Home Blog Page 607

KTT NATO Menghasilkan 3 Keputusan Besar Sebagai Tanggapan Atas Sebulan Invasi Rusia ke Ukraina

oleh Jin Shi

Menanggapi sebulan invasi Rusia ke Ukraina, NATO mengadakan pertemuan puncak khusus dan mengumumkan tiga putusan yang telah diambil. Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS akan menanggapi jika Rusia menggunakan senjata kimia.

Pada 24 Maret, para pemimpin dunia Barat berkumpul di Brussel, Belgia untuk menghadiri 3 KTT kelas berat dalam sehari.

Setelah acara pembukaan KTT NATO, para pemimpin dari berbagai negara berfoto bersama di depan markas NATO, baik untuk menunjukkan kekompakan maupun untuk memperingati KTT khusus yang diadakan dalam situasi darurat akibat invasi Rusia ke Ukraina ini.

Pertemuan berlangsung sekitar dua jam, di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berpidato di KTT itu melalui video, menyerukan NATO untuk memberikan Ukraina lebih banyak bantuan militer.

Volodymyr Zelensky mengatakan : “Kalian memiliki ribuan jet tempur, tetapi kami belum memperoleh satupun. Kalian memiliki sedikitnya 20.000 tank, dan Ukraina hanya menginginkan 1% dari itu, berikan kepada kami atau jual kepada kami”.

Usai KTT, NATO mengeluarkan pernyataan atas 3 keputusan yang diambil :

Satu, Terus memberikan bantuan militer kepada Ukraina. (Termasuk senjata anti-tank, senjata anti-pesawat, drone, dan peralatan melawan senjata biologi dan kimia serta senjata nuklir)

Dua, Terus memperkuat pengerahan militer ke Eropa Timur. Yakni menambah 4 kelompok pasukan tempur di Hongaria, Slovakia, Bulgaria dan Rumania, sehingga total pasukan NATO di Eropa Timur menjadi 40.000 orang

Tiga, Setuju untuk meningkatkan pembelanjaan pertahanan oleh negara-negara anggota NATO. (mengizinkan pengeluaran pertahanan mencapai mendekati 2% dari PDB negara)

Selain itu, pernyataan tersebut secara khusus meminta semua negara, termasuk Tiongkok untuk tidak mendukung operasi militer Rusia dengan cara apa pun.

Selain KTT NATO, KTT G7 dan Dewan Uni Eropa juga diadakan pada hari yang sama. Presiden AS Biden menghadiri ketiga KTT itu dan mengadakan konferensi pers usainya.

Biden mengatakan : “Anggota NATO belum pernah sekompak seperti yang terjadi hari ini”.

Biden mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memberikan tambahan dana USD. 1 miliar bantuan kemanusiaan untuk Ukraina dan akan menjatuhkan sanksi pada lebih dari 400 individu dan entitas Rusia.

Seorang wartawan bertanya, apakah Amerika Serikat dan NATO akan menanggapi secara militer jika Putin menggunakan senjata kimia.

Joe Biden menjawab : “Kami akan merespons (dalam bentuk tertentu). Jika dia (Putin) menggunakannya, kami akan merespons. Sifat respons bergantung pada sifat senjata yang dia gunakan”.

Biden juga memperingatkan Tiongkok bahwa mereka akan menderita kerugian besar jika membantu Rusia.

“Saya pikir Tiongkok dapat memahami bahwa ekonomi masa depannya lebih bergantung pada hubungannya dengan Barat daripada dengan Rusia”, katanya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan bahwa Inggris akan memasok kepada Ukraina senjata yang lebih mematikan untuk pertahanan, termasuk 6.000 buah rudal.

“Jika Putin menggunakan senjata kimia, itu akan menjadi bencana baginya”, kata Johnson.

24 Maret adalah tepat 1 bulan pasukan Rusia menginvasi Ukraina. Namun sejauh ini, militer Rusia masih belum mencapai tujuan militer utamanya bahkan langkah penyerangannya terhalang selain oleh perlawanan yang gigih dari pasukan Ukraina, juga jatuhnya moran tempur pasukan Rusia karena kurangnya pasokan.

Di ibukota Kyiv, konvoi Rusia masih diblokir di pinggiran kota. Pada hari itu 24 Maret, kota Kyiv cukup tenang.

Tentara Ukraina Valeri Vishtalyuk mengatakan : “Rakyat Ukraina belum pernah bersatu padu seperti saat ini. Hal mana membuat saya sangat senang. Rusia menginvasi negara kami itu adalah suatu kesalahan besar.” (sin)

Angka Pernikahan Tiongkok Tahun 2021 Mencapai Titik Terendah Dalam 36 Tahun Terakhir

0

NTDTV.com

Angka pernikahan Tiongkok tahun 2021 telah mencapai titik terendah selama 36 tahun terakhir.

Menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Urusan Sipil Tiongkok, jumlah pernikahan penduduk usia nikah di daratan Tiongkok terus menurun dari tahun ke tahun. 

Pada tahun 2019, turun di bawah 10 juta pasangan. Pada tahun 2020 turun di bawah 9 juta pasangan, dan pada tahun 2021 hanya 7,636 juta pasangan. Ini adalah angka terendah sejak tahun 1986.

Analis percaya bahwa penyebab dari penurunan angka pernikahan di daratan Tiongkok itu adalah : Pertama, karena kebijakan keluarga berencana selama ini yang menyebabkan jumlah populasi muda semakin sedikit. Ditambah lagi dengan fenomena dimana banyak anak-anak muda yang takut berkeluarga. Seorang pejabat kantor catatan sipil di Provinsi Hebei mengatakan, bahwa anak muda takut menikah, tidak berani berkeluarga. “Ada yang melihat banyaknya perceraian yang terjadi di orang-orang sekitar mereka, sehingga takut berkeluarga”.

Kedua, karena situasi ekonomi yang memburuk sebagai dampak dari epidemi. Hal tersebut juga mempengaruhi keinginan kaum muda untuk menikah.

Di samping itu, faktor lain yang ikut memberikan dampak terhadap penurunan angka pernikahan di Tiongkok adalah pincangnya rasio pria dan wanita. (sin)

Menelisik Akar Fenomena Gandrungi Rusia

0

ISWAHYUDI

Uraa! Itu satu kata yang diucapkan Vladimir Putin di depan militernya. Dan kata Uraa juga mewarnai jagad dunia maya Indonesia baik untuk konten yang serius maupun parodi. Dan lebih mengejutkan berdasarkan sebuah artikel di thediplomat.com (9/3) berjudul “Why are Indonesian Netizen expressing Support for Russian Invasion of Ukraine1?” mengatakan bahwa mayoritas warganet Indonesia termasuk beberapa komentator juga menunjukkan fakta mengejutkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia (atau setidaknya mereka yang aktif daring), terus bersimpati dengan Rusia atau mengekspresikan dukungan atas invasi Rusia ke Ukraina.

Di media sosial tanah air, semisal Twitter, ciutan pro-Rusia dibagikan secara luas di antara orang Indonesia dan menunjuk ke beberapa akademisi Indonesia yang secara terbuka mendukung posisi Rusia, atau sikap pemerintah Indonesia yang relatif hati-hati, bahkan banyak kanal Youtube membuat narasi pro Rusia dengan berbagai angle untuk meyakinkan bahwa invasi Rusia yang melanggar kedaulatan negara lain sebagai hal yang dibenarkan secara moral atau sudah dinubuatkan.

Dalam sebuah diskusi daring2 yang yang diselenggarakan oleh Universitas Nasional (UNAS) pada 24 Februari 2022. Dalam acara tersebut, presentasi dari Dr. Ahmad Fahrurrodji, seorang pengamat Rusia yang berbasis di UNAS, dilaporkan sangat bias sehingga mendo- rong Vasyl Hamianin, duta besar Ukraina untuk Indonesia, yang juga mengambil bagian dalam diskusi, menggambarkannya sebagai “propaganda komunis Soviet”.

Sebuah Artikel di South Morning Post3 melaporkan beberapa faktor yang menyebabkan kecenderungan warganet Indonesia yang condong kepada Putin.

