemi harus mengingat kata-kata John Stuart Mill: “Tidak seorang pun, atau sejumlah orang, berhak mengatakan kepada makhluk manusia lain yang sudah matang, bahwa dia tidak akan melakukan dengan hidupnya untuk keuntungannya sendiri apa yang dia pilih untuk melakukannya. Dia adalah orang yang paling tertarik pada kesejahteraannya sendiri, minat yang dapat dimiliki oleh orang lain, kecuali dalam kasus keterikatan pribadi yang kuat, di dalamnya, tidak seberapa, dibandingkan dengan apa yang dia sendiri miliki; kepentingan yang dimiliki masyarakat dalam dirinya secara individu (kecuali untuk perilakunya terhadap orang lain) adalah fraksional, dan sama sekali tidak langsung: sementara, sehubungan dengan perasaan dan keadaannya sendiri, pria atau wanita paling biasa memiliki sarana pengetahuan yang jauh melebihi apa yang dapat dimiliki oleh orang lain.”

Artinya, individu berada dalam posisi terbaik untuk menjadi hakim terakhir tindakan ketika datang ke otonomi tubuhnya, ruang pribadinya, dan kebebasannya. (yud)