Home Blog Page 605

Sebagai Negara Paling Rentan Bencana, Hari Kesiapsiagaan Bencana 2022 Resmi Diluncurkan

0

ETIndonesia- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara resmi meluncurkan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Tahun 2022 melalui metode hybrid di Graha BNPB, Jakarta, Senin (28/3/2022).

Peluncuran tersebut dilakukan secara simbolis dengan memukul kentongan oleh perwakilan unsur ‘Pentaheliks’ penanggulangan bencana, mulai dari pemerintah, dunia usaha, akademisi, media massa dan masyarakat.

Kentongan dipilih mengingat jenis alat komunikasi jarak jauh yang terbuat dari bambu itu merupakan simbol tanda alarm yang telah turun temurun dipakai masyarakat untuk memberikan informasi, penanda adzan bagi umat muslim hingga tanda bahaya saat terjadi bencana.

Pemukulan kentongan tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa rangkaian HKB Tahun 2022 yang mengusung tema “Keluarga Tangguh Bencana Pilar Bangsa Menghadapi Bencana” dengan pesan utama “Siap Untuk Selamat” mulai dibuka dengan beberapa agenda yang mengacu pada mitigasi dan pengurangan risiko bencana, hingga pada puncak kegiatannya pada 26 April 2022 mendatang.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi dalam sambutannya menjelaskan bahwa penyelenggaraan peringatan HKB ini menjadi penting, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah risiko tinggi terhadap bencana. Mengutip data _The World Risk Index_ Tahun 2021, wilayah Indonesia masuk pada peringkat ke 38 dari 181 negara paling rentang terhadap bencana.

“Indonesia berada pada peringat 38 dari 181 negara paling rentan bencana,” ungkap Prasinta dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut, Prasinta juga menekankan bahwa kesiapsiagaan hendaknya perlu dibangun sejak dini mulai lingkungan terkecil, yakni keluarga. Sebagaimana dengan merujuk pada tema yang diusung dalam HKB Tahun 2022 ini, Prasinta yakin bahwa kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana itu akan menentukan besar kecilnya risiko dan dampak bencana yang akan diterima.

“Perlu dibangun dari awal, dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Kesiapan itu akan menentukan besar kecilnya risiko dan dampak bencana yang akan diterima,” jelas Prasinta.

Penanggulangan Bencana Urusan Bersama

Bicara mengenai penanggulangan bencana, Prasinta menyatakan bahwa hal itu bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh pihak. Oleh sebab itu, pelibatan unsur ‘Pentaheliks’ dalam hal ini menjadi penting sekali. Sebab, tanpa adanya dukungan dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi termasuk media massa, maka urusan penanggulangan bencana akan sulit dilakukan.

“Upaya penanggulangan bencana bukanlah kerja sendiri, melainkan tanggung jawab kita bersama,” kata Prasinta.

Sebagaimana yang telah disebutkan di awal, acara peluncuran HKB Tahun 2022 juga melibatkan perwakilan unsur Pentaheliks. Salah satu unsur dari akademisi, yakni Wakil Rektor Kerja Sama Institut Teknologi Bogor (ITB), Widodo Rahmat, mengungkapkan bahwa mahasiswa dan civitas akademika terus memberikan penguatan terkait pengurangan risiko bencana kepada masyarakat dengan turun ke daerah-daerah untuk memberikan edukasi dan sosialisasi. Selain itu, ITB bersama stakeholder lainnya juga terus mengembangkan inovasi termasuk penelitian-penelitian yang merujuk pada _early warning system_ sehingga dapat digunakan pada pengurangan risiko bencana.

“Kami bersama himpunan alumni dan relawan juga turun ke daerah-daerah untuk memberikan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Selain itu kami juga memanfaatkan diskusi melalui online,” ujar Widodo.

“Kami juga selalu mencoba melakukan inovasi-inovasi sehingga _early warning system_ ini akan lebih baik lagi,” imbuh Widodo.

Dari unsur media massa, yang dalam hal ini diwakili oleh JFT Pranata Siaran Radio Republik Indonesia (RRI) Agus Rusmin, menyatakan bahwa RRI siap menjadi corong diseminasi informasi terkait kebencanaan bagi masyarakat, merujuk pada paradigma penanggulangan bencana dari responsif ke preventif. RRI sendiri juga telah memiliki program khusus bertajuk ‘Kentongan’ yang memberikan informasi seputar kebencanaan di seluruh Indonesia setiap hari pada pukul 16.00 WIB.

“Tentu sangat mendukung sekali. Kami akan membuat filler, iklan layanan masyarakan atau promo yang mana tentunya akan menjadi sarana informasi dan edukasi masyarakat terkait penanggulangan bencana,” ujar Rusmin.

Dalam mendukung suksesnya KHB Tahun 2022, BNPB mengajak berbagai pihak dengan pendekatan pentaheliks untuk senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan dan turut berpartisipasi aktif pada puncak kegiatan pada 26 April 2022 pukul 10.00 waktu setempat, dengan membunyikan alarm seperti sirine, kentongan dan lonceng, yang diikuti dengan latihan simulasi evakuasi mandiri secara serentak. (asr)

Masyarakat Shanghai Mengeluh Akibat Lockdown, Kasus Warga Lansia Bunuh Diri Terus Terdengar

0

 oleh Yi Ru, Lin Cenxin

Suasana kehidupan masyarakat semakin kacau dengan diberlakukannya lockdown penuh Kota Shanghai. Dalam beberapa hari terakhir ini terdengar berita ada beberapa warga tua yang sakit di Distrik Minhang, Distrik Pudong, dan Distrik Jiading memilih mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung apartemen tempat tinggalnya. Seorang warga tua di Distrik Pudong sudah berhari-hari terus ditolak pihak rumah sakit permintaan untuk cuci darah. Beberapa warga mengeluh kehabisan bahan pangan, harga sayuran naik tinggi dan sebagainya.

Warga Shanghai bermarga Dong mengatakan kepada reporter ‘Epoch Times’ pada 28 Maret : “Akibat lockdown di Shanghai, banyak rumah sakit tidak menerima pasien. Ayah saya sudah beberapa hari tidak menjalani cuci darah, dan sekarang kakinya mulai bengkak. Jika kandungan potasium dalam darahnya tinggi, jantungnya akan terganggu dan dapat mengancam jiwa”.

Mr. Dong mengatakan bahwa ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal dan perlu cuci darah 3 kali seminggu. Tetapi RS Pudong Junkang menolak untuk melakukan cuci darah karena ada warga dalam distrik yang positif COVID-19. Hanya satu RS Pudong yang menerima pasien dari komunitas yang kena lockdown, minggu lalu kita ke sana. Tetapi sudah 4 hari ayah tidak menjalani cuci darah lantaran penuh sehingga mereka menolak.

Sedikitnya ada 3 orang pasien di distrik yang sama dengan Mr. Dong yang perlu menjalani cuci darah, “Tetapi semua permintaan pasien untuk keperluan tersebut tak satu pun yang ditanggapi pihak rumah sakit. Saya tidak mungkin membiarkan ayah saya meninggal dalam rumah!” kata Mr. Dong. Dia mengkritik komite komunitas dan rumah sakit yang hanya “bermain ping-pong” tetapi tidak menyelesaikan masalahnya. Karena itu ia terpaksa  mengunggah pesan yang minta bantuan ke mana-mana.