Pertama, warganet Indonesia banyak terpengaruh  propaganda/narasi  yang   berasal dari pasukan lima sen Tiongkok. Dalam pesan-pesan yang beredar di group WA etnis Tionghoa di Indonesia banyak beredar narasi analogi menjelaskan mengapa Rusia menginvasi Ukraina, menyamakan Moskow seperti seorang suami yang telah lama menderita, dan membiarkan istrinya yang tidak tahu berterima kasih untuk menjaga anak-anak mereka setelah meminta cerai. Dia bahkan melunasi hutangnya. Tapi mantan istri itu kemudian terlibat dengan pengganggu desa – Amerika Serikat dalam analogi ini – dan berteman dengan sekelompok pelacur (sekutu AS) dan menodai nama mantan suaminya. Pria itu kehilangan kesabaran dan menuntut kembalinya satu anak (Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014), tetapi sang istri juga mulai memperlakukan anak- anak lain dengan buruk, memaksa pria itu untuk menghadapinya.

Selain itu banyak narasi yang menyamakan invasi Rusia ke Ukraina seperti AS menyerang Irak pada 2003 untuk menghancurkan senjata pemusnah massal dan menggulingkan diktator Saddam Hussein. Kezia Dewi, seorang mahasiswa doktoral Indonesia di universitas Belgia KU Leuven, mengatakan dia telah melihat banjir pesan pro-Putin yang dibagikan di grup media sosial yang digunakan oleh orang Tionghoa Indonesia.

Kedua, sentimen umat muslim yang anti AS dan barat berkontribusi pada sikap mayoritas warganet Indonesia pro Putin. Radityo Dharmaputra, peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur, Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, mengatakan Rusia telah berusaha untuk meningkatkan citranya dalam hubungannya dengan dunia muslim setelah berakhirnya Perang Chechnya II pada 2000. Radityo mengatakan Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov, seorang loyalis Kremlin, memiliki daya tarik yang besar di kalangan Muslim Indonesia. Komentar Kadyrov diliput di media berbahasa Indonesia dan dia dipandang sebagai ikon Muslim.

“Ada persepsi bahwa Putin lebih pro -Islam daripada AS, meski nodanya masih tertinggal diingat oleh generasi tua ketika Rusia menyerbu Chechnya dan ketika Uni Soviet melakukan hal yang sama ke Afghanistan,” katanya merujuk pada intervensi Uni Soviet di Afghanistan pada 1979. Salah satu faktor yang memotivasi Moskow untuk melakukannya adalah ketakutan bahwa Afghanistan mungkin beralih loyalitas ke Barat.

Ketiga, banyak sarjana dan pakar di Indonesia yang pro-Putin. Salah satunya adalah Dina Yulianti Sulaeman, yang mengajar di Universitas Padjajaran di kota Bandung Jawa Barat dan direktur Pusat Studi Timur Tengah Indonesia. Di akun medsosnya ia menyebut Ukraina sebagai “Suriah Lain”, menuduh bahwa kekacauan sebelum Revolusi Martabat 2014 di Ukraina telah direkayasa oleh Barat untuk menciptakan “Suriah lain” dengan mengadu kelompok yang berbeda. Dia telah mengulangi klaim Putin, menegaskan bahwa neo-Nazi dan kelompok supremasi kulit putih berusaha menaklukkan Ukraina yang berbahasa Rusia di Donetsk dan Luhansk. Dina mengatakan kepada This Week In Asia bahwa Putin mendapat kekaguman masyarakat Indonesia karena berani menantang hegemoni AS. “Ketika semua pemimpin dunia lainnya tetap diam tentang intervensi Amerika di seluruh dunia, Putin berdiri sendiri dalam oposisi yang kuat. Banyak dari kita bersyukur bahwa seseorang seperti dia ada. Banyak yang percaya pada Hadits Nabi bahwa menjelang akhir zaman, sebuah negara yang dikenal sebagai Rum, yang biasanya diartikan sebagai Rusia, akan bergabung dengan umat Islam untuk melawan musuh besar,” katanya.

Keempat, narasi yang menyamakan sosok Putin bak Soekarno yang anti Barat banyak beredar di media sosial tanah air. Putin juga membangkitkan ingatan bangsa Indonesia tentang Sukarno yang punya jargon, “Go to Hell with Your Aid” terhadap AS dan Barat. Seorang blogger asal Yogyakarta Rahino Sudjojono mengatakan sejarah Indonesia sendiri telah memberinya perspektif tentang Perang Ukraina. “Saya bisa mengerti mengapa Putin memutuskan untuk menyerang. Inilah sebabnya mengapa Bung Karno kita (Sukarno) menentang pembentukan negara boneka Barat (negara) yaitu Malaysia. Jadi Putin pasti berpikir dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Sukarno.”

Kelima, berdasarkan sebuah artikel yang terbit di kompas.com (14/03) tentang kenapa warganet Indonesia cenderung pro-Rusia, menurut platform pemantauan dan analisis digital Evello. Sikap itu terbentuk karena didasari oleh ketidaksukaan sebagian besar masyarakat Indonesia pada Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Akan tetapi, Radityo Dharmaputra yang juga kandidat doktor dalam ilmu politik di Institut Studi Politik Johan Skytte, Universitas Tartu, Estonia menilai sikap publik yang condong pro-Rusia ketimbang Ukraina ini sesungguhnya dikarenakan pemahaman masyarakat yang minim tentang Ukraina. Kondisi ini menyebabkan publik mudah termakan narasi dominan dari kalangan elite dan akademisi yang menganggap persoalan ini merupakan konflik geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat.

Data yang diperoleh Evello menunjukkan informasi tentang serangan militer Rusia ke Ukraina yang tayang di YouTube Indonesia telah ditonton sebanyak 554 juta kali dengan jumlah percakapan mencapai 2,3 juta komentar. Sementara itu, video Instagram perang Rusia-Ukraina telah dilihat 72 juta kali dengan komentar sebanyak 727.000.  Kemudian di video TikTok, invasi Rusia ke Ukraina juga sudah ditonton 526 juta kali. Adapun di Twitter, terdapat 22.000 akun yang membicarakan perang ini. Juru bicara Evello, Dudy Rusdianto mengatakan, setidaknya ada tiga sikap yang ditunjukkan warganet terhadap serangan militer Rusia ke Ukraina. 

“Pertama, ketidaksukaan terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat. Kedua, kekaguman pada sosok Presiden Vladimir Putin, dan Ketiga, ada- nya simpati kepada rakyat Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensy,” papar Dudy. Namun demikian, dari empat platform media sosial yang diteliti mulai dari Twitter, YouTube, Instagram, dan TikTok, mayoritas warganet cenderung berpihak pada Rusia. Dudy mencontohkan Twitter, jumlah akun yang membicarakan Presiden Putin 71 persen lebih besar dibandingkan Zelensky. Percakapan yang menge- muka di Twitter didasari oleh ketidaksukaan kepada NATO dan Barat.

Makna di Balik Fenomena Gandrungi Rusia

Fenomena kecendurungan warganet Indonesia yang pro Rusia ini bisa menyiratkan banyak hal:

Pertama, perang propaganda Rusia Berhasil menguasai atmosphir pemikiran rakyat Indonesia. Aknolt Kristian Pakpahan, dosen Ilmu Hubungan Internasional (HI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Katolik Parahyangan di Bandung menjelaskan mengenai kelihaian Rusia dalam menjalankan strategi yang dikenal dengan nama DIME (Diplomacy, Information, Military, and Economy) yaitu strategi untuk menghindari kegiatan yang kontraproduktif dan bertentangan selama operasi taktis dengan mempertimbangkan faktor- faktor ini secara terkoordinasi selama perencanaan dan pelaksanaan misi. Menurutnya DIME dimainkan untuk mempengaruhi persepsi orang. Hal inilah yang tidak dimainkan oleh Ukraina maupun orang yang pro-Ukraina. Rusia menampilkan citra negara yang berusaha mengatasi permasalahan hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di tiga wilayah Ukraina, yaitu Crimea, Donetsk, dan Luhansk. Rusia ini sanggup mengolah arus informasi sehingga bisa mendapatkan dukungan publik di Indonesia yang dijumpai di berbagai platform media sosial. Selain itu, Rusia memberi persepsi sebagai negara yang erat dengan unsur Islam, dengan banyaknya masjid di Rusia, “Duta merek” Rusia yang merupakan juara Ultimate Fighting Championship (UFC) Khabib Nurmagomedov adalah seorang muslim.