Unggahan pesan akhirnya mendapat sejumlah balasan. “Beberapa pasien sudah seminggu tidak bisa cuci darah, dan dampaknya akan lebih besar lagi. Ini bukan masalah satu individu, tetapi masalah kelompok. Mungkin ada ratusan atau ribuan pasien di Pudong. Ini sangat berbahaya,” kata Mr. Dong.

Mr. Dong berkata dengan sedikit emosi : Jangan sampai gara-gara hanya segelintir pasien COVID-19 yang mati, tetapi membuat para pasien gagal ginjal yang kondisi kesehatannya sudah buruk harus menderita bahkan meninggal karena tidak diperbolehkan menjalani cuci darah di rumah sakit.

Sebelum berita ini diturunkan, reporter mendapat kabar dari Mr. Dong yang menyebutkan bahwa permintaan cuci darah ayahnya sudah direspon pihak rumah sakit.

Kasus bunuh diri warga tua terus terdengar akibat lockdown ekstrem di Shanghai 

Menurut sebuah video online, seorang lelaki tua melompat dari gedung apartemen di Lane 402, Jalan Bijiang, Desa Hongqi San, Distrik Minhang, Shanghai.

Pada 28 Maret, reporter ‘Epoch Times’ melakukan konfirmasi dengan seorang wanita warga bermarga Lin di sana yang mengatakan : “Warga yang bunuh diri dengan melompat dari gedung itu berusia sekitar 70 tahun, Sepertinya ia menderita penyakit kanker. Ia meninggalkan seorang istri, anak perempuan. Orang tua itu mengalami patah tulang kakinya gara-gara melompat.”

Beredar berita bahwa warga tua tersebut frustasi karena komite lingkungan tidak mengizinkan keluarganya keluar untuk menebus obat. Reporter gagal memperoleh konfirmasi karena beberapa telepon ke komite lingkungan tidak dijawab.

Mrs. Lin mengatakan bahwa komunitas sudah ditutup penuh mulai 14 Maret sampai sekarang, lebih setengah bulan. Warga tidak bisa keluar dari komunitas, bahan pangan dan sayuran mahan lagi pula susah diperoleh. “Seharusnya kalau ada yang sakit boleh keluar untuk berobat. Untuk beli barang kebutuhan sehari-hari perlu ada surat jalan. Tanpa surat jalan tidak dapat keluar komunitas”, katanya. 

Mrs. Lin juga mengatakan bahwa kerabatnya yang tinggal di Distrik Jiading memberitahunya, bahwa di sana juga terjadi 2 kasus warga bunuh diri dengan melompat dari gedung apartemen.

Di Distrik Pudong Kangqiao juga terjadi kasus bunuh diri dengan melompat dari gedung bertingkat. Seorang gadis berusia 14 tahun melompat dari gedung apartemen tempat tinggalnya setelah hasil diagnosis dokter keluar, Sangat memilukan.

Karena tepatnya TKP tidak dapat diketahui, sehingga reporter tidak dapat memverifikasi lebih lanjut.

Kasus Positif COVID-19 di Shanghai melonjak, masyarakat menyampaikan keluhan secara online

Warga Pudong Mr. Wang mengatakan bahwa komunitas tempat tinggalnya sudah diblokir karena ditemukan pasien COVID-19. “Dalam tes asam nukleat kemarin, petugas sudah mendapatkan 2 orang yang positif terinfeksi. Hari ini satu orang lagi. Sekarang semua warga sudah dikurung dalam komunitas”.

Mrs. Li dari Distrik Minhang juga mengatakan : “Lockdown kembali dilakukan, bahkan lebih parah sekarang.”

Jumlah kasus epidemi di Kota Shanghai terus melonjak. Pada 27 Maret, ada 50 kasus transmisi lokal baru yang dikonfirmasi, dan 3.450 kasus infeksi tanpa gejala. Jumlah orang yang terinfeksi mencapai titik tertinggi dalam satu hari. Namun, karena pemerintah komunis terbiasa dengan berbohong dan mengecilkan angka, sehingga ada dugaan bahwa jumlah sebenarnya dari warga yang terinfeksi jauh lebih tinggi.

“Gila ! Orang yang tertular semakin banyak. Shanghai makin parah tahun ini. Semakin diuji (asam nukleat) semakin banyak yang terinfeksi, Padahal hampir semua warga mematuhi perintah untuk menjalani tes. Seharusnya semakin diuji semakin sedikit, bukan ?!? Ini malahan semakin banyak,” kata Mr. Wang. (sin)

Wabah di Beijing Seperti Musuh Besar, Orang-orang yang Menyembunyikan Gejalanya Dapat Dijatuhi Maksimal dengan Hukuman Mati

0

Liu Minghuan

COVID-19 di Tiongkok telah melibatkan 28 provinsi, dan Beijing telah mengambil tindakan pencegahan epidemi yang ketat. Sejak Maret, kebijakan anti-epidemi seperti menangguhkan masuk dan kembali ke Beijing telah diterapkan untuk orang-orang yang berada di daerah berisiko menengah dan tinggi. Sedangkan orang-orang dengan riwayat tinggal di daerah berisiko sedang dan tinggi telah disaring secara komprehensif.

Untuk orang-orang dari daerah lain, diharuskan untuk memegang sertifikat hasil tes PCR negatif dalam waktu 48 jam dan kode hijau “kartu Kesehatan Beijing” sebelum masuk atau kembali ke Beijing. Ditambah lagi hasil tes PCR negatif lainnya dalam waktu 72 jam setelah tiba di Beijing.

Selain itu, Beijing juga menetapkan bahwa mereka yang tidak memakai masker dan tidak mendengarkan bujukan di tempat umum akan diperingatkan di masa depan, atau ditahan secara kriminal. Apalagi menyembunyikan riwayat kontak dengan daerah yang tertular dan menyembunyikan gejala seperti demam dapat dijatuhi ancaman. Hukumannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun, pidana kurungan, atau pidana berat, pidana penjara tetap paling lama 10 tahun serta pidana penjara seumur hidup atau pidana mati.

Situasi epidemi di Tiongkok menjadi parah pada Senin (28/3). Komisi Kesehatan Nasional Partai Komunis Tiongkok melaporkan bahwa ada 1.275 kasus baru COVID-19 yang dikonfirmasi di daratan Tiongkok pada 27 Maret, termasuk 1.219 kasus lokal, dan 4.996 kasus lokal baru yang terinfeksi tanpa gejala pada hari yang sama.

Namun demikian, mengingat partai Komunis Tiongkok selalu menyembunyikan epidemi, data  resminya dipertanyakan oleh dunia luar.

Baru-baru ini, Jiang Rongmeng, anggota kelompok ahli epidemi dan wakil presiden Rumah Sakit Ditan Beijing, mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa Rumah Sakit Ditan Beijing telah merawat lebih dari 400 orang yang terinfeksi hanya dalam waktu sebulan. Data ini jauh melebihi data yang dilaporkan oleh otoritas Beijing.

Sejak merebaknya COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei pada akhir 2019, Pemerintah pusat  telah mengikuti kebijakan pencegahan epidemi “pembersihan nol” yang ketat, tetapi kebijakan tersebut tidak efektif.

The Wall Street Journal mengatakan bahwa dengan peningkatan pesat dalam jumlah infeksi di Tiongkok, sejumlah langkah penghapusan Zero COVD-19 pemerintah Tiongkok yang sudah lama “mulai memiliki konsekuensi merugikan yang serius.”

Menurut video pendek yang diposting di media sosial pada 23 Maret, Desa Chengzhong, Jalan Nantou, Shenzhen ditutup selama 23 hari. Beberapa orang mati kelaparan di No 17 Siheng Lane, Guankou di desa. Ketika mereka ditemukan, mayatnya sudah berbau, pada saat ditemukan sama sekali tidak ada kasus infeksi di lokasinya. Namun, pejabat itu tidak melaporkannya dan bersikeras untuk tidak membuka blokirnya. Orang-orang yang marah berkumpul untuk memprotes dan bentrok serius dengan personel pencegahan epidemi. (hui)

Wabah di Jilin, Tiongkok Terus Memanas, Pusat Isolasi Kacau Hingga Banyak keluhan dari Warga yang Diisolasi

0

Li Lan, reporter khusus Hong Ning dan Lin Cenxin

Jumlah orang-orang yang terinfeksi COVID-19 di Provinsi Jilin tetap tinggi. Sekretaris partai Provinsi setempat berkoar-koar bahwa wabah akan dibersihkan, Keamanan Umum Changchun segera mengeluarkan mandat pengetatan pengendalian. Pembangunan titik isolasi Fangcang juga ditingkatkan, tetapi pada titik isolasi orang-orang mengatakan bahwa obat-obatan terkadang tak tersedia.

Karena “situasi Wabah di Provinsi Jilin masih parah dan masih berada di tingkat tinggi”, pada 24 Maret, Zhang Li, wakil direktur Komisi Kesehatan Provinsi Jilin, mengatakan bahwa pembangunan titik-titik isolasi Fangcang serta Rumah sakit penampungan Fangcang harus dipercepat.

Pada 22 Maret, Provinsi Jilin telah membangun 13 rumah sakit darurat yakni 5 di Kota Changchun, 7 di Kota Jilin, 1 di Kota Hunchun, 4 rumah sakit darurat yang sedang dibangun serta 3 di Kota Changchun dan 1 di Kota Jilin.

Song Ming (nama samaran) adalah warga Changchun, Provinsi Jilin yang didiagnosis selama tes PCR komunitas. Dia pertama kali dibawa ke Changchun Bei’an Jiajia Holiday Hotel untuk isolasi. Kemudian dibawa ke rumah sakit darurat yang diubah dari Sekolah Xingzhi di Distrik Jiutai, Changchun. Song Ming berkata bahwa manajemen titik isolasi tempat penampungan sangat kacau. Hingga kemudian  1 kotak obat harus dibagi dua orang.

Song Ming  pasien yang dikonfirmasi di Kota Changchun, Provinsi Jilin pada 24 April mengungkapkan, tidak ada pengobatan dan tidak ada yang merawatnya selama tiga hari pertama.  Ia menuturkan, mulai menjalani tes PCR pada Sabtu dan obat yang diberikan di tengah malam, satu hingga 2 kotak obat untuk 2 orang, obatnya tidak cukup, apa yang harus dilakukan?”

Keluarga Xu Fang (nama samaran) di Kota Jilin adalah anggota staf yang berada di garis depan. Setelah  didiagnosis COVID-19, dia adalah orang yang masuk dalam daftar kontak erat dan sekarang berada di isolasi terpusat. Titik isolasi di mana dia berada adalah tempat istirahat para kader.

Xu Fang menambahkan, dia tiba pada 21 Maret, seharusnya ada lebih dari 30 orang di lantai, sekarang mereka harus tinggal di lantai tiga, seharusnya ada lebih dari 100 orang. Kamar yang ditempati memiliki tempat tidur dan kamar mandi terpisah. Tidak ada pasta gigi dan perlengkapan mandi. Orang-orang  belum menggosok gigi mereka selama beberapa hari. Orang-orang membutuhkan pasta gigi, sikat gigi, dan botol air panas. Pada hari mereka tiba di lokasi, telah disampaikan bahwa perbekalan tidak akan datang, sedangkan pada hari ketiga perbekalan juga tak kunjung tiba. Bahkan, pada suatu hari, hanya dibagikan sebotol air minum di pagi hari dan 1 botol di malam hari. Sedangkan siangnya tidak dibagikan. Di kamar mandi ada air panas, dan tidak ada pancuran. Jadi, tak memenuhi syarat untuk mandi. Dalam hal obat-obatan, kadang-kadang ada dan kadang-kadang tidak ada.

Jing Junhai, sekretaris Komite Partai Provinsi Jilin, mengatakan pada 23 Maret bahwa manajemen dan kontrol akan lebih diperkuat di sekitar tujuan membersihkan masyarakat. 

Biro Keamanan Umum Changchun segera mengeluarkan pemberitahuan manajemen ketat pada 24 Maret. Pada saat yang sama, daerah setempat juga meluncurkan apa yang disebut “operasi mengetuk pintu” dan “operasi menyapu” yakni mengetuk pintu dari rumah ke rumah untuk menemukan warga yang terinfeksi.

Chang Xin (nama samaran), seorang karyawan perusahaan logistik di Changchun, Provinsi Jilin membeberkan tingkat sosialnya dibersihkan, warga tidak diizinkan untuk bekerja  selama beberapa hari. Akibatnya berdampak pada ekonomi sosial. Dalam hal pelaporan pajak, apa yang akan digunakan perusahaan untuk membayar Pajak? Jika ada beberapa guncangan, seluruh masyarakat akan berhenti bekerja. Seluruh masyarakat tidak akan menciptakan nilai di masa depan, maka pasti akan menjadi masalah bagi masyarakat umum. Apa yang harus di makan masyarakat. Oleh karena itu, dia akan menempuh jalannya sendiri dan bertindak ekstrem.

Chang Xin  mengatakan bahwa industri logistik mereka pada dasarnya telah berhenti; izin sementara yang dikeluarkan selama blokade membutuhkan biaya, yang juga membuat biaya logistik lebih tinggi. (hui)

Komandan Tentara ke-49 Rusia Tewas, Deretan Jenderal Rusia Dijegal oleh Tentara Ukraina

Luo Tingting

Pihak berwenang Ukraina mengumumkan tewasnya  Letnan Jenderal Yakov Ryazantsev, komandan Korps Senjata Gabungan ke-49 Distrik Militer Selatan Rusia. Media AS baru-baru ini juga mengungkapkan tentang pasukan khusus Ukraina yang bertujuan melacak dan menjegal kepala komandan Rusia. Sejauh ini sebanyak enam jenderal senior Rusia tewas.

Pada 25 Maret, Oleksiy Arestovych, ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan video bahwa Letnan Jenderal Rusia Ryazantsev berada di Chornobayivka dekat Kherson di Ukraina selatan dibunuh oleh militer Ukraina. 

Yakov Ryazantsev berada di bawah komando Korps Senjata Gabungan ke-49 Distrik Militer Selatan Rusia. Militer Rusia belum mengkonfirmasi berita kematian Yakov Ryazantsev.

Menurut laporan “NewTalk, Yakov Ryazantsev memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, berpartisipasi dalam perang Suriah. Ia disebut sebagai “pembunuh sipil” karena membunuh warga sipil selama hidupnya. 

Kovalenko, seorang jurnalis Ukraina yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan bahwa Yakov Ryazantsev telah membual tentang laut pada hari-hari awal perang, mengklaim bahwa perang “akan berakhir dalam beberapa jam.”

Layanan keamanan Ukraina merilis rekaman di mana seorang tentara Rusia mengatakan Yakov Ryazantsev mengatakan kepada mereka pada hari keempat perang bahwa “operasi khusus ini akan berakhir dalam beberapa jam, itu bukan rahasia untuk semua orang,” kata laporan itu. Tetapi invasi sejauh ini belum membuat kemajuan  signifikan.

Prajurit itu berteriak dengan marah: “jika dalam “beberapa jam”kenapa sampai sekarang masih berlangsung . Aku benci situasi ini.” Yakov Ryazantsev berkata kepadanya, “Nak, berjuanglah.”

Rekaman tersebut tampaknya menunjukkan bahwa setiap gerakan Yakov Ryazantsev berada di bawah kendali dinas keamanan Ukraina. Media AS baru-baru ini mengungkapkan bahwa metode komunikasi terbelakang Rusia telah menyebabkan kematian beberapa perwira militer senior di garis depan.

The Wall Street Journal pada 21 Maret mengutip seseorang di lingkaran dalam presiden Ukraina  bahwa di pasukan khusus intelijen militer Ukraina, ada tim yang didedikasikan untuk menemukan dan memenggal kepala perwira militer senior Rusia.

“Mereka mencari jenderal, pilot, komandan artileri terkenal.” Sumber itu mengatakan mereka menemukan bahwa tentara Rusia sering menggunakan peralatan radio yang tidak terenkripsi, sehingga mudah untuk mendapatkan posisinya dengan akurat.

Sebelumnya, menurut informasi resmi Ukraina, setidaknya lima komandan senior Rusia tewas. Termasuk Mayor Jenderal Andrei Sukhovetskiy, Wakil Komandan Korps ke-41, Mayor Jenderal Vitaliy Gerasimov,  Mayor Jenderal Oleg Mityaev, Komandan Divisi Infanteri Bermotor ke-150, Mayor Jenderal Rusia Andrei Kolesnikov, komandan Angkatan Darat ke-29 Korps, dan Letnan Jenderal Andrei Mordvichev, komandan Korps Angkatan Darat ke-8.

Jika berita kematian Letnan Jenderal Yakov Ryazantsev benar, maka dia akan menjadi jenderal Rusia keenam yang tewas dalam aksi.

Selain komandan tentara Rusia, dua komandan Armada Laut Hitam Rusia juga tewas, termasuk Kapten Andrei Paliy, wakil komandan Armada Laut Hitam, dan Alexei Nikolaevich Sharov, komandan Brigade Marinir ke-810 Armada Laut Hitam. 

Kerapnya pembunuhan komandan Rusia juga menyebabkan rendahnya moral dan stagnasi tentara Rusia. Menurut CNN, dua pejabat senior militer NATO mengatakan pada konferensi pers pada 23 Maret bahwa sejauh ini, tentara Rusia telah menewaskan sedikitnya 7.000 orang dan terbanyak 15.000 orang.

Sudah lebih dari sebulan sejak Rusia menginvasi Ukraina,  tentara Rusia belum dapat merebut kota-kota penting di Ukraina, dan serangan terhadap ibu kota Kyiv juga telah diblokir. Pada 25 Maret, Kementerian Pertahanan Rusia tiba-tiba mengumumkan bahwa “tujuan utama dari operasi militer tahap pertama telah selesai”, dan tentara Rusia akan berkonsentrasi untuk menyerang wilayah Donbas di Ukraina timur.

Reuters mengutip seorang diplomat senior di Moskow yang mengatakan, “Pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia adalah cara menyelamatkan muka dan mungkin menjadi awal untuk mengurangi operasi militer Rusia.” Tetapi pengamatan lebih lanjut masih diperlukan untuk membuat penilaian. (hui)

Tentara Rusia Duduki PLTN dan Menculik Walikota Hingga Warga Ukraina Memaksa Tentara Rusia Mundur

NTDTV.com

Sejak Rusia menginvasi Ukraina, kota utara Slavutych, yang jarang mengalami kekerasan, tiba-tiba mendengar tembakan pada 25 Maret. Pasukan Rusia menduduki sebuah rumah sakit dan menculik walikota. Setelah ribuan warga turun ke jalan untuk memprotes, walikota dibebaskan dengan selamat dan tentara Rusia dipaksa kembali ke pinggiran kota

Slavutych terletak sekitar 161 kilometer utara ibukota Kyiv, dekat dengan Belarus. Kota tersebut terletak tepat di luar zona pengecualian keselamatan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang ditinggalkan, didirikan setelah bencana nuklir 1986 untuk menampung karyawan pabrik tersebut.

Gubernur wilayah Kyiv, Oleksandr Pavlyuk, mengatakan pada aplikasi percakapan Telegram pada 26 Maret bahwa tentara Rusia menculik Walikota Yuri Fomichev  dan kemudian membebaskannya.

Pavlyuk mengatakan bahwa ratusan penduduk kota Slavutych, membawa bendera Ukraina dengan ukuran besar, turun ke jalan-jalan di sekitar rumah sakit yang diduduki untuk memprotes invasi Rusia. “Rusia melepaskan tembakan ke udara dan melemparkan bom kejut ke kerumunan massa.  Akan tetapi penduduk tidak bubar, justru lebih banyak orang-orang turun ke jalan.” 

Media lokal melaporkan bahwa Fomichev berbicara kepada orang banyak setelah pembebasannya. 

Dalam sebuah video yang disertifikasi oleh The New York Times, Fomichev mengatakan : “Saya bernegosiasi dengan penjajah selama penahanan, dan kedua belah pihak sepakat bahwa jika pasukan kami tidak memasuki kota, semuanya akan baik-baik saja.” 

“Kota Slavutych masih mengibarkan bendera Ukraina!”

Namun dia menambahkan bahwa tentara Rusia meminta warga untuk menyerahkan senjata mereka, dan  tidak ada lagi polisi militer Ukraina di kota itu. Oleh karena itu, akan mengirim personel yang bertugas untuk menghindari penjarahan, kekacauan dan kekacauan.

Sebelum itu, Fomichev memposting di Facebook bahwa “Slavutych diduduki hari ini dan tiga orang dipastikan tewas.”

Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan bahwa total 5.208 orang dievakuasi dari berbagai kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada 26 Maret, sebanyak 7.331 orang yang berhasil dievakuasi pada hari sebelumnya. (hui)

Shanghai Akan Lockdown, Orang-orang Panik Merebutkan Persediaan Makanan Pada Larut Malam

0

Luo Tingting

Pada Minggu (27/3) malam menjelang beberapa hari lockdown diterapkan, supermarket, toko, dan pasar rakyat di Area Baru Pudong, Shanghai, Tiongkok buka hingga pukul 24:00, dan komunitas yang tertutup untuk sementara waktu dibuka. Rencana tersebut memungkinkan warga keluar untuk membeli pasokan makanan. Video yang beredar menunjukkan, banyak toko makanan segar dipadati orang-orang.  Warga pun harus mengantre  untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

Pada malam 27 Maret 2022, orang-orang di Pudong, Shanghai bergegas memperebutkan membeli persediaan di supermarket, dan beberapa orang membeli beberapa kantong besar mie instan. (Tangkapan layar Weibo)

Ada juga video yang menunjukkan bahwa beberapa warga datang terlambat. Hingga kemudian  menemukan bahwa rak supermarket telah kosong, dan beberapa orang berkelahi karena memperebutkan persediaan makanan.

Keterangan Foto : Pada malam 27 Maret 2022, warga Shanghai dengan panik berebut berbelanja, dan beberapa orang membeli satu troli penuh daging ham. (Tangkapan layar Weibo)

Beberapa netizen juga memposting hasil belanja mereka secara online, dan rumah mereka dipenuhi dengan berbagai sayuran.

Pada 28 Maret pagi, warga Shanghai memotret bahwa arah Pudong sudah mulai melaksanakan persiapan penutupan kota, jalan penuh dengan mobil polisi dan kenderaan tidak boleh melintas.

Pada malam 27 Maret 2022, warga Shanghai dengan panik berebut berbelanja, dan beberapa orang membeli satu troli penuh daging ham. (Tangkapan layar Weibo)

Berita penutupan Kota Shanghai dan Panic Buying menyebabkan diskusi panas di Internet: “Setelah Pudong ditutup, Puxi ditutup, semua orang segera memperebutkan sayuran, dan harga sayuran meroket. Saat membeli sayuran secara online, hal demikian menunjukkan bahwa bisnis sudah penuh untuk memesan, dan Anda tidak bisa memakannya lagi. Wow…”

Ada lagi warga yang mengungkapkan : “Saudara-saudara, dengarkan aku, rebut! Aku di Jilin, dan aku tahu pentingnya ini. Sudah lima belas atau enam hari berturut-turut, aku hanya bisa makan sekali sehari. Sekarang pemerintah mengatakan persediaan cukup, tetapi saya belum menerimanya. Ketika punya kesempatan merebutnya jangan ragu-ragu dan terlambat.”

“Tidak banyak waktu tersisa bagi penduduk Pudong untuk membeli sayuran, tidak banyak makanan yang tersisa untuk penduduk Puxi. Desas-desusnya kota menjadi gila. Agak keterlaluan.”

(Tangkapan layar Weibo)

Bahkan ada tulisan lainnya berbunyi : “Seorang remaja yang sudah diisolasi 17 hari mengatakan karena tidak ada stock makanan mengatakan izinkan saya memberitahu Anda, perbanyak stock persediaan, makanan enak, dan buah-buahan, terutama jika ada orangtua dan anak-anak di rumah, Anda harus membeli banyak bahan persediaan. Menunggu mereka memberikan makanan adalah mustahil kalian akan mati  kelaparan~”

Ada juga netizen yang khawatir dengan risiko penyebaran pandemi saat berbelanja di kerumunan: “Semua orang keluar untuk membeli sayuran tadi malam… Diperkirakan akan ada lebih banyak orang yang terinfeksi di masa depan.” banyak Video yang memposting tempat belanja padat dengan orang-orang yang berebutan berbelanja. Para pemimpin yang tiba-tiba mengumumkan kebijakan apakah tidak memikirkan situasi ini, saya tidak mengerti, tidakkah mereka khawatir tentang kerumunan orang ramai?

Rumah seorang warga Shanghai dipenuhi dengan sayuran dan buah-buahan. (Tangkapan layar video)

“Aku benar-benar tidak mengerti keputusan untuk membuka blokir sementara. Pertemuan besar, kawanan manusia berkerumun memperebutkan makanan, apakah buka sia-sia  tes asam nukleat dan isolasi, telah menjadi hancur .” Bukankah pertemuan dengan orang lain, Manajemen kacau dan pencegahan dan pengendalian epidemi, tidak peduli seberapa histerisnya, maka itu tidak di luar kendali. Ini Shanghai, agak keterlaluan. Fakta sekali lagi membuktikan bahwa sanggahan rumor pejabat resmi adalah kebenaran.”

Lonjakan Infeksi di Shanghai Memaksa “Menutup Kota”

Shanghai, dengan penduduk 25 juta jiwa, selalu menolak untuk memberlakukan Lockdown. Alan tetapi lebih memilih menerapkan apa yang disebut “pencegahan dan pengendalian yang tepat.” Namun demikian, dalam menghadapi serangan Omicron, jumlah infeksi di Shanghai terus melonjak.

Pejabat setempat melaporkan 3.500 kasus infeksi baru pada 27 Maret, sebuah angka tertinggi terbaru. Karena partai Komunis Tiongkok kerap menutupi kebenaran pandemi, dunia luar mempertanyakan  jumlah angka sebenarnya dari kasus infeksi mungkin lebih tinggi.

Shanghai terpaksa mengumumkan kota tersebut akan ditutup mulai 28 Maret. Pihak berwenang tidak menggunakan kata “penutupan kota “, menyebutnya “penutupan dan kontrol batch”. Lockdown gelombang pertama akan dilakukan di Pudong, Punan dan sekitarnya. Akan dilakukan screening tes COVID-19 secara massal. Lockdown akan dicabut pada pukul 05:00 pagi pada 1 April. Pada saat yang sama, area utama di area Puxi terus menerapkan manajemen penutupan dan pengendalian.

Gelombang kedua adalah “menegakkan penguncian” di area Puxi mulai pukul 03:00 pada 1 April, dan melakukan penyaringan tes COVID-19, dan penguncian akan dicabut pada pukul 3:00 pada 5 April.

Selama periode penutupan dan kontrol, semua orang akan tinggal di rumah, orang-orang dan kendaraan hanya diizinkan masuk dan tidak boleh keluar. Termasuk semua perusahaan akan menerapkan produksi tertutup atau bekerja dari rumah. Di area tertutup, pengoperasian bus, kereta bawah tanah, feri, taksi, dan panggilan mobil online ditangguhkan.

Pejabat Shanghai mengatakan bahwa untuk mencapai “pembersihan dinamis sosial”, ditegakkan prinsip “jangan datang ke Shanghai kecuali jika perlu, dan jangan tinggalkan Shanghai kecuali jika perlu, dan tinggalkan Shanghai dengan sertifikat asam nukleat negatif dalam waktu 48 jam”.

Dengan munculnya kembali wabah pada tahun ini, Shanghai berusaha menghindari penguncian total. Pada 26 Maret, Wu Fan, anggota Shanghai Leading Group untuk Pencegahan dan Pengendalian Epidemi dan Wakil Dekan Shanghai Medical College Universitas Fudan, mengatakan bahwa Shanghai mempengaruhi ekonomi nasional dan bahkan global dan tidak dapat ditutup.

Namun demikian, di bawah kebijakan nol kasus paksa Beijing, Shanghai sebenarnya berada di kota semi-tertutup. Liu Piao Piao, yang tinggal di Shanghai, memposting di Facebook pada 25 Maret bahwa semua orang di kelompok penduduk akan melakukan kerusuhan, karena sekarang lebih sulit untuk mendapatkan makanan daripada membeli tiket untuk konser Zhang Huimei. Sistem blokade Shanghai adalah kelompok kekacauan.

Liu Piaopiao berkata: “Lagi pula, sekarang tanpa berkata apa-apa sudah memblokir, akan diblokir berapa lama kah? Kapan akan dibuka blokirnya? Apa dasar untuk membuka blokir, sama sekali tidak ada penjelasan, ini menyebabkan penduduk menjadi meledak emosinya, karena semua orang harus bekerja mencari nafkah.” (hui)

Mengapa Klarifikasi Beijing Soal Tidak Membantu Militer Rusia Tidak Membuat Masyarakat Internasional Percaya ?

0

oleh Huang Chunmei

Di KTT NATO Pada 24 Maret 2022, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan Tiongkok agar tidak memberikan bantuan ekonomi dan militer kepada Rusia. Juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Wu Qian dalam tanggapannya mengatakan bahwa apa yang dituduhkan banyak pihak tentang militer Tiongkok memberikan bantuan kepada Rusia adalah informasi yang sepenuhnya salah. Namun analisis mengatakan bahwa Tiongkok berada dalam dilema tidak ingin melihat kekalahan Rusia di satu sisi dan menjadi satu-satunya pesaing strategis Amerika Serikat di sisi lain, sehingga bantuan diberikan secara terselubung.

Situs web Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok dalam artikel tentang situasi di Ukraina menyebutkan : Para pejabat AS telah berulang kali mengklaim bahwa Rusia telah meminta Tiongkok memberikan bantuan peralatan militer. Juru bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian dalam menanggapi isu tersebut mengatakan : “Perlu ditekankan bahwa pihak Tiongkok memiliki sikap yang konsisten dan jelas dalam isu Ukraina. Selama ini kami selalu memainkan peran konstruktif dalam membujuk perdamaian dan mempromosikan pembicaraan”.

Wu Qian mengatakan bahwa prioritas utama sekarang adalah agar semua pihak menahan diri, dan mendorong solusi diplomatik daripada membuat situasi semakin memnas. Dia juga menuding Amerika Serikat agar segera berhenti menyebar desas desus, fitnahan dan ucapan yang mengada-ada.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Wu Qian mengklarifikasi bahwa Tiongkok tidak membantu Rusia. (dari situs web Kementerian Pertahanan Tiongkok)

Mengacu pada peran Beijing dalam krisis, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan dalam pertemuan puncak NATO : “Para pemimpin Sekutu meminta Tiongkok untuk tidak mendukung Rusia dalam invasi ke Ukraina. Tiongkok tidak diperkenankan untuk memberi bantuan ekonomi atau militer kepada Rusia. Sebaliknya, Beijing harus menggunakan pengaruhnya yang signifikan terhadap Rusia untuk memberikan solusi damai”.

Selain Stoltenberg, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan ketika ditanya soal apakah Gedung Putih dalam pembicaraan antara Biden – Xi Jinping ada mencium gelagat Tiongkok mendukung militer Rusia, Sullivan menjawab : Selama dialog, tidak menunjukkan ada indikasi Tiongkok membantu militer Rusia, tetapi Amerika Serikat akan terus melakukan pemantauan. Ia menekankan kembali bahwa Presiden AS Biden telah menjelaskan kepda Xi Jinping “Jika Tiongkok memberikan bantuan militer kepada Rusia, maka Beijing akan menghadapi konsekuensinya”.

Karena latihan militer gabungan secara reguler jadi timbul dugaan Tiongkok membantu militer Rusia

Meski pemerintah Tiongkok dari Kementerian Luar Negeri sampai Kementerian Pertahanan Nasional berulang kali melakukan klarifikasi, mengapa masyarakat internasional masih skeptis ? Jie Zhong, seorang peneliti dari China Strategic Foresight Association, dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia ia mengatakan bahwa Tiongkok dan Rusia banyak melakukan pertukaran militer satu sama lain, termasuk kedua belah pihak secara teratur mengadakan latihan bersama. Sebelum itu, kedua belah pihak menunjukkan sikap saling mendukung dan kerjasama. Sedangkan Tiongkok dan Rusia memiliki perbatasan darat, sehingga orang akan berpikir bahwa Tiongkok bisa memberikan dukungan kepada Rusia.

“Saya tidak berpikir Rusia kekurangan amunisi tradisional. Masalahnya sekarang adalah ia (Rusia) tidak dapat mengumpulkan logistik itu dan mengirimnya ke garis depan pertempuran. Jika Tiongkok ingin memberikan bantuan militer kepada Rusia, bantuannya tidak akan berupa seperti sistem senjata utama, karena itu sulit disembunyikan, mudah diketahui orang. Rusia tidak kekurangan dalam jumlah, tetapi efisiensi dalam pengiriman ke garis depan itu yang terlalu buruk”, kata Jie Zhong.

Dari segi kesiapan militer, Jie Zhong menganalisis bahwa Tiongkok saat ini telah mengembangkan sistem senjatanya sendiri, meskipun jet tempur J-16 masih memiliki bayangan Rusia, tetapi berbeda dengan pesawat militer Rusia. Selain itu, dalam hal peralatan darat seperti artileri dan kendaraan tempur, Tiongkok juga memiliki sistem persenjataan daratnya sendiri. ‘Amunisi presisi’ yang tidak dimiliki Rusia saat ini juga berbeda dengan sistem yang dimiliki Tiongkok. Jika Tiongkok benar-benar mengirim senjata ini ke Rusia, itu akan langsung diketahui orang. Karena itu, Jie Zhong memperkirakan bahwa bantuan Tiongkok paling-paling berupa pasokan komponen senjata atau chip utama yang pengirimannya dilakukan lewat zona abu-abu.

Jie Zhong mengatakan : “Saat ini, banyak chip yang sulit dibedakan penggunaannya antara untuk militer atau sipil. Di permukaan, chip itu dijual ke perusahaan swasta Rusia. Tetapi setelah sistem ini dimodifikasi, dapat digunakan untuk kebutuhan militer. Saya pikir sedikit banyak negara-negara tahu bahwa sulit untuk dapat dicegah secara penuh, tetapi setidaknya tidak membiarkan hal itu terjadi secara terang-terangan bahkan dalam skala besar”.

Menteri Luar Negeri Taiwan Jaushieh Joseph Wu mengatakan bahwa perang Rusia – Ukraina membuat Tiongkok mengekang niatnya untuk menyerang Taiwan. (Foto Kementerian Luar Negeri Taiwan)

Menlu Taiwan : Perang Rusia – Ukraina membuat Tiongkok mengekang niatnya untuk menyerang Taiwan

Selama berlangsungnya perang Rusia – Ukraina, semua pihak selain mengawasi dengan cermat apakah Tiongkok membantu Rusia, tetapi juga memperhatikan apakah Tiongkok mengambil kesempatan untuk menyulut konflik di Selat Taiwan.

Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu dalam sebuah wawancara video dengan ‘The Globe and Mail’ Kanada pada 23 Maret menyebutkan, bahwa Taiwan terus mengikuti perkembangan situasi perang di Ukraina, persatuan negara-negara demokratis untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia, dan tekad perjuangan rakyat Ukraina untuk melawan agresi asing telah membuat Rusia mengalami serangkaian kekalahan di Ukraina.

Joseph Wu menekankan bahwa jika Beijing ingin menyatukan Taiwan dengan kekuatan senjata, maka ia harus melancarkan serangan lewat udara dan laut, belum lagi Taiwan memiliki senjata pertahanan berteknologi tinggi yang tidak dimiliki Ukraina, sehingga untuk menduduki Taiwan harus melewati kesulitan yang lebih tinggi daripada yang dihadapi Rusia di Ukraina.

Joseph Wu percaya bahwa semangat juang heroik rakyat Ukraina dan sanksi ekonomi berat yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat kepada Rusia “seharusnya mendorong Tiongkok untuk berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari menyulut api perang, dan mengekang niatnya untuk merebut Taiwan,” katanya. (sin)

Sumber : Radio Free Asia

Ukraina Berhasil Merebut Kembali Kota di Perbatasan dengan Rusia — Trostianets

Aboluowang

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pada Sabtu (26/3/2022) bahwa setelah pertempuran sengit antara pasukan Ukraina dengan pasukan Rusia, pihaknya berhasil merebut kembali wilayah Sumy timur laut dan kota Trostianets yang dekat dengan perbatasan Rusia. Tentara Rusia melarikan diri setelah meninggalkan sejumlah besar senjata, peralatan dan amunisi.

Kementerian Pertahanan Ukraina yang mengutip berita dari Brigade ke-93 Angkatan Bersenjata Ukraina, melaporkan bahwa atas bantuan dari pasukan garda lokal dan pasukan gerilya, pihaknya berhasil merebut kembali Kota Trostianets di wilayah Sumy yang sempat diduduki tentara Rusia. Demikian laporan ‘Agence France-Presse’ dan kantor berita negara Ukraina pada 26 Maret. 

Menurut pernyataan dari Kementerian Pertahanan Ukraina, bahwa pasukan Rusia melarikan diri dengan meninggalkan sejumlah besar senjata, peralatan dan amunisi dari Trostianets setelah berlangsung pertempuran sengit. 

Dari foto di atas terlihat tentara dan warga sipil Ukraina berdiri di depan bangunan yang rusak parah, dan peralatan militer rusak yang diduga milik tentara Rusia.

AFP menyebutkan, bagi tentara Ukraina yang melancarkan operasi serangan balasan di beberapa daerah dan keberhasilan dalam merebut kembali Trostianets memiliki makna simbolis.

 Kota Trostianets adalah salah satu kota yang paling awal diduduki pasukan Rusia sejak invasi dilakukan. Ia terletak di antara Kota Sumy dengan kota terbesar kedua Kharkov, yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Sumy. Kota ini diserang oleh pasukan Rusia setelah pecahnya perang. (sin)

Warga Shenzhen Marah Karena Bertahan Hidup Setelah Lockdown Terus Menerus Merengut Nyawa

0

Gu Xiaohua dan Qiao An

Shenzhen telah ditutup selama sebulan, menyebabkan beberapa orang tewas kelaparan. Sebagai akibat parahnya epidemi. baru-baru ini, jurnalis Epoch Times mewawancarai tetangga mendiang untuk mengetahui lebih banyak tentang kebenaran yang terjadi.

Lin Nan, seorang penduduk Distrik Nanshan, Shenzhen, mengatakan: “Orang yang meninggal bersebelahan dengan kami. Dia masih sangat muda. Dia berusia 30-an. Banyak orang mengatakan dia berusia 37 tahun.”

Lin Nan, seorang penduduk Distrik Nanshan, Shenzhen mengatakan “banyak orang mengatakan bahwa dia diisolasi sampai mati, tetapi pejabat tidak memberitahukan kami dengan jelas bagaimana cara dia mati.”

Mendiang tinggal di No 17, Siheng Lane, Nantouguankou, Distrik Nanshan, Shenzhen. Masyarakat setempat mengatakan bahwa keluarga mendiang tidak dapat menghubunginya. Setelah mencari bantuan dari management komplek, manajemen mengetuk pintunya untuk memeriksa dan menemukan bahwa dia sudah tak bernyawa

Tapi tetangga tidak puas dengan jawaban pihak manajemen.

Lin Nan, warga Distrik Nanshan, Shenzhen mengungkapkan: “Orang yang tinggal di sebelah dia (mendiang) mengatakan bahwa mereka melaporkannya ke manajemen komplek, karena mayatnya hingga rumahnya sudah mengeluarkan bau, karena dia tinggal di lantai pertama.”

Lin Nan, seorang penduduk Distrik Nanshan, Shenzhen, mengatakan, “Orang-orang di sini tidak tahu bagaimana dia meninggal dunia. Beberapa orang mengatakan bahwa, dia meninggal dunia karena kelaparan. Beberapa orang mengatakan bahwa, dia mungkin meninggal dunia karena terlalu banyak bermain ponsel, dan beberapa orang mengatakan bahwa dia meninggal karena bunuh diri.”

Selain mendiang, banyak warga lainnya di komunitas itu juga berada di ambang kehancuran emosional.

Lin Nan juga mengatakan, “ada yang tinggal di sebelah kami, dan seorang ingin melompat dari gedung, tetapi diseret kembali oleh orang-orang.”

Warga itu juga menambahkan, “Ada seorang semalamnya. Dia telah diisolasi terlalu lama. Dia memiliki tekanan darah tinggi. Dia memukuli putranya. Sedangkan Putranya masih seorang remaja.”

Bahkan, pihak berwenang hanya mengirim makanan lima kali sejak komunitas ditutup selama sebulan.

“Dibagi sekaligus. Satu kali itu mie instan, setelah diisolasi selama sebulan. Hanya dibagikan makanan 5 kali, hanya 5 kali,” ujarnya. 

Adapun dalam hal sayuran, karena  tidak memiliki hal positif di sini, warga pergi ke gerbang besi untuk memprotes, dan kemudian sekretaris manajemen datang, dan dia hanya memberi sayuran sekali dan tanpa daging. 

Anak berusia setahun di keluarga Lin Nan awalnya memiliki berat lebih dari 20 kilogram. Setelah disegel selama hampir sebulan, beratnya turun menjadi 17 kilogram. Karena dia hanya bisa makan mie, nutrisi anak yang sedang tumbuh benar-benar tidak dapat dipenuhi.  Dia telah berulang kali meminta bantuan dari manajemen, akan tetapi  ditolak. (hui)

Video Menunjukkan Para Petani Tiongkok Diperintahkan Mengubah Hutan Menjadi Ladang Biji-bijian Di Tengah Ketakutan Akan Kekurangan Pangan

0

Ellen Wan

Sebuah video yang beredar di media sosial Tiongkok menunjukkan bahwa pihak berwenang setempat di Weifang, Provinsi Shandong, memerintahkan para petani untuk “menebang pohon-pohon” untuk membuat lahan yang tersedia untuk produksi biji-bijian. Hal ini muncul karena banyak orang di Tiongkok takut akan kekurangan makanan yang akan segera menjadi sebuah masalah serius.

Dalam video tersebut, seorang petani, yang merekam secara sebagai selfie, berkata, “Kami baru saja menerima sebuah pengumuman bahwa kami diharuskan menebang pohon-pohon ini dan menanam biji-bijian sebagai gantinya, bahkan jika secara keuangan hal ini berakhir dengan kerugian. Harga-harga komoditas adalah sangat tinggi saat ini—–pupuk, pestisida, dan harga-harga sangat tinggi.”

Di latar belakang, banyak pohon telah ditebang, beberapa pohon dengan akar-akar yang terpapar. Petani-petani lain telah menebang sebagian besar pohon yang sudah tumbuh besar.

Pada saat yang sama, seorang pembicara di desa itu mengumumkan bahwa pohon-pohon tidak boleh ditanam di lahan pertanian, dan tanah tidak boleh digunakan untuk kolam-kolam ikan atau pohon buah-buahan. Pohon-pohon harus ditebang dalam jangka waktu yang terbatas, jika tidak, pohon-pohon itu akan “dibunuh” secara paksa oleh pihak-pihak berwenang.

Kemudian, pria lain yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang pria di Jining, Provinsi Shandong, mengatakan bahwa pihak-pihak berwenang setempat memaksa mereka untuk menebang pohon untuk bercocok tanam karena Tiongkok mengalami krisis kekurangan pangan.

“Gergaji-gergaji untuk menebang pohon sekarang kehabisan stok di toko-toko setempat. Di masa lalu, kami diberitahu, ‘jika anda ingin kaya, pertama-tama, tanamlah beberapa pohon,’ sekarang mereka memberitahu kami bahwa kami dilarang menanam pohon-pohon,” kata pria itu.

Seorang pejabat pemerintah daerah Provinsi Shandong mengatakan kepada Epoch Times berbahasa Mandarin: “Bahkan kolam-kolam ikan harus digunakan untuk bercocok tanam. Anda harus melakukan apa yang Partai Komunis Tiongkok minta anda lakukan.”

Komentator urusan terkini yang berbasis di Jepang bernama Yang Si, menunjukkan bahwa sebagian besar tanah di Provinsi Shandong adalah tanah kuning dan daerah tersebut rawan kekeringan. Peniadaan pohon-pohon dapat dengan mudah menyebabkan erosi tanah.

Selain itu, tanah tempat pohon-pohon itu ditanam harus mendapatkan lebih dari jumlah rata-rata pupuk dan pestisida untuk dapat menghasilkan produk panen yang baik, kata Yang Si.

“Para petani akan kesulitan mendapatkan keuntungan, karena biaya pupuk dan pestisida yang meningkat,” jelas Yang Si.

Dampak Perang

Perang Rusia-Ukraina juga berdampak pada impor-impor pangan Tiongkok.

Dalam artikel 17 Maret, Jaringan Informasi Industri Pakan Tiongkok melaporkan bahwa karena perang Rusia-Ukraina, Rusia telah menangguhkan ekspor biji-bijian seperti gandum dan agung; sementara Ukraina telah melarang ekspor gandum dan komoditas dalam jumlah besar. Artikel itu juga mengakui bahwa tingkat swasembada Tiongkok untuk biji-bijian, jagung, dan kedelai adalah relatif rendah.

Per 2021, Ukraina menggantikan Amerika Serikat menjadi pemasok jagung yang terbesar di Tiongkok, sebagian dikarenakan perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok. Berdasarkan data bea cukai Tiongkok, 70 persen impor jagung Tiongkok berasal dari Ukraina pada 2021.

Ukraina juga merupakan pemasok utama jelai Tiongkok. Sekitar 54 persen dari ekspor jelai Ukraina dijual ke Tiongkok dari 2020 hingga 2021, terhitung 28 persen dari total impor jelai Tiongkok.

Menurut data dari Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok, Tiongkok mengimpor total 164,539 juta ton biji-bijian pada 2021, tahun-ke-tahun meningkat sebesar 18,1 persen. Impor-impor tersebut menyumbang 24,1 persen dari total produksi biji-bijian sebesar 682,85 juta ton. Ini berarti ketergantungan Tiongkok terhadap impor hasil panen luar negeri sebesar 19,4 persen.

Xue Chi, seorang cendekiawan mengenai masalah Tiongkok, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa krisis makanan Tiongkok sangat berakar pada ketidakmampuan pemerintahan Partai Komunis Tiongkok. 

“Partai Komunis Tiongkok tidak pernah berhasil membangun sebuah sistem produksi pertanian modern. Pembangunan pertanian oleh Partai Komunis Tiongkok jauh tertinggal di belakang pembangunan industrinya,” kata Xue Chi.

“Industri pertanian Partai Komunis Tiongkok bukan saja tidak mampu bersaing dengan negara-negara maju, bahkan tidak dapat memenuhi permintaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh sistem Partai Komunis Tiongkok,” ujar Xue Chi.

Zhang Sutian, seorang komentator independen yang berbasis di Amerika Serikat dengan 20 tahun pengalaman di industri makanan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa penipuan dan korupsi yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok adalah pendorong utama krisis pangan di Tiongkok.

Banyak depot biji-bijian yang sebenarnya kosong karena korupsi, kata Zhang Sutian, namun situasi tersebut ditutup-tutupi, sebuah masalah yang semakin serius dari tahun ke tahun.

Zhang Sutian menunjuk sebuah peristiwa sebelumnya ketika Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin mengirim sebuah tim untuk memeriksa Cadangan Biji-bijian Tiongkok untuk pertama kalinya pada Mei 2013. Segera setelah itu, 78 depot biji-bijian langsung berada di bawah Cadangan Biji-bijian Tiongkok di Provinsi Heilongjiang “terbakar.”

Cadangan biji-bijian Tiongkok adalah setara dengan sebuah utang macet yang sangat besar, di mana terlalu banyak kelompok kepentingan yang terlibat, kata Zhang Sutian.

Xue Chi percaya bahwa secara historis, bencana alam, pandemi, dan kelaparan telah sering terjalin, dan kali ini tidak terkecuali.

“Selain itu, karena kecurangan, penipuan, dan segala macam kekacauan yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok, krisis pangan di Tiongkok saat ini adalah salah satu yang terburuk dalam sejarah kontemporer Tiongkok. Begitu tirai gelap dirobek dan kebenaran terungkap, bencana akan di luar kendali,” kata Xue Chi. (Vv)