Kedua, matinya nalar dan nurani. Adil itu dimulai dari pikiran. Bahkan di kitab suci disebutkan bahwa janganlah karena kebencian membuat seseorang berlaku tidak adil. Mata dunia sudah melihat dengan gamblang Rusia yang memulai invasi tersebut dan jelas- jelas Ukraina adalah negara yang berdaulat. Indonesia pernah berada di posisi sama dengan Ukraina seperti pada agresi militer Belanda saat Indonesia memproklamirkan sebagai negara yang berdaulat. Sangat besar  kemungkinan jika Rusia berhasil menginvasi Ukraina ini akan menjadi semacam inspirasi bagi RRT untuk menginvasi Taiwan. Dalam perjanjian tanpa batas Rusia-RRT baru-baru ini Rusia sepakat dengan kebijakan One China Policy. Ketidak- adilan pada suatu tempat adalah ancaman bagi keadilan di semua tempat.

Ketiga, adanya arus mendambakan bangkitnya otoritarianisme. Kepemimpin sipil selama hampir satu dekade yang diharapkan bisa membawa perubahan dan lompatan kemajuan ternyata pupus. Segudang masalah tidak bisa dipecahkan, malah komoditi minyak goreng harganya kian tak terkendali padahal Indonesia adalah gudangnya kelapa sawit. Ini bisa membangkitnya sosok pemimpin yang semodel dengan Putin yang otoriter dan penuh ilusi. Pemimpin yang jago bela diri, berotot, tegas mirip Putin bisa jadi mendapat pasar di pemilu berikutnya.

Keempat, Indonesia negara yang mudah dibelah dengan isu dari luar sehingga agenda dan masalah mendasar yang dihadapi bangsa sendiri terlupakan. Posisi Indonesia yang berada sangat strategis di jalur perdagangan dunia membuat Indonesia tak selesai dengan dirinya sendiri. Pembelahan masyarakat terus terjadi bahkan hanya karena isu remeh temeh. Modal sosial toleransi yang merupakan lem perekat atas kebhinekaan suku, ras, agama, golongon kian hari kian habis. Jangan karena begitu gegap gempita kata Uraa-nya putin yang membangkitkan nafsu tribalisme menjadikan kita ora iso opo-opo (tidak bisa apa-apa) dan tidak ke mana-mana. Menjadi bangsa yang selalu tanggung dan medioker.

Catatan:

1.https://thediplomat.com/2022/03/why- are-indonesian-netizens-expressing-support- for-russias-invasion-of-ukraine/

2 . h t t p s : / / w w w. y o u t u b e . c o m / watch?v=0tTfdIsQEX0&t=1924s

3.https://www.scmp.com/week-asia/politics/article/3169708/chinese-internet-or-us- foreign-policy-why-some-indonesians

Aksara Mandarin: Bēi 碑 (Prasasti)

0

Alex Wu – Epoch Times

Aksara 碑 (bēi) adalah kata benda, dan memiliki arti “prasasti.” Sisi kiri adalah radikal (penggolong gramatikal) batu 石, yang  menunjukkan komposisi materialnya. Sisi kanan  卑 (bēi) menunjukkan pengucapan aksara dan juga  merupakan variasi dari 牌 (pái), yang berarti papan

Ketika digabungkan, aksara tersebut  mengungkapkan makna secara penuh sebagai sebuah papan batu atau prasasti. Makna dan komposisi aksara diuraikan dalam buku klasik terkenal dari aksara Mandarin Shuowen Jiezi (Explaining and analyzing characters) yang disusun oleh Xu Shen, seorang terpelajar terkenal dari Dinasti Han Timur lebih dari 2.000 tahun yang lalu.

Dengan penggunaan kata sifat, 碑 dapat digabungkan dengan aksara lain untuk membentuk kata-kata yang berhubungan dengan  prasasti,  seperti  碑文 (bēi wén), inskripsi pada papan, dan 碑林 (bēi lín), Forest of Steles atau Beilin Museum.

Selain itu, aksara 碑 digunakan dalam kombinasi untuk menyiratkan  prestasi  seperti  dalam  丰碑 (fēng bēi), prestasi besar atau karya monumental; 口碑 (kǒu bēi), reputasi publik; atau di 里程碑 (lǐchéng bēi), tonggak sejarah.

Banyak karya kaligrafi Tiongkok penting, seperti Istana Jiucheng “Sweet Wine Spring” karya besar Ouyang Xun, yang ditorehkan pada prasasti.

Kapal Pendarat Rusia Kelas Epic di Pelabuhan Berdyansk Berhasil Diledakkan Pasukan Ukraina

oleh Xu Jian

Angkatan Laut Ukraina mengatakan telah menghancurkan kapal pendarat Rusia di dekat kota pesisir Berdyansk. Media Inggris ‘Sky News’ mengonfirmasi kejadian yang terekam dalam video.

Sebuah video yang beredar di media sosial pada 24 Maret menunjukkan asap hitam tebal membubung di atas pelabuhan di Laut Azov dan bola api menggulung-gulung seperti di atas dek kapal yang menunjukkan kapal itu meledak selama serangan. Pelabuhan tersebut telah berada di bawah kendali Rusia sejak 27 Februari.

Angkatan Laut Ukraina menulis di media sosial : Kapal pendarat besar Armada Laut Hitam Rusia ‘Orsk’ berhasil dihancurkan di pelabuhan Berdyansk yang diduduki Rusia.

Media Inggris ‘Sky News’ telah memverifikasi bahwa ini adalah rekaman video yang terjadi di pelabuhan Berdyansk. Dan Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi klaim tersebut.

Angkatan Laut Ukraina mengatakan bahwa serangan mereka langsung mengenai kapal pendarat tank kelas Alligator Rusia ‘Orsk’. Ironisnya, kapal sepanjang 370 kaki itu baru 3 hari  lalu diperkenalkan oleh kantor berita corong pemerintah Rusia ‘TASS’ sebagai kapal yang mengangkut sejumlah kendaraan lapis baja untuk berperang di Mariupol.

TASS menggambarkan kedatangan kapal pendarat di Ukraina sebagai “peristiwa epik” yang “membuka peluang untuk aspek logistik Laut Hitam”. Menurut laporan, kapal tersebut mampu membawa hingga 1.500 ton kargo.

Media Inggris ‘Daily Telegraph’ melaporkan bahwa setelah lokasi kapal pendarat Angkatan Laut Rusia diekspos oleh video propaganda Rusia, maka segera dihancurkan oleh tentara Ukraina.

Kapal pendarat ‘Orsk’ yang diledakkan ini telah mengukir prestasi terbesar bagi pasukan Ukraina dalam pertempuran melawan invasi Rusia sebulan terakhir. Kapal pendarat ‘Orsk’ hancur di saat Rusia menghadapi perlawanan yang meningkat dari militer Ukraina dan tekanan internasional.

Berdyansk terletak sekitar 80 kilometer  barat kota strategis selatan Mariupol, yang telah dikepung dan rusak parah oleh serangan pasukan Rusia. Dunia luar khawatir di sana akan terjadi bencana kemanusiaan, karena penduduk di sana setiap hari menghadapi kekurangan listrik, makanan dan air. Parlemen Mariupol mengklaim bahwa ada sekitar 15.000 orang warga setempat telah dibawa paksa ke Rusia.

NATO berpendapat bahwa strategi serangan kilat yang diterapkan Moskow dalam invasi ke Ukraina ini telah digagalkan oleh perlawanan sengit dari para pejuang Ukraina. (sin)

Aturan Karantina Dihapus, Ketua Satgas Minta Batam dan Bintan Tetap Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19

0

ETIndonesia- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Letjen TNI Suharyanto mengingatkan kepada pemerintah daerah Kepulauan Riau, khususnya Pemerintah Kota Batam dan Kabupaten Bintan agar tetap mengantisipasi adanya potensi lonjakan kasus Covid-19 atas aturan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang sudah dilonggarkan.

Dalam agenda Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 bersama Pemerintah Kota Batam dan Provinsi Kepulauan Riau, di Batam, Kamis (24/3), Ketua Satgas meminta hal itu agar betul-betul disikapi dengan bijaksana.

“Jangan sampai ini dibuka sebentar langsung melonjak kasusnya. Makanya dengan kelonggaran-kelonggaran ini mari kita sikapi dengan bijaksana,” kata Suharyanto dalam keterangan tertulisnya.

Sebagaimana aturan yang ditetapkan melalui Surat Edaran (SE) Nomor 15 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Covid-19, pemerintah tidak lagi memberlakukan karantina bagi PPLN. Kendati demikian, hasil negatif tes usap Polymerase Chain Reaction (PCR) masih menjadi syarat utama ditambah sertifikat vaksin dosis kedua.

“Pastikan betul pelaksanaan tes PCR,” ucap Suharyanto.

Kota Batam dan Kabupaten Bintan merupakan pintu masuk ke wilayah Indonesia dari Singapura dan Malaysia. Batam sebagai kota industri perekonomian dan Bintan yang sarat akan destinasi wisata menjadi magnet bagi wisatawan untuk masuk ke wilayah itu melalui jalur laut.

Dengan aturan SE Nomor 15 Tahun 2022, Batam dan Bintan akan lebih terbuka lagi bagi wisatawan maupun pendatang dalam konteks ekonomi. Tentunya dengan kelonggaran aturan PPLN itu juga harus disiapkan protokol kesehatannya, termasuk percepatan program vaksinasi dengan target 30 persen untuk Kota Batam.

“Vaksinasi ini harus terus kita dorong, sehingga capaian target 30 persen dapat terlaksana dengan baik dan kita semua aman,” jelas Suharyanto.

Pada tahun 2021, Kota Batam telah menerima 36.484 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI). Adapun dalam kurun periode tersebut ditemukan 3.493 kasus positif atau sebanyak 9,57 persen. Kemudian pada tahun 2022, kedatangan para PMI sejak bulan Januari sampai Maret telah mencapai 11.561 orang. Adapun dalam kurun waktu tiga bulan itu ditemukan kasus positif sebanyak 1.590 atau 13,75 persen.

BNPB Berikan Dukungan

Kehadiran Suharyanto beserta rombongan di bawah bendera BNPB dan Satgas Penanganan Covid-19 di Kota Batam itu juga dilakukan untuk memberikan pendampingan serta dukungan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Batam dan Bintan agar lebih siap dan aman dari potensi lonjakan Covid-19.

Adapun bentuk dukungan itu meliputi percepatan program vaksinasi lanjutan (booster) dan pembagian masker di beberapa titik lokasi, mulai dari SD 009 Sei Beduk, SD 02 Juara, SD 08 Sei Beduk, SD 06 Sei Beduk, pasar dan Pertamina Batam. 

Dalam peninjauan vaksinasi di beberapa lokasi tersebut, Suharyanto melihat antusiasme para peserta dari siswa-siswi sekolah dasar maupun masyarakat pada umumnya dalam mengikuti pelaksanaan vaksinasi. Mantan Pangdam V Brawijaya mengapresiasi hal tersebut dan merasa optimis bahwa target vaksinasi 30 persen di Kota Batam dapat segera tercapai.

“Antusiasme masyarakat untuk vaksinasi alhamdulillah bagus. Kota Batam ini sudah 25 persen. Targetnya 30 persen. Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama ini dapat tercapai,” ungkap Suharyanto.

Capaian vaksinasi Covid-19 Booster atau lanjutan Kota Batam telah mencapai angka 789.451 atau 25,78 persen untuk total sasaran usia di atas 18 tahun. Adapun target yang harus dipenuhi hingga 30 persen adalah sebanyak 33.293 peserta lagi. Kemudian untuk Bintan telah mencapai 107.028 atau 17,24 persen dengan sisa target mencapai 13.659 peserta. (asr)

2 Tahun RSDC Wisma Atlet, BNPB: Knowledge Sharing Bangsa Indonesia Hadapi Pandemi COVID-19

0

ETIndonesia- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan apresiasi setinggi-tingginya atas perjuangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet yang telah memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sejak bangsa Indonesia ditempa pandemi Covid-19.

Dalam upacara peringatan 2 Tahun Perjuangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran dalan Melawan Covid-19, Kepala BNPB sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Letjen TNI Suharyanto, yang dalam hal ini diwakili oleh Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Fajar Setyawan, memberikan ucapan terima kasih kepada para pejuang kemanusiaan, mulai dari tenaga kesehatan, tenaga medis, tenaga farmasi, tenaga kebersihan, relawan dan seluruh komponen yang terlibat dalam mengukir sejarah perjuangan RSDC selama dua tahun.

“Terima kasih kepada para pejuang kemanusiaan. Saya berharap RSDC terus dapat memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat,” ucap Mayjen TNI Fajar, Kamis (23/3/2022) dalam siaran persnya.

Lebih lanjut, BNPB berharap agar bentuk perjuangan itu kemudian dapat dijadikan kisah dan pengetahuan bersama tentang bagaimana bangsa Indonesia ini menghadapi pandemi.

Seluruh generasi penerus bangsa diharapkan dapat belajar bagaimana strategi, sistem yang dibangun, penanganan darurat dan seluruh implementasinya sehingga ke depan hal itu dapat dijadikan pedoman untuk kemudian hari.

“Saya berharap kisah baik ini dapat diabadikan sehingga dapat menjadi aset _knowledge sharing_ bangsa indonesia dalam menghadapi bencana non alam,” ucap Mayjen TNI Fajar.

RSDC Wisma Atlet pertama beroperasi menangani pandemi pada 23 Maret 2020 atas arahan Presiden Joko Widodo. Selama dua tahun beroperasi, ada sebanyak 162.966 pasien yang ditangani dan 160.305 pasien telah dipulangkan dalam keadaan sehat kembali.

RSDC yang pernah beroperasi sebagai wisma khusus para atlet Asian Games 2018 itu telah 3 kali mengalami lonjakan pasien. Adapun puncak keterisian (Bed Occupancy Rate) di angka 90.79 persen pada 30 Juni 2021, ketika varian Delta menyerang.

Hasil kerja keras seluruh pihak dari waktu ke waktu, kapasitas BOR dapat turun di angka terendah pada 10 Desember 2021 yakni 1,46 persen. Hingga saat ini, jumlah BOR per 22 Maret 2022 adalah 10,60 persen.

Atas capaian itu, BNPB meminta kepada seluruh komponen agar terus bersatu padu dalam menangani Covid-19 yang sampai sekarang masih ada di Tanah Air, sehingga pandemi yang termasuk bencana non alam ini dapat terus ditekan dan dikendalikan menjadi epidemi.

“Dalam situasi yang semakin membaik ini, kita tentu perlu memikirkan strategi dalam penanganan Covid-19, khususnya pada saat menuju fase epidemi,”  pungkas Mayjen TNI Fajar. (asr)

‘Time to Wake Up’: Semakin Meningkat Seruan Komunitas Medis untuk Membongkar Panen Organ Secara Paksa oleh Tiongkok

Eva Fu

Orang-orang yang mengangkat organ-organ dari orang-orang tidak berdosa yang masih hidup dengan pisau bedah mereka bukanlah satu-satunya yang terlibat dalam kejahatan panen organ secara paksa. Ketika Bungkam juga menambah keterlibatan.

Itu adalah salah satu argumen yang diangkat pada meja perundingan virtual pada Rabu (23/3/2022) yang diadakan  di sela-sela sebuah pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana sebuah panel yang terdiri dari seorang anggota parlemen Inggris, para dokter, para pengacara, dan para aktivis membahas kurangnya tindakan selama satu dekade terhadap sanksi untuk penjarahan organ oleh negara komunis Tiongkok yang  mengakibatkan kematian sejumlah besar umat beriman.

Bukti panen organ secara paksa di bawah pengawasan rezim Tiongkok terlebih dahulu muncul pada 2006. Di tahun itu, banyak saksi mendekati The Epoch Times untuk  membuktikan adanya praktik mengerikan itu yang pada dasarnya mengubah kumpulan besar tahanan hati nurani Tiongkok, banyak di antaranya adalah praktisi Falun Gong  dianiaya, menjadi sebuah bank organ hidup.

Falun Gong adalah sebuah latihan spiritual yang terdiri dari latihan meditasi dan ajaran-ajaran moral berdasarkan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Rezim komunis meluncurkan kampanye penganiayaan secara besar-besaran terhadap praktisi Falun Gong pada 1999, dan sejak saat itu rezim komunis telah menahan jutaan praktisi Falun Gong di penjara, kamp kerja paksa, ​​dan fasilitas lainnya.

‘Ditipu’

Sejak laporan pertama mengenai panen organ, 16 tahun  berlalu, dan kemajuannya lamban untuk menghentikan perbuatan haram tersebut, sedangkan kesadaran masih terbatas. Ada resolusi dari Kongres Amerika Serikat dan parlemen Uni Eropa yang mengutuk masalah ini, dan beberapa negara telah melarang pariwisata organ. Tetapi saat ini tidak ada hukum  yang diterapkan untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku, demikian para peserta panel mencatat.

Bagian kelambanan ini adalah karena kurangnya pemahaman  besarnya masalah tersebut, termasuk di antara mereka yang berada di komunitas transplantasi. Dr. Weldon

Gilcrease, seorang spesialis kanker saluran cerna di Universitas Utah, memperkirakan bahwa hanya sekitar 5 persen hingga 10 persen di komunitas medis yang telah mendengar mengenai panen organ secara paksa. Bahkan di antara mereka yang sadar, banyak yang tampak pasif mengenai masalah ini, berharap masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya, demikian Dr. Weldon Gilcrease memberitahukan kepada panel itu.

Ketika rezim Tiongkok mengatakan pihaknya akan berhenti menggunakan organ dari narapidana yang dijatuhi hukuman mati dan mendirikan sebuah sistem donasi organ sukarela pada 2015, “harapannya adalah bahwa kami dapat mempercayai rezim Tiongkok dan semacam berkolaborasi dan bekerja sama dengan rezim Tiongkok,” kata Dr. Weldon Gilcrease, mengacu pada pemikiran luas dalam komunitas medis.

Itu adalah sikap  sama yang diambil dunia ketika Tiongkok bergabung dengan Organisasi Kesehatan Dunia, kata Dr. Weldon Gilcrease.

“Harapan kami adalah untuk meyakinkan atau mempengaruhi Partai Komunis Tiongkok dan Tiongkok dengan moral-moral dan nilai-nilai kita serta etika medis kita. Tetapi sebaliknya yang terjadi,” kata Dr. Weldon Gilcrease, mencatat bahwa sembilan ilmuwan medis top di Amerika Serikat telah meninggalkan lembaganya masing-masing karena hubungan yang tidak diungkapkan dengan Partai Komunis Tiongkok, menurut hitungan Dr. Weldon Gilcrease.

Pada tahun 2020, sebuah pengadilan rakyat independen tidak menemukan bukti bahwa pembunuhan oleh rezim Tiongkok untuk mendapatkan organ-organ telah berhenti.

Kegagalan pemerintah untuk menyelidiki, kata pengadilan rakyat independen tersebut, “telah memungkinkan banyak orang untuk mati secara mengerikan dan tidak perlu.”

Partai Komunis Tiongkok telah “mempermainkan orang-orang ini, dengan mengatakan, ‘Kami akan membuat perubahan yang anda inginkan, kami telah membuat perubahan yang anda inginkan, kami akan mengubah undang-undang, kami telah mengubah undang-undang,’ dan seterusnya,” kata David Matas,  seorang pengacara investigasi Kanada yang telah mengikuti masalah ini sejak tahun 2006, yang mengacu pada komunitas kesehatan internasional.

“Tetapi tidak ada penyidikan, Tidak ada transparansi, tidak ada penelitian, hal itu hanyalah semacam penipuan, dan tentu saja orang-orang ini tidak ingin mengakui bahwa mereka telah ditipu,” kata David Matas. 

Dr. Weldon Gilcrease dan yang lainnya di panel itu mengamati bahwa profesi medis Barat hampir tidak melakukan pekerjaan taat hukum itu sendiri dengan baik. Mereka merujuk ke sebuah laporan bahwa antara tahun 2000 hingga 2017, lebih dari 99 persen dari 445 makalah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal-jurnal medis Inggris terkemuka yang menggunakan data transplantasi organ Tiongkok telah gagal menunjukkan persetujuan donor. Hal ini mencakup 85.000 transplantasi.

Opsi Bersama Partai Komunis Tiongkok

Rezim Tiongkok, kata para panelis, juga telah menggunakan pengaruh politik dan ekonomi yang dimilikinya untuk memaksa banyak negara untuk tetap bungkam mengenai masalah ini.

Pada salah satu acara Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa satu dekade lalu, pengacara hak asasi manusia Spanyol bernama Carlos Iglesias diatur untuk membuat sebuah pidato berdurasi tiga menit yang mengutuk mantan pemimpin Tiongkok Jiang Zemin karena memerintahkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada 1999.

“Sebelum agenda tersebut dibahas, perwakilan dari Partai Komunis Tiongkok dari perundingan ke perundingan berbicara dengan masing-masing negara bahwa mereka akan mengatakan ‘tidak ada tindakan’ saat itu juga,” kata Carlos Iglesias, mengacu pada upaya Beijing untuk menutup pengawasan oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Beijing.

Pada 2007, setahun setelah tuduhan panen organ secara paksa pertama kali muncul, selusin ahli bedah Prancis yang bersangkutan menandatangani sebuah petisi yang mereka rencanakan untuk diserahkan kepada para petinggi Prancis. Hal tersebut terjadi satu tahun sebelum Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas.

Tetapi, salah seorang dokter yang terlibat, Francis Navarro, seorang ahli bedah dan profesor di Center Hospitalier Universitaire de Montpellier, malah disuruh “tenang dulu” dan akhirnya menjadi sebijaksana mungkin,” kata Francis Navarro pada sebuah konferensi pada 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai masalah ini. 

“Karena dengan Tiongkok, ini bukan saatnya untuk meletakkan masalah ini di atas meja perundingan,” kata permintaan dari pemerintah Prancis, menurut dr. Francis Navarro.

Di Prancis, kelompok-kelompok etika medis termasuk Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) atau Dokter-Dokter yang Menentang Panen Organ Secara Paksa (DAFOH) telah berupaya setidaknya tiga kali untuk meloloskan langkah legislatif untuk memerangi pariwisata transplantasi organ. Tetapi setiap kali, pemerintah menolaknya, dengan alasan bahwa tidak cukup banyak orang Prancis yang pergi ke luar negeri untuk transplantasi organ, Dr. Harold King, Direktur DAFOH cabang Prancis, mengatakan kepada The Epoch Times.

Terlepas dari penemuan Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) pada 2014 dari 300 orang Prancis menghilang dari daftar-daftar tunggu transplantasi organ Prancis setiap tahun tanpa penjelasan, kata Dr. Harold King, mencatat itu adalah indikator bahwa orang-orang itu  mungkin telah pergi ke Tiongkok untuk menerima organ-organ ini.

Lebih dari dua dekade telah berlalu sejak rezim Tiongkok memulai kampanye pemberantasan yang menargetkan Falun Gong, intensitas itu yang, kata para peneliti, telah berkembang seiring dengan industri transplantasi organ Tiongkok.

Pengacara yang berbasis di Spanyol, Carlos Iglesias, mengingat bagaimana, antara 2014 hingga 2017, Universitas Barcelona memberikan pelatihan kepada dokter-dokter medis Tiongkok mengenai transplantasi organ meskipun telah diperingatkan mengenai masalah pencurian organ.

“Ini adalah sebuah perjanjian komersial yang dibayar secara logis dan mungkin dengan uang Partai Komunis Tiongkok,” kata Carlos Iglesias, yang juga merupakan European director of the Human Rights Law Foundation, kepada The Epoch Times.

“Ada tautan-tautan ini, penghubung-penghubung antara pejabat-pejabat  medis tingkat tinggi dengan Partai Komunis China,” kata Carlos Iglesias sebelumnya menghadiri meja perundingan itu.

“Mereka harus menjauhi kejahatan ini,” tambah Carlos Iglesias. 

“Bahkan jika mereka tidak tahu, kenyataannya, itulah yang terjadi–—keterlibatan ini. Jadi sudah waktunya untuk sadar.” (Vv)

Rusia Klaim Tidak Mengesampingkan Penggunaan Senjata Nuklir, Jenderal Rusia ke-15 Tewas di Medan Perang

oleh Jin Shi

Rusia baru-baru ini mengklaim bahwa mereka tidak akan mengesampingkan penggunaan senjata nuklir dalam perang di Ukraina, dan Amerika Serikat segera memberikan tanggapan. Selain itu, intelijen Barat mengatakan bahwa di medan perang, terlihat tanda-tanda tentara Ukraina telah mulai beralih dari strategi bertahan menuju menyerang.

Pada Selasa 22 Maret, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov saat berwawancara dengan reporter CNN mengatakan bahwa jika Rusia menghadapi “ancaman eksistensial”, tidak akan menutup kemungkinan menggunakan senjata nuklir.

Bulan lalu, Putin telah memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk memasuki status siaga tinggi.

Menanggapi pernyataan terbaru Rusia, Kementerian Pertahanan AS memberikan tanggapan pada hari Selasa.

Juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby mengatakan : “Pernyataan itu berbahaya, dan itu bukan tindakan yang bertanggung jawab dari sebuah negara besar yang berkekuatan nuklir”.

Namun demikian, John Kirby juga mengatakan bahwa Amerika Serikat belum melihat ada faktor yang akan menyebabkan Amerika Serikat mengubah sikap pencegahan strategis nuklirnya.

Dalam wawancara yang sama, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengakui bahwa Rusia belum mencapai tujuan militer apa pun dalam invasinya ke Ukraina.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki hari ke-28. Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa pasukan Ukraina sedang membalikkan gelombang pertempuran dan mulai berhasil mengambil kembali sebagian wilayahnya yang hilang, terutama di front selatan negara itu.

Beredar berita dari Kota Voznesensk yang berada dibagian selatan Ukraina, bahwa penduduk setempat bergabung dengan pasukan Ukraina untuk menghancurkan serangan satu kelompok tank Rusia dan memaksa pasukan Rusia yang mengepung untuk mundur.

Pertempuran sengit masih terjadi di pusat kota pelabuhan Mariupol. Sekitar 100.000 orang penduduk masih terjebak.

John Kirby mengatakan : “Tentara Ukraina bertahan dengan cara yang cerdik, fleksibel dan kreatif. Mereka mencoba merebut kembali wilayah yang sempat dikuasai pasukan Rusia”.

Pejabat NATO memperkirakan bahwa sebanyak 15.000 orang tentara Rusia telah tewas dalam pertempuran.

Sementara itu, menurut militer Ukraina, Kolonel Alexei Sharov, komandan Brigade Zhukov dari Pengawal ke-810 Korps Marinir Rusia, tewas di Mariupol beberapa hari yang lalu. Ia adalah jenderal senior Rusia ke-15 yang dilaporkan tewas dalam pertempuran di Ukraina. Jika hal ini dikonfirmasi, jumlah jenderal senior Rusia yang tewas dan terluka dalam perang telah mencapai rekor terburuk sejak Perang Dunia II.

Pekan ini, Rusia sendiri juga mengakui bahwa wakil komandan Armada Laut Hitam, Laksamana Satu Andrey Paliy, mati tertembak.

Menurut ‘Wall Street Journal’, di antara pasukan khusus Ukraina, ada tim khusus yang bertanggung jawab untuk menemukan lokasi spesifik tentara Rusia, mereka akan mencari jenderal terkenal untuk diserang. Mereka menemukan bahwa militer Rusia sering menggunakan peralatan radio yang tidak terenkripsi, sehingga mudah untuk mendapatkan posisi yang akurat.

Di luar medan perang, upaya keras lewat saluran diplomatik belum ditinggalkan oleh Ukraina. Pada Selasa 22 Maret, Presiden Volodymyr Zelensky menyampaikan pidato di parlemen Jepang yang topiknya meliputi bahaya senjata nuklir, serangan gas sarin, dan elemen lain yang membuat Jepang merasa simpatik. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan bahwa Jepang akan mempertimbangkan untuk memperbesar sanksi terhadap Rusia.

Pada Rabu, Presiden AS Joe Biden berangkat ke Eropa untuk menghadiri pertemuan puncak darurat dengan sekutu NATO.

Seorang reporter bertanya : “Apa yang akan Anda katakan kepada para mitra Eropa ?”

Biden menjawab : “Saya akan berbicara langsung dengan mereka, saya akan mengatakan apa yang harus saya katakan, dan saya akan mengatakannya ketika tiba di sana nanti”.

Sesaat setelah Biden berangkat, Amerika Serikat secara resmi mengumumkan bahwa tentara Rusia telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

“Mereka yang melakukan kejahatan ini harus bertanggung jawab”, kata Beth Van Schaack, Duta Besar Kementerian Luar Negeri AS untuk Keadilan Global. (sin)

Banyak Pasien Terinfeksi COVID-19 dengan Gejala Ringan atau OTG di Tiongkok

0

Yu Ting dan Yi Ru – NTD

Awal Maret lalu hingga sekarang, kurun waktu kurang dari sebulan, data Tiongkok menunjukkan bahwa jumlah kumulatif kasus COVID-19 lokal telah melebihi 43.000 kasus, dan data sebenarnya bahkan lebih parah. Sektor industri mengalami depresi.

Saat ini, ada empat wabah di seluruh Tiongkok. Di ibu kota Beijing, masih ada dua zona berisiko sedang; di Shanghai, pusat keuangan, jumlah kasus yang dikonfirmasi meningkat selama lima hari berturut-turut, dan jumlah kasus sedang. Area berisiko  meningkat menjadi 15 kasus, dan beberapa stasiun kereta bawah tanah telah ditangguhkan.

Yu, seorang penduduk Distrik Jiading, Shanghai mengatakan : “Sudah 12 hari sejak dirinya dikurung di rumah. Pada hari kelima, ia pergi membeli sayuran. Sekarang ia tidak bisa membelinya lagi, dan ada orang-orang kehabisan stock makanan.”

Di Provinsi Jilin, daerah epidemi yang paling parah, sebagian besar kasus baru berasal dari Kota Changchun. Daerah setempat meningkatkan kontrol selama tiga hari dari 20 Maret, tetapi jumlah kasus yang dikonfirmasi masih meningkat. Penduduk setempat mengatakan bahwa manajemen pemerintah kacau dan sumber daya medis kelebihan beban.

Chang, warga Changchun, Provinsi Jilin mengatakan: “Provinsi Jilin tampaknya tidak memiliki sumber daya medis yang cukup dan akan runtuh, karena pasien tidak dapat diobati.”

Sumber daya medis Tiongkok telah didistribusikan secara tidak merata untuk waktu yang lama. Hampir setengah dari 100 rumah sakit teratas di negara itu terletak di Beijing, Shanghai dan Guangzhou. 

Zhang Wenhong, seorang ahli medis Shanghai, mengatakan di media sosial pada 23 Maret bahwa dalam beberapa hari terakhir, “sumber daya medis Shanghai tiba-tiba menjadi tegang. Rumah sakit cadangan Shanghai juga telah diaktifkan, dalam waktu singkat, telah menerima sejumlah besar orang yang terinfeksi tanpa gejala dan gejala ringan.”

Bisa dibayangkan bahwa situasinya bahkan lebih parah di daerah lain di mana sumber daya medis lebih langka. Di bawah sistem partai Komunis Tiongkok, para elit di dalam partai menikmati sumber daya medis terbaik, yang selanjutnya menekan sistem medis.

Pada saat yang sama, orang-orang terjebak di rumah, yang tidak hanya mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan mereka, tetapi juga berbagai industri terpukul keras.

Qin, seorang warga Changchun, Provinsi Jilin mengatakan “Pemerintah telah memerintahkan bahwa itu akan berhenti setidaknya sampai 23 Maret dalam waktu tiga hari. Pemerintah tampaknya bercanda. Jika Anda memberi pemberitahuan, Anda akan diberitahu, dan kemudian Anda tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Perusahaan besar  telah ditutup untuk semua orang.”

Yu, penduduk Distrik Jiading, Shanghai juga mengatakan “Sekarang perusahaan dan bisnis kecil akan menangis, anaknya menjalani bisnis kecil-kecilan, sangat sulit, dia harus membayar sewa, air, listrik, gas, dia akan bangkrut, tidak ada yang bersimpati dengan Anda, jika kami menceritakannya, kami akan ditangkap.”

Yu, seorang warga Shenzhen menceritakan: “Biaya blokade terlalu mahal. Seluruh kehidupan telah berubah. Sangat tidak nyaman seperti penjara. Banyak bos juga bangkrut. Pekerja paruh waktu tidak pergi bekerja. Bagaimana dia bisa mendapatkan gajinya?”

Saat ini, babak baru epidemi Tiongkok telah menyebar ke 28 provinsi dan kota, di mana sebagian besar adalah infeksi ringan dan tanpa gejala. Menurut jumlah kasus oleh pihak berwenang, kasus itu jauh lebih rendah daripada wabah di negara luar negeri lainnya.  

Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda pihak berwenang akan menerapkan langkah hidup berdampingan dengan virus seperti di negara Barat. (hui)

Shenzhen Lockdown Berkepanjangan, Orang-orang Sudah Tak Tahan Hingga Nekat Menerobos Penjagaan

0

Qiao An – NTD

Tindakan anti-pandemi partai Komunis Tiongkok (PKT) yang ekstrem membuat orang-orang biasa sengsara. Ada adegan orang-orang memprotes blokade di banyak tempat di Shenzhen.

Dikutip NTDTV.com, Kamis (24/03/2022) beberapa warganet memposting gambar yang dikatakan sebagai kerusuhan oleh penduduk desa di Desa Chengzhong, Jalan Nantou, Shenzhen. Penduduk setempat diblokir selama 23 hari. Sudah ada beberapa orang tewas kelaparan. Mereka menerobos blokade dan melawan kebijakan resmi yang ekstrim.

Ada juga beberapa video yang menunjukkan bahwa setelah Taman Dengliang Nanshan Shenzhen ditutup, pihak berwenang hanya membagikan mie instan kepada penduduk komunitas pada malam hari, dan terjadi kekurangan pasokan yang serius.

Dalam keputusasaan, sekelompok warga di komunitas tersebut memprotes, dengan marah menerobos pagar blokade dan memperebutkan tempat tinggal.

Daerah selatan Jalan Binhe di Shenzhen telah di-lockdown selama beberapa hari,  beberapa warga masyarakat berteriak bersama-sama di malam hari untuk melampiaskan ketidakpuasan serius mereka kepada pihak berwenang.

Di Desa Xiangxi, di perbatasan antara Shenzhen dan Huizhou, banyak orang tidak dapat kembali ke rumah karena lockdown mendadak oleh pihak berwenang. Puluhan ribu orang-orang berkumpul untuk memprotes, meneriakkan “buka blokir” dan “kami ingin pulang”, dan berhadapan dengan polisi. (hui)

Beredar Kabar Putin Tangkap Pejabat Intelnya Hingga Apakah Saatnya AS Membendung Perang?

Simone Gao – Zoom In China

Apakah Putin Menyusutkan  Tujuannya? Akankah Ukraina menerima persyaratan Kremlin? Apakah demiliterisasi berarti Ukraina tidak dapat memiliki militer lagi? Akankah AS mencegah perang ini dilakukan sampai akhir yang pahit? Simone berdiskusi dengan Profesor Michael Desch, Brian and Jeannelle Brady Family Director of the Notre Dame International Security Center (NDISC).

Simone Gao : Saya baru saja melihat di linkedIn sebuah berita yang tersebar tetapi belum terbukti, sekarang bahwa Putin telah menempatkan salah satu pejabat intelijennya dalam tahanan rumah karena sang pejabat memberikan intelijen yang tidak baik mengenai Ukraina sebelum invasi, sehingga Putin mendapat kesan bahwa rakyat Ukraina menyambut invasi ini seperti sebuah aksi kebebasan dari bagian Rusia, tetapi diketahui Rusia menemui pertahanan yang sengit dan rakyat Ukraina sama sekali tidak menyukai invasi ini. Bagaimana pendapat anda?

 Profesor Michael Desch : Saya telah mendengar cerita tersebut pada pagi hari ini. Saya tidak memiliki sumber-sumber yang bagus di Moscow dan saya tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh Presiden Putin. Saya pikir pada awalnya Rusia berharap dengan menggunakan kekerasan militer, Rusia mampu menakut-nakuti orang-orang Ukraina tanpa banyak pertempuran. Saya pikir Rusia tidak memperhitungkan ukuran kekuatan yang dibangun Rusia, Rusia tidak memperhitungkan andai tidak berhasil, Rusia akan terlibat perang dan pertempuran untuk berusaha mencapai tujuannya.

Dengan kata lain, Rusia mendapat sebuah penanganan yang baik.

Lihat berapa lama penanganan itu berlangsung karena yang pasti secara bermakna adalah korban-korban dan perang tersebut berlangsung sangat lambat, walaupun tidak ada perang yang berlangsung dengan cepat. Jika anda melihat ketika Amerika Serikat menginvasi Irak pada akhir bulan Maret 2003 hingga awal bulan Mei 2003 di mana Amerika Serikat mengumumkan kemenangan di sana, dan tentu saa keuntungan Amerika Serikat secara militer melawan Irak secara bermakna adalah lebih besar daripada keuntungan Rusia melawan Ukraina. 

Simone Gao – Zooming in China

Jadi, perang ini akan menjadi sebuah perang yang lama.

Kemungkinan menjadi perang yang lama.

Apakah anda melihat Putin menyerah pada titik tertentu atau Putin berpikir ia tidak akan mendapatkan apa yang ia harapkan semula, sehingga ia akan menyesuaikan tujuan-tujuannya seperti tiga tuntutan ini dari Kremlin baru-baru ini?

Sekali lagi, seseorang akan berharap bahwa itu adalah kasusnya. Perang adalah berdarah dan mengerikan. Filsuf Jerman mengenai perang bernama Klausowitz yang sangat terkenal berdebat adalah sebuah kelanjutan politik melalui cara-cara lain dan kelanjutan diplomasi dan tawar-menawar. Dan kadang sebelum perang, kedua belah pihak yang berpotensi bertempur tidak merasa yakin apa keseimbangan kekuatan di antara kedua belah pihak dan keseimbangan menyelesaikan dan maka mereka berperang dan perang dalam sebuah cara yang menjelaskan hal tersebut dan bahwa membuat negosiasi yang mungkin dan bahwa apa yang kita harapkan terwujud. 

Mengapa anda berpikir Putin membuat gerakan militer sekarang?

Saya pikir militer Rusia sedang menyaksikan kebangkitan dan kemajuan militer Ukraina. Dan memahami bahwa semakin lama Rusia menunggu, maka semakin berkemampuan kekuatan militer Ukraina. Mungkin juga Rusia merasa takut bahwa semakin baik  dan semakin terlatih militer Ukraina dapat menyerang Donbas, bahkan mungkin Krimea. 

Apakah anda berpikir Presiden Joe Biden dan malapetaka yang timbul karena Amerika Serikat keluar dari Afghanistan juga memainkan peranan?

Tidak. Maksud saya, Presiden Putin sangat waspada bahwa banyak kekuatan-kekuatan besar telah meninggalkan Afghanistan yang dipermalukan karena mengalami kekalahan. Apakah Kerajaan Inggris pada tahun 1990-an atau di abad ke-19, Rusia atau Uni Soviet pada tahun 1990-an atau Amerika Serikat. Jadi, saya tidak tahu mereka menghubungkan dua hal itu.

Menarik. 

Sekarang Rusia menuntut tiga hal. Netralisasi untuk demiliterisasi Ukraina, pengakuan melepaskan daerah-daerah oleh Ukraina dan kehilangan Krimea. Pertama, apakah demiliterisasi berarti Ukraina tidak boleh memiliki sebuah militer sama sekali?

Finlandia memiliki sebuah militer yang kecil tetapi berkemampuan. Jepang setelah Perang Dunia II, Amerika Serikat menulis ulang Undang-Undang sehingga Jepang tidak  boleh memiliki sebuah militer. Jepang memiliki kekuatan pertahanan-diri. Saya tidak mengetahui bagaimana Rusia menegaskannya. Tetapi saya pikir demiliterisasi Ukraina tidak berarti Ukraina tanpa kemampuan militer apa pun.

Mungkin Putin dengan sengaja membuat hal ini menjadi tidak jelas sehingga ia dapat menyesuaikan apa yang ia maksud nanti.

Betul. Itu adalah seni demokrasi adalah menggunakan sikap mendua secara kreatif.

Apakah anda pikir Ukraina akan menerima persyaratan-persyaratan seperti demiliterisasi Ukraina?

Pastinya tidak. Ukraina tidak memiliki kemampuan pertahanan militer. Yang saya maksud bila Rusia mengharapkan Ukraina menjadi Costa Rica yang tidak memiliki 

tentara, bagi saya hal itu mungkin suatu kegagalan sebelum perang, tetapi pastinya sekarang berada dalam situasi perang. Tidak berarti keterbatasan-keterbatasan militernya akan tidak memuaskan. 

Berdasarkan tuntutan-tuntutan Rusia saat ini, kami memberitahu apa tujuan-tujuan Putin yang sebenarnya di Ukraina, misalnya mencegah ekspansi NATO ke Ukraina atau menghidupkan kembali apa yang disebut kejayaan Kekaisaran Rusia dengan cara memperoleh kembali tanah yang hilang atau mengalihkan tekanan politik di dalam negeri Rusia atau keduanya karena Putin sedang menghadapi pemilihan kembali pada 2024.

Tindakan-tindakan politk seperti ini selalu menghasilkan banyak faktor dan semua ini dapat menjadi bagian perhitungan. Pertanyaan yang penting yang benar-benar tidak dapat kita jawab adalah apa kepentingan relatif dari setiap tindakan politk itu. Saya pernah menebak dan masih menebak bahwa dalam benak Putin, Krimea telah hilang. Krimea adalah bagian dari Rusia. 

Saya pikir Putin akan melakukan negosiasi seperti Luhansk dan Donetsk sebagai bagian pengaturan federal di Ukraina. Saya pikir Putin melakukan hal ini karena dua alasan. 

Profesor Michael Desch

Saya tidak berpikir Putin ingin Republik Luhansk dan Republik Donetsk bergabung denga Rusia, di mana akan lebih banyak ruginya daripada manfaatnya. Saya pikir Putin juga mengandalkan lebih banyak orang-orang yang pro-Rusia di Republik Luhansk dan Republik Donetsk sebagai indikator unsur-unsur pro-Barat di dalam masyarakat Ukraina. Berupaya untuk mengendalikan seluruh Ukraina, saya pikir, adalah mustahil bagi Rusia. Bahkan daerah timur Ukraina adalah sangat sulit untuk dijajah dan dikendalikan oleh Rusia. 

Semakin ke barat Ukraina, semakin banyak populasi Ukraina yang pro-Barat dan sentimen anti-Rusia. Sulit dipercaya bahwa Putin berpikir Rusia dapat mengendalikan seluruh Ukraina. Nasib Presiden Ukraina Viktor Yanukovich yang dipasang sebagai boneka dan Kiev adalah sebuah strategi yang tidak dapat diandalkan, Viktor Yanukovich digulingkan. Jika ia berpikir semua hal ini dalam sebuah cara strategis yang masuk akal, akhir permainan akan berupa sebuah negosiasi di mana keterbatasan-keterbatasan ukuran kekuatan militer Ukraina  dan Ukraina tetap tidak menjadi anggota NATO. 

Sekali perang meletus, mereka menciptakan masalah sendiri. Menurut saya, skenario yang lebih optimis tergantung pada beberapa anggapan mengenai cara berpikir Putin yang kita tidak tahu apakah anggapan-anggapan itu benar atau tidak, tetapi itu adalah naluri saya. 

Saya memahami anda berpikir bahwa sejak awal Putin tidak pernah berpikir bahwa Rusia akan menjajah seluruh Ukraina, tetapi bagaimana dengan tiga tuntutan Putin? Apakah anda berpikir tuntutan-tuntutan itu adalah selalu menjadi tujuan-tujuan Putin atau tuntutan-tuntutan itu telah berubah karena hasil dari medan perang sejauh ini tidaklah seperti apa yang Putin harapkan.

Satu tuntutan yang tidak anda sebutkan adalah apa yang Putin sebut sebagai denazifikasi.  

Putin sudah tidak menyebutkan denazifikasi lagi.

Maaf?

Klaim terakhir dari pihak Rusia tidak lagi mencakup denazifikasi.

Itu adalah sebuah modifikasi tuntutan-tuntutan yang penting. Maksud saya bahwa tuntutan selalu tanpa bentuk yang jelas dan apa yang sebenarnya dibicarakan Rusia dalam hal Nazi di Ukraina serta secara potensial yang paling sulit ditangani karena jika anda menyamakan Nazisme dengan nasionalisme Ukraina yang adalah sebagian besar rakyat Ukraina. Suatu hal yang baik yang akan berlalu, yaitu agenda. 

Jadi Putin sedang menyelesaikan tujuan-tujuannya?

Tampaknya demikian.

Sekarang Uni Eropa menerima Ukraina sebagai anggota Uni Eropa. Perubahan apa yang akan terjadi?

Tidak semua berubah.

Baik. Mengapa?

Pasca perang akan memungkinkan Ukraina lebih memiliki sumber daya untuk membangun kembali negaranya. Mungkin akan muncul sebuah kesepakatan di mana Ukraina diperbolehkan oleh Rusia menjadi anggota Uni Eropa sebagai pertukaran menjadi anggota NATO. Tidak melalui meja perundingan, tetapi melalui sebuah fase penyelesaian.

Tanpa terduga Putin telah menghadapi sebuah pertahanan yang sengit dari tentara-tentara dan rakyat sipil Ukraina, tetapi tentara-tentara Ukraina juga belum menang, maka dengan berjalannya waktu, apakah anda berpikir Amerika Serikat dan NATO sebaiknya tetap menyemangati Ukraina untuk bertempur habis-habisan?

Saya pikir itu adalah sebuah pertanyaan besar baik secara strategis maupun secara moral. Kita berada di Barat harus terus terang dan dasar pikiran apa yang saya katakan  dengan anggapan-anggapan bahwa Rusia dapat terus-menerus membawa begitu banyak kekuatan militer dan bahwa bahkan kemampuan tentara-tentara Ukraina dengan dukungan militer dari Barat terus-menerus bertempur di tingkat intensitas kedua belah pihak saat ini akan menurun dan juga korban-korban manusia perang ini pada rakyat sipil Ukraina berlanjut menjadi bencana besar.

Maka jika rakyat Ukraina  tidak dapat menang secara militer di mana saya tidak percaya rakyat Ukraina dapat memenangkan perang ini secara militer dan memperpanjang perang berarti lebih banyak rakyat sipil Ukraina yang meninggal, bagi saya, tampaknya  seharusnya kita berpikir untuk mengakhiri konflik tersebut  sesegera mungkin dan bahwa diakhir dengan sebuah sikap mengalah yang cepat yang mana saya tidak berpikir akan terjadi oleh kedua belah pihak atau melalui sebuah fase penyelesaian yang dinegosiasikan. Saya pikir kita benar-benar perlu untuk mendorong ke arah sebuah fase penyelesaian yang dinegosiasikan. 

Tetapi sekarang tampaknya tidak seperti itu Amerika Serikat sedang berupaya. Saya pikir secara politik hal itu adalah hampir mustahil untuk mundur dari sikap sekarang ini bahwa Putin adalah seorang penyerang yang tidak bermoral, kita harus mendukung rakyat Ukraina untuk bertempur untuk memenangkan pertempuran ini, untuk bertempur habis-habisan untuk menunjukkan keberanian dan hal-hal bahwa hal itu adalah sangat penting. Adalah hampir mustahil untuk mundur dari sikap seperti itu.

Anda adalah benar bahwa hal itu adalah sangat sulit. Kita menempatkan diri kita dalam posisi yang buruk. Di sisi lain, membuat argumen-argumen seperti itu, sangat jarang sekali perang-perang sampai habis-habisan dan pada akhirnya bahkan orang-orang di Amerika Serikat akan berkesimpulan harus ada beberapa fase penyelesaian. Saya pikir bila belum dimulai dalam pemerintahan Joe Biden, segera akan ada tekanan untuk berpikir mengenai jalan keluar melalui negosiasi untuk perang ini.

Anda melihat negosiasi sebagai jalan satu-satunya dari perang ini?

Ya. Dalam pandangan saya, Presiden Joe Biden dengan berani  terjebak dalam penarikan dari Afghanistan walaupun ia mendapat banyak kritikan untuk hal itu tidak hanya dalam kisruh selama berminggu-minggu sebelum dan sesudah evakuasi dari Kabul tetapi saat Joe Biden mulai membicarakan hal tersebut. Masyarakat Amerika Serikat sudah lelah dengan perang selama 20 tahun lamanya. Tidak hanya menyangkut masalah perut masyarakat Amerika Serikat, namun juga masalah perut masyarakat Eropa untuk perang ini.

Sekarang di Polandia menyambut lebih dari satu juta pengungsi Ukraina, tetapi semakin hari semakin banyak pengungsi Ukraina yang akan membebani Polandia, Rumania, atau Hongaria di mana negara-negara penerima pengungsi ini akan pusing menghadapi hal ini dan rakyat Ukraina juga akan jenuh dengan perang ini.

Maka sebuah solusi yang mempertahankan kedaulatan Ukraina dan terutama politik-politik di dalam negeri akan menarik, sekarang atau tidak, saya tidak yakin, tetapi saya pikir akan terwujud karena perang berlangsung lama dan membosankan.  (Vv